Ketika Diorin terbangun lagi malam itu, ia hampir menjerit setinggi langit, sekuat-kuat paru-parunya bisa; kalau saja mulutnya tidak disumpal penuh. Ia mencoba bergerak, tapi ia terikat kencang di sebuah kursi. Segera ia dilanda kepanikan. Ia ingat ia sedang berjalan-jalan dalam wismanya setelah menemui Utusan Hitam.
Lalu ia memutuskan untuk rehat… dan berikutnya ia sudah berada di tempat yang gelap dan bau obat ini!
Seseorang sedang menatapnya. Sepasang mata hijau yang bersinar bagaikan kucing dalam kegelapan. Ia kenal wajah itu. Juga gadis di sisinya … Mustahil!
"Kau mengenalinya?" Sebuah suara dingin, semenakutkan desir pedang keluar dari sarungnya, siap menusuknya dari sisinya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com