webnovel

Mengambil Celana Tanpa Mengakuinya (1)

Editor: Wave Literature

Tidak sampai setengah, jam Song Youman sudah tiba di rumah sakit.

Pintu kamar rumah sakit belum terbuka, namun Xia Wanan sudah mendengar teriakan Song Youman, "An ... An..."

Pintu kamar itu dibuka dan ditutup dengan sangat keras, seolah-olah Song Youman akan merusak pintu dengan tangannya. Hanya dalam sekejap mata, Song Youman sudah berada di samping Xia Wanan. "An An, kamu terluka di bagian mana?"

"An An, sebelumnya kamu baik-baik saja. Bagaimana bisa kamu terluka?"

"An An…."

Berbaring di ranjang membuat Xia Wanan merasa kesulitan beregerak. Song Youman mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya sambil menatapnya. Xia Wanan tidak merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Song Youman. "Man Man, kenapa kamu datang kemari dengan penampilan begitu?"

Song Youman masih menggunakan masker di wajahnya, sementara di rambutnya masih ada penggulung rambut, dan dia juga masih menggunakan pakaian salon.

"Waktu aku menjawab teleponmu tadi, kamu bilang kalau lukamu tidak apa-apa dan tidak terlalu serius." Song Youman bicara sambil memeriksa punggung Xia Wanan. "Kamu bilang ini tidak serius, tapi ini terlalu serius, Wanan. Di punggungmu banyak lebam berwarna ungu. Bagaimana bisa kamu melukai dirimu sendiri?"

Xia Wanan tidak menjawab, tiba-tiba hatinya merasa hangat. Kemudian dia teringat kalau baru saja menghubungi Han Jingnian, yang mana adalah suaminya sendiri. Harusnya dialah orang terdekat di dunia ini yang paling mengkhawatirkan Xia Wanan sekarang. Namun sikap Han Jingnian padanya seperti orang asing dan tidak peduli sama sekali. Hal itu membuatnya menjadi sangat sedih hingga hampir menangis.

Song Youman merasa kalau Xia Wanan tidak dalam kondisi baik. Dia menatap wajah Xia Wanan, lalu tanpa berpikir lagi dia berkata, "Apa kamu sudah meneleponnya?"

Di dunia ini, yang membuat Xia Wanan merasakan penderitaan hanyalah satu orang.

Xia Wanan hanya menjawab, "Sudah."

"Kamu sudah meneleponnya dan dia tidak pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaanmu?!" Song Youman langsung meledak. "Aku sangat marah dan benar-benar ingin membunuhnya!" 

"Aku tidak memberitahunya kalau aku terluka..."

"Oh, kau tidak memberitahu yang sebenarnya padanya. Kalau begitu kutarik kembali kata-kataku..." Song Youman kembali tenang. Namun tiga detik kemudian, dia memarahi Xia Wanan. "Kenapa kamu tidak memberitahunya? Kamu sedang terluka, bagaimana bisa kamu tidak memberitahunya? Setelah semua yang dia lakukan, dia seperti bajingan yang mengambil celana namun tidak mau mengakuinya. Dia pikir istrinya yang ada di rumah itu apa? Sebuah pajangan? Kalau ingat saja dia baru pulang dan tidur di rumah. Tapi kalau tidak ingat, dia akan bersikap dingin padamu, 'kan? Seperti bajingan bersama pelacur dengan benang rajut, dia hanya akan pulang ketika ingin bersetubuh denganmu saja…"

Kalimat yang diucapkan Song Youman semakin kasar. Xia Wanan akhirnya berteriak, "Nona Song!"

"Baiklah, maaf, aku tidak seharusnya mengatakan itu. Harusnya aku bilang kalau kamu tidak ada bedanya dengan rumah bordil. Kalau dia ingat, baru dia akan mengunjungimu! Lagipula, dia bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang tumbuh menjadi pria sangat tampan. Kamu harus jadi wanita muda yang begitu feminim supaya bisa menarik perhatiannya. Lalu ketika sudah bosan bermain-main dengannya, mari kita tendang dia. Ha ha ha!"

Mendengar Song Youman mengatakan hal itu, Xia Wanan jadi tertawa terbahak-bahak.

Di dalam hati, Xia Wanan membayangkan adegan tersebut dengan Han Jingnian, dengan dirinya sebagai wanita yang menggoda Han Jingnian. Hal itu membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.

Melihat Xia Wanan tertawa, Song Youman pun ikut tertawa. "Baiklah, tertawalah, itu lebih baik. Aku akan pergi mencuci rambut dan wajahku dulu. Tunggu aku."

Setelah berkata demikian Song Youman memasuki kamar mandi rumah sakit.

Dari tempat Xia Wanan terdengar suara air shower yang menyala. Di dalam hati, Xia Wanan merasa hangat. Song Youman memang selalu begini. Disaat dia sedang bersedih, Youman selalu bisa menghibur dan membuat hatinya menjadi hangat kembali...

Siguiente capítulo