Dengan cepat api Masashi membakar tubuh Nera.
"Gawat, jika terus begini aku bisa-" pikir Nera.
Sebelum selesai berpikir, Masashi sudah menyerang Nera dengan bola api miliknya.
"Aku harus apa?" Pikir Nera.
Nera melihat, bahwa Masashi sedang marah besar. Tetapi ia tidak tahu apa yang menyebabkan Masashi marah besar.
"Mengapa dia marah seperti itu?" Pikir Nera.
"Aduh Nera, cepatlah berpikir. Jika terus beginj kamu bisa terbakar!" Pikir Nera sambil menggelengkan kepalanya agar dia sadar.
Akhirnya pun Nera mendapatkan sebuah ide.
"Apakah harus pakai cara itu ya?" Pikirnya.
Nera mulai merentangkan tangannya ke arah Masashi.
"Water fountain tree." Kata Nera.
Dengan segera muncullah sebuah pohon besar, dengan daun yang berwarna kebiruan, bunga-bunga menguncup di dahan-dahan pohon itu, akar yang besar masuk ke dalam tanah hingga dalam untuk menyerap air.
"Memang ini pohon yang aneh, tapi apa boleh buat." Pikir Nera.
"Pohon macam apa ini?" Tanya Masashi.
Dengab segera, Masashi berusaha untuk membakarnya, tetapi rupanya pohon itu tidak terbakar.
Bunga-bunga pohon igu segera mekar setelah terkena api Masashi. Bunga-bunga itu mengeluarkan air dengan jumblah yang besar, sehingga membanjiri tempat itu.
"Ini adalah pohon imajinasiku." Kata Nera.
Air dari pohon itu segera memadamkan semua api Masashi, dan air itu memulihkan luka-luka Nera.
"Snowy spruce!" Kata Nera.
Muncullah pohon lainnya, pohon dengan daun putih, buah-buah kecil berwarna biru keputihan yang indah. Buah-buahan itu segera jatuh ke dalam air yang tadi dikeluarkan oleh pohon air. Buah-buahan itu membekukan air itu. Masashi pun terperangkap dalam es itu.
"Sudah selesai, kamu telah dikalahkan." Kata Nera.
"M-mengapa...?" Kata Masashi.
Nera pun menoleh ke arah Masashi.
"Benar.. aku memang selalu salah... sudahlah.. bunuh aku saja, aku sudah tidak berguna lagi..." kata Masashi.
"Tidak." Kata Nera.
Masashi pun melihat ke arah Nera.
"Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan." Kata Nera.
"Benar... aku memang selalu melakukan kesalahan." Kata Masashi.
"Mengapa.. kamu sebenarnya adalah orang yang baik. Mengapa, kamu bergabung pada organisasi yang jahat?" Tanya Nera.
"Jahat?" Tanya Masashi kembali.
"Organisasi yang aku ikuti ini tidaklah jahat! Mereka adalah keluargaku yang sebenarnya." Kata Masashi.
"Ada apa denganmu?" Tanya Nera lembut.
"Aku.." kata Masashi.
"Dari dulu, tidak ada yang menerima aku sebagai anggota keluarga seperti organisasi ini." Kata Masashi.
*flashback
"A-ayah, aku mendapatkan nilai jelek." Kata Masashi.
"Apa?! Hanya mendapatkan nilai 20?! Sungguh memalukan! Padahal ayah sudah mengajarimu susah payah! Mengapa kamu melakukan kesalahan yang sama? Selalu kesalahan yang sama?! Aku sungguh kecewa padamu!" Kata ayahnya sambil membanting pintunya.
Masashi pun membawa kertas ulangannya, dengan perlahan air mata keluar dari matanya.
"Mengapa... aku selalu salah di nomor yang sama?" Tanya Masashi.
"Hey, itu adalah anak serba salah! Lihat, dia dapat nilai 20 lagi!" Kata salah seorang teman Masashi.
"Hahaha, sungguh memalukan! Soal seperti ini saja dia salah, apalagi soal lainnya!" Kata temannya yang lain sambil menertawakan dia.
"Masashi! Kamu salah lagi! Lihat! Hanya kamu yang salah! Mengapa kamu tidak belajar dari kesalahan?" Tanya guru Masashi.
Masashi hanya tertunduk. Teman-teman di kelas itu hanya menertawakannya.
"Kamu ini malas sekali, tidak pernah belajarkah kamu?" Tanya gurunya.
"Heh, Masashi! Lihat! Kamu salah lagi! Kita sudah setuju untuk menggambar hutan, bukan gedung!" Kata seorang temannya.
"Huh, dia ini, seharusnya dia tidak usah ikut kerja kelompok, jika ada dia pasti akan selalu salah!" Kata teman yang lain.
"Masashi! Kenapa kamu menjatuhkan piring ibu?! Padahal ibu sudah bilang berkali-kali, jangan sentuh barang yang mudah pecah! Kamu ini, selalu saja salah!" Kata ibunya.
"Ma-maaf bu-" kata Masashi.
"Dasar Masashi, selalu saja salah!" Kata kakaknya.
"Hey lihat, anak serba salah datang ke sekolah lagi!" Kata seorang temannya.
"Duh, dasar serba salah. Tidak ada hal yang benar yang pernah ia lakukan." Kata temannya yang lain.
"Hey lihat! Masashi salah masuk kelas!" Kata temannya, semua temannya pun ikut tertawa.
"Benar-benar anak serba salah ya." Kata temannya yang lain.
