Pacaran itu apa sih? yah bisa dibilang hubungan antara sepasang manusia yang saling mencintai, secara makna sih sah-sah saja pacaran, tapi ya... menjadi tidak sah karena manusia hidup dalam norma, terutama pada agama. Hubungan diluar pernikahan itulah nilai pacaran jika diukur dari norma agama. entah mengapa di negeri yang beragama ini tren pacaran seolah biasa saja, tidak mengertikah mereka? atau justru mereka masa bodoh karena dimabuk cinta. hah... ngomong-ngomong sebenarnya apa pula itu cinta. mau bagaimana lagi, karena pacaran seperti sudah menjadi budaya, kakau mau mengikuti ya harus mengakalinya. ini kisah bagaimana mengakali rasa cinta tanpa pacaran dengan kekonyolannya.
pagi itu, kicauan burung perkutut nyasar yang nengkreng di batang sebuah pohon akasia menjadi musik tersendiri bagi seorang Siswa SMA. siswa itu sedang dilanda semangat yang menggebu, motifnya karena ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu. setidaknya ia harus menjadi murid berprestasi di sekolah baru yang secara khusus di rekomendasikan oleh bapaknya.
masih terlalu pagi padahal, bahkan embun didaunan belum menghilang sepenuhnya. burung perkutut nyasar masih saja betah berkicau, halte pemberhentian angkot pun masih sangat sepi, tapi ya itu tadi, siswa itu terlalu semangat akan tujuannya, ia sampai mengabaikan waktu yang tepat. boro-boro angkot, jalanan saja masih sepi kendaraan. siswa itu mengecek jam tangannya.
" eh masih jam segini toh " ucap siswa itu sambil melihat dungu waktu yang menunjukkan pukul 06:05, kebosanan segera hinggap di benaknya, ia celingukan melihat sekitar " sepi bener " sambungnya.
entah karena kebetulan atau karena memang tuhan merestui niat mulia sang siswa tersebut, hanya butuh lima menit hingga fokus siswa tersebut memelototi ujung jalanan hingga akhirnya angkot mewah muncul.
" lucky " ucapnya riang seraya tangannya melambai tanda menyetop angkot.
" akh! " gumam siswa tersebut kecewa saat melihat isi angkot yang telah penuh penumpang.
" mana dek " tanya abang angkot setengah berteriak.
siswa tersebut tidak lekas menjawab karena sedang bergelut dengan isi pikirannya antara jadi atau tidaknya naik angkot yang pasti buat dia gerah nantinya.
" oi dek, dengar gak "
" ah iya bang, pa.. pamedan bang "
" naik "
Dengan langkah yang malas sang siswa memasuki angkot, matanya langsung tertuju ke bangku yang sengaja dikosongkan oleh penumpang lain setelah saling berhimpitan.
' huwah, di pojokan pula tu ' batin siswa tersebut mengeluh. mau tidak mau daripada menunggu lebih baik menanggung derita yang semoga tidak berujung pilu, fikir sang siswa mendramatisir, maklum hobinya membuat lagu yang isi liriknya lebay.
susah payah siswa tersebut maju melewati barang-barang para penumpang lain yang berupa tas seret hingga kardus sampai akhirnya ia sampai pada tempat yang dimaksud.
" sempit! " batinnya menjerit.
angkot pun bergerak, siswa itu hanya bisa membuang keluhannya dengan menghembuskan nafas pendek.
* ckiit * angkot berhenti mendadak meski belum lama bergerak maju, alhasil tubuh para penumpang termasuk siswa tersebut miring setengah seperti akan ambruk.
' sial, apaan sih pake rem mendadak ' keluh siswa tersebut, setelah tubuhnya tegak kembali ia lalu melongo keluar jendela.
' yang bener aja, masih mau nambah penumpang lagi ' protes siswa tersebut dalam hati. wajar saja sih, bahkan mungkin penumpang lain juga membantin hal yang sama, lihat saja raut bete wajah para penumpang.
siswa tersebut tidak habis pikir, mau ditaruh di mana coba itu penumpang baru, tidak mungkin kan duduk di tangga atau bergelantungan pintu masuk angkot, kalaupun iya demikian mana mungkin penumpang baru yang ternyata cewek... ' mana cantik pula, asem ' itu mau.
" di depan aja neng sama abang " rayu abang supir.
wah gila abang supir, nampak kali niat terselubungnya. tapi gak maksain keadaan juga kali, depan yang mana coba? disamping abang supir sudah terisi tumpukan kardus. tapi, ternyata eh ternyata tumpukan kardus itu dipindahin kebelakang.
" e e, gmn sih bang, ati-ati barang saya itu gampang pecah " protes penumpang kedua dari baris terdepan di belakang abang supir.
" maaf bu, ati-ati deh "
sang ibu hanya mendengus kesal.
" gak lah bang, balikin gih barangnya, saya di sini saja "
" eh " sang siswa menggumam kaget. ia tidak percaya gadis cantik berkerudung itu mau maunya duduk di tangga pintu masuk.
