webnovel

Aku Penyewa Apartemen (1)

Editor: Wave Literature

Rasa sakit itu menyebar melalui aliran darahnya hingga ke otak, membuat Xia Wanan yang belum sepenuhnya sadar jadi terbangun.

Meskipun ia belum sering melakukan kontak fisik dengan Han Jingnian, tetapi Xia Wanan juga bukan seorang gadis kecil. Jadi ia cepat tahu sesuatu beban berat yang berada di atas tubuhnya. 

Apakah itu Han Jingnian? Bukankah dia sudah pergi? Apa dia tidak pergi? Tapi bukankah dia tadi bilang kalau hanya pulang untuk mengambil dokumen?

Keraguan itu muncul seperti banjir yang menenggelamkan otak Xia Wanan. 

Tetapi Xia Wanan tidak ingin memikirkannya terlalu dalam lagi. Yang ia rasakan saat ini hanyalah rasa sakit pada kulit pinggangnya. Sehingga ia menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya. 

Hari ini Han Jingnian terlalu berbeda dari biasanya. Meskipun dia dulunya begitu dingin dan tidak mau bicara dengan Xia Wanan walaupun hanya satu kalimat, namun waktu itu, meskipun ia tidak pernah menunjukkan kasih sayang dan cintanya pada seorang wanita, selain sekarang Han Jingnian tidak pernah satu kali pun menyakiti tubuh Xia Wanan. Tidak tahu kenapa hari ini ia melakukannya dengan begitu kuat seperti hewan buas yang mau melahapnya. Selain saat pertama kali mereka berhubungan badan, hari ini Han Jingnian membuat Xia Wanan merasakan sakit lagi. 

Xia Wanan jadi ingat saat pertama kali Han Jingnian membuatnya kesakitan sampai nyaris meneteskan air mata. Setelah itu Xia Wanan mengingatkan Han Jingnian untuk mengurangi kekuatannya karena Xia Wanan sudah tidak sanggup menahan sakitnya lagi. Lalu Xia Wanan mengatakan hal yang sama seperti saat pertama dulu, "Ini … sakit..." 

Hanya dua kata itu satu-satunya kalimat yang terucap setelah mereka menikah selama setengah tahun. 

Tidak tahu kenapa, dalam hatinya, Xia Wanan merasa sangat sedih. Xia Wanan pikir kesan pertama terhadap Han Jingnian akan sama dengan yang ia bayangkan, bahwa Han Jingnian bisa bersifat lembut. Namun ternyata yang ia pikirkan salah. Han Jingnian tidak hanya tidak bisa bersifat lembut, namun sebaliknya, malah lebih buruk lagi. Dia selalu mengira kalau Han Jingnian sedang marah dan menghukumnya. Tetapi ia tidak tahu apa penyebab Han Jingnian marah, padahal Xia Wanan juga merasa tidak membuat kesalahan.

Han Jingnian tidak berusaha mengurangi kekuatannya sedikit pun, sehingga Xia Wanan tidak bisa diam lebih lama lagi. Mungkin ini pertama kalinya ia berani menentang Han Jingnian setelah menikah. Han Jingnian jelas jadi orang yang berbeda selama sesaat. Lalu Xia Wanan mencoba mendorong Han Jingnian yang berada di atasnya. Ia mencoba melepaskan diri dengan sekuat tenaga. Perbedaan kekuatan fisik antara pria dan wanita membuatnya merasa seperti ikan yang akan dipotong di atas talenan. Meskipun mencoba memberontak, tapi tidak adda gunanya sama sekali.

Bagaimana akhirnya, Xia Wanan tidak mengetahuinya dengan jelas. Ia hanya tahu ketika bangun keesokan harinya, Xia Wanan secara reflek menoleh ke samping dan melihat separuh tempat tidur di sebelahnya masih tetap rapi.

Tempat tidur yang rapi menandakan Han Jingnian sudah pergi lagi, atau setelah selesai tadi malam, dia tidak tidur di rumah dan pergi begitu saja.

Xia Wanan menatap tempat tidur di sampingnya yang kosong untuk beberapa saat. Lalu ia duduk dan segera bangun dari tempat tidur.

Setelah bangkit dari kasur, Xia Wanan melihat tubuhnya tampak berantakan dan merasakan sakit di mana-mana. Untungnya hari ini adalah akhir pekan, jadi ia tidak punya hal lain untuk dilakukan. Xia Wanan hanya memasak, dan setelah mengisi perutnya, dia melanjutkan tidurnya lagi.

Ketika bangun menjelang siang hari, Xia Wanan merasa sudah cukup baikan. Akhir pekan adalah waktunya untuk pergi ke supermarket membeli kebutuhan makanan selama seminggu. Jadi ia mandi, baru setelahnya pergi ke supermarket.

Xia Wanan hanya tinggal seorang diri, sehingga kebutuhan makannya tidak banyak. Tapi karena ia membeli banyak barang, jadi Xia Wanan pulang membawa dua tas besar berisi barang belanjaan. 

Saat berada di lift, Xia Wanan bersama seorang wanita paruh baya. Melihat Xia Wanan kesulitan membawa dua tas besar, wanita paruh baya itu membantu sambil bertanya bertanya, "Nona, kamu tinggal di lantai berapa?"

Xia Wanan mengucapkan terima kasih, barulah ia menjawab di lantai berapa ia tinggal.

Apartemen yang ditempati Xia Wanan adalah apartemen elit, di mana satu lantai adalah milik satu keluarga, sehingga sangat melindungi privasi setiap pemiliknya. Namun setelah mendengar jawaban Xia Wanan, wanita paruh baya itu segera membantu menekan tombol lantai tujuan dan memandang Xia Wanan dengan tatapan aneh. "Kamu ke lantai 27?"

Siguiente capítulo