"Ibu guru." Kata Masashi hendak bertanya.
"Ya Masashi?" Jawab guru itu.
"Apakah aku ini.. se-selalu sa-alah? Apak-ah aku t-tidak pernah berb-buat benar?" Tanya Masashi dengan gagap.
"Masashi.. kamu tahu, semua buktinya sudah ada. Lihat ini! Menurutmu ini apa?" Tanya gurunya sambil menunjukan 3 lembar kertas ulangan Masashi.
"I-itu adalah hasil ulanganku dan remidi ku.." kata Masashi.
"Lihat ini! Semua nilainya tetap sama! 20! Tidak ada perubahan! Menurutmu ini apa?" Tanya gurunya.
"A-aku salah?" Tanya Masashi.
"Kamu salah di nomor yang sama!" Kata gurunya.
"Berarti kamu serba salah Masashi! Sudahlah! Menyerah saja!" Kata seorang temannya.
"M-mengapa a-aku salah di no-nomor yang sama?" Tanya Masashi.
"Itu karena kamu malas! Tidak mau belajar!" Kata gurunya.
"A-aku sudah belajar! Ak-u suda-dah berusaha! M-mengapa aku tetap salah?" Tanya Masashi.
"Berarti kamu itu bodoh!" Kata temannya.
"Dasar serba salah! Kamu hanya membuang waktu guru untuk mengajar kita!" Kata teman yang lain.
"Benar! Dia hanya buang-buang waktu saja!" Kata temannya.
"Serba salah! Serba salah! Dasar serba salah! Sudahlah menyerah saja!" Kata temannya yang lain.
"DIAM!" Teriak Masashi sambil membalikkan meja gurunya.
"Apa apaan kamu ini Masashi?! Kamu kurang ajar ya!" Kata gurunya.
Masashi pun keluar dari kelasnya sambil membantibg pintu kelas.
"Dasar serba salah!" Kata temannya.
"Mengapa aku ini serba salah?" Pikir Masashi.
"Mengapa? Mengapa?" Pikir Masashi.
"Aku ini mengapa tidak pernah melakukan hal yang benar?" Pikir Masashi.
Sambil menendang batu di depannya, ia pun melontarkan seluruh emosinya dengan membakar sebuah kaleng bekas di depannya.
"Serba salah! Serba salah! Serba salah!" Kata kata itu terngiang di dalan pikiran Masashi.
Karena emosinya, tak sengaja ia menabrak seseorang. Ia pun terjatuh.
"Kamu tak apa?" Tanya orang yang ia tabark tadi.
"M-maaf... aku tak se-sengaja.." kata Masashi.
"Tidak apa." Kata orang itu sambil membantu Masashi untuk berdiri.
"Benar-benar tidak apa-apa?" Tanya Masashi.
"Ya." Kata orang itu.
"Lagian, mengapa kamu di sini? Di sini berbahaya lho." Kata orang itu kepada Masashi.
"Aku.. tidak tahu lagi." Kata Masashi.
"Huh, dasar kamu ini. Baiklah, ikutlah dengan aku." Kata orang itu.
"Kita mau ke mana?" Tanya Masashi.
"Tempat yang menarik kok." Kata orang itu.
Masashi pun mengikuti orang itu.
"Kamu kenapa nak? Kok tidak di sekolah?" Tanya orang itu sambil berjalan bersama dengan Masashi.
"Aku benci sekolah! Sekolah selalu bilang bahwa aku ini serba salah!" Kata Masashi.
"Kenapa tidak pulang?" Tanya orang itu.
"Ayah ibu dan kakak juga sama saja! Mereka selalu berkata bahwa aku ini selalu salah! Aku mulai bertanya-tanya, apakah ada hal yang benar yang pernah aku lakukan?" Tanya Masashi.
"Ada." Kata orang itu.
"Apa?" Tanya Masashi.
"Jika kamu mau mengikutiku kemana pun, menuruti aku apapun perintahku, kamu melakukan hal yang benar. Kemari, kita sudah sampai." Kata orang itu.
Orang itu masuk ke sebuah rumah.
"Bolehkah?" Tanya Masashi.
"Ayo, kemari." Kata orang itu.
Masashi pun masuk ke dalam rumah itu.
Ia melihat ada gadis yang seumuran dengan dia. Lalu ia juga melihat seorang wanita yang memakai jubah kusam.
"Perkenalkan, saya adalah bos di sini, Arnius." Kata orang itu.
"Dan gadis manis berambut merah muda ini adalah Junko Masuyo. Panggil saja dia Junko." Kata Arnius.
"Dan wanita ini adalah Mira." Kata Arnius.
"Dan satu lagi, wanita yang sedang tidak berada di sini, dia adalah dokter terhebat, namanya adalah Akita." Kata Arnius.
"Selamat datang di keluarga kami!" Kata Mira.
"K-keluarga?" Tanya Masashi bingung.
"Ayo, berarti aku adalah kakakmu sekarang." Kata Junko sambil memegang pundak Masashi.
"Ini keluarga?" Tanya Masashi.
"Yah.. sebenarnya ini adalah sebuah organisasi, tetapi aku menganggapnya sebagai keluarga, karena kita saling mendukung dab mencukupi." Kata Junko.
"Jadi, ini adalah keluarga yang sebenarnya?" Tanya Masashi.
"Ya." Kata Junko.
Dan dari situlah Masashi mulai bergabung dengan organisasi itu.