" bahaya neng "
" tenang aja bang, udah biasa "
wow, beneran tak tu, gimana ceritanya seorang cewek cantik terbiasa duduk di spot yang biasanya di tempati oleh anak sekolah yang nakal plus sok keren. mustahil! paling juga karena terpaksa karena gak ada pilihan lain.
" yah, ya udah deh kalau itu mau neng " ucap abang supir kecewa lalu mengembalikan barang yang diangkatnya tadi ketempat semula.
" cih " desis sang siswa seraya bangkit lalu menyeru. mana tega sang siswa membiarkan gadis berkerudung itu menjalani nasib yang lebih buruk darinya
" bang, jangan dulu " pinta sang siswa.
abang supir yang menoleh bertanya " ada apa dek "
" ada urusan bentar " jawab sang siswa seadanya.
siswa tersebut lantas maju dan berakhir di belakang cewek berkurudung tadi lalu mencolek pundaknya.
" emm, ah maaf, silahkan " ucap gadis berkerudung seraya menggeser tubuhnya memberi ruang agar orang bisa keluar.
" hah, bukan itu "
" eh, lalu ada apa ya? " tanya gadis berkerudung itu tampak bingung.
" kamu masuk aja, biar saya yang duduk disitu "
" owwh gtu " ucap gadis berkerudung sambil jari telunjuknya menutup bibirnya yg mungil dan merona, sejenak kedua bola matanya naik keatas seperti sedang berfikir, kemudian ia tersenyum misterius tapi menawan luar biasa sampai-sampai membuat sang siswa memalingkan sedikit wajahnya.
' wuah manisnya, masya Allah, astaghfiruallah, cobaan apa ini " batin sang siswa gak karuan.
entah mengapa senyum sang gadis berkerudung menambah sunggingan pada senyumannya lalu ia berkata " terima kasih sebelumnya, tapi saya tidak ingin berhutang budi kepada orang yang saya tidak kenal, jadi maaf ya, saya harus menolak kebaikan kamu "
Demi apa coba, jawaban yang tidak disangka sama sekali, bukannya apa, siswa tersebut tengsin saja kembali, perasaannya berkata dua orang penumpang cowok yang kini sedang menahan tawa itu seperti mengejeknya.
" anu, bisa tak prinsip hidupnya itu di cancel kali ini aja " rayu sang siswa penuh harap.
" ya gak bisa dong "
" please " rengek sang siswa sambil mengapit kedua telapak tangannya tanda memohon.
" puh " sang gadis berkerudung terlihat menahan tawa. " gak bisa ya gak bisa, tapi kalau kamu tetap maksa saya ada usul supaya prinsip,puh, prinsip ya.. bisa tidak berlaku lagi "
" hah, maksudnya " tanya sang siswa asli gagal paham plus sedikit kesal. maksa? yang bener saja!
" puh, gini, prinsip saya kan cuma berlaku untuk orang yang saya tidak kenal, nah untuk itu kita cukup berkenalan saja agar kamu jadi orang yang saya kenal, gimana?! ucap sang gadis seraya mengulurkan tangan.
" o,owh gitu ya " ucap sang siswa setengah hati mengerti. huwah, batin sang siswa serba salah. tentu saja sang siswa justru senang bisa kenalan sama cewek cantik tapi sang siswa juga merasa entah mengapa ia tadi dipermainkan oleh gadis berkerudung tersebut, ' merepotkan ' .
" kalau gitu, kenalin, Muhammad Zea, panggil aja zea " ucap sang siswa tanpa mengulurkan tangan.
sang gadis tampak termangu memandang uluran tangannya sendiri. " ssshh " sang gadis memainkan jemarinya.
sang siswa yang segera menyadari gelagat sang gadis berkerudung lalu ia cepat berdalih " ah maaf, kita bukan muhrim "
" o,owh gitu ya.. yah mau gimana lagi ya, ya ya ya, bukan muhrim ya , hmm " ucap sang gadis berkerudung tampak malu-malu lalu kemudian terlihat raut wajah senang akan sesuatu.
Zea yang memperhatikan tidak begitu mengerti gelagat sang gadis berkerudung kali ini. " ya, begitulah "
" ah ya, kenalin namaku putri rea, salam kenal "
lagi, Rea tersenyum menawan sedangkan lagi, zea memalingkan wajah dengan hati deg-degan. dunia serasa teralihkan. mereka berdua seperti lupa akan tujuan mereka kenalan. hingga akhirnya suara berat nan mengancam menghancurkan dunia yang mereka berdua ciptakan.
" hei, sudah selesai belum urusannya, bocah! "
" ah " gumam kompak zea dan rea seraya memandang abang supir lalu tertunduk malu. rea lantas bergegas masuk kedalam angkot dan berakhir duduk di tempat dimana zea duduk sebelumnya sedangkan zea duduk di tangga pintu masuk angkot lalu berusaha menutup wajahnya dengan tas sandangnya.
' malunya ' batin zea.