Bola mata Wander membeliak. Mulutnya terbuka tapi ia keburu dipotong.
"Jangan salah paham, Wuan. Kami ini hanya lelah. Terguncang betul. Kami perlu waktu untuk memulihkan diri dari… kejutan ini dan merencanakan langkah berikutnya. Kami sejujurnya belum pernah terkalahkan sebelumnya… Jadi… Jadi sungguh berat bagi kami untuk menerima kenyataan… Rasa sesak ini… Perih di dada ini sungguh… Ah derita… deritanya kami… Berhasil tertipu… dikalahcerdikkan… Betapa kami dihajar oleh kebanggaan kami sendiri… hancur sudah reputasi mutlak kami…"
Sikap tenang Sulfa semakin buyar seiring kata-kata dukanya meluncur, dan ia berekspresi bagaikan penyair ulung. Ia menggenggam dadanya erat-erat dan tersungkur, berupaya meragakan azab pahit terbesar yang pernah ia alami.
Penampilannya akan tetapi di mata semua orang tetap saja menyedihkan, tidak cocok sama sekali, ganjil dan benar-benar mencengangkan Wander. Apa-apaan lagi permainan yang sedang digodok Empat Pembunuhnya Pembunuh ini…?
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com