webnovel

Isi kontrak Pernikahan

Entah mengapa obrolan tadi sedikit mengganggu Reno.Walau waktu sudah menunjukan pukul satu pagi tapi Reno masih saja berada diruang kerjanya menatap laptopnya yang terlihat menyala.

Sudah dua jam dia berada disana,mencari informasi tentang Evan Permana,laki laki yang ternyata dulu pernah mencintai Lina.Tapi Reno merasa Evan masih memiliki rasa yang sama akan Lina yang sangat jelas terlihat diwajahnya.

Dari informasi yang ia dapat lewat internet,Evan Permana adalah anak kedua yang menjadi anak tunggal setelah sang kaka meninggal tiga tahun yang lalu.Informasi tentang kematian kaka Evan pun tak banyak,rasanya seperti ada yang ganjil mengingat keluarga besar Evan berisi orang orang terkenal tapi media yang meliput kematian kakak Evan sangatlah sedikit.

Dan berita yang ada pun tak mengatakan dengan jelas apa penyebab kematian kakak Evan.Diberita hanya ditulis Irfan Permana nama kakak Evan meninggal karna kecelakaan tapi tidak disebutkan dimana tempat terjadinya kecelakaan itu sendiri.

Dan tak ada informasi yang penting mengenai Evan sendiri,selain informasi penghargaannya sebagai model dan CEO.

Reno menutup laptopnya dengan kasar.Dia berdiri dan mencoba beranjak dari meja kerjanya.

"Lagipula kenapa aku harus merasa terganggu,dengan kehadiran dia."gumam Reno begitu menyadari tindakannya.

Dia tertawa sendiri menyadari apa saja yang baru ia lakukan,entah apa yang terjadi dengan dirinya.Begitu ia mengetahui hubungan Lina dengan laki laki lain dia merasa sedikit cemas.

Akhirnya Reno meninggalkan ruang kerjanya menuju kamar tidurnya,terlihat didalam kamar Lina yang sudah tertidur pulas.

Reno merebahkan tubuhnya disamping istrinya yang tidur dengan posisi seperti biasa.Dia mendekatkan diri dan melingkarkan tangannya dipinggang istrinya,Reno memeluknya erat membuat Lina merasakn kehadirannya.

"Kakak baru mau tidur."tanya Lina begitu menyadari Reno yang memeluknya dari belakang.Lina sudah terbiasa dengan pelukan Reno didalam tidurnya.

Awal pertama memang dia memberontak,tapi Reno berjanji takkan melakukan apapun diluar batas selama Lina menurutinya untuk ia peluk selama Reno tidur,dan Lina tau Reno adalah orang yang bisa ia pegang janjinya.

Reno menempatkan kepalanya dipunggung Lina,dan beberapakali merubah posisinya untuk menemukan posisi ternyamannya.

"Udah tidur,besok aku gak bakal bangunin kakak pagi pagi kok."Lina mengusap punggung tangan Reno yang ada dipinggangnya dengan lembut,membuat Reno berhenti melakukan dengan gerakan kepalanya yang jujur membuat Lina terganggu.

Usapan Lina ditangan Reno berubah menjadi sebuah pengantar tidur yang ampuh untuk Reno.Reno sering memeluk wanita bahkan banyak wanita yang bersedia memeluk dia terlebih dahulu tanpa ia minta,tapi ketika ia memeluk Lina walaupun hanya memeluknya dari belakang dan tak pernah mendapat balasan tapi Reno merasa nyaman dan merasa tenang,walaupun tak jarang dia memeluk Lina setelah dia bercumbu dan memeluk wanita lain diluar.

Pagi mulai menjelang,waktupun sudah menunjukan pukul enam pagi.Lina membuka matanya perlahan,dan mulai menggeser tangan Reno secara perlahan agar ia bisa terbebas.

"Masih pagi Lina,lagi pula ini hari libur kamu mau kemana sih."ucap Reno begitu merasakan sentuhan Lina yang berusaha menjauhkan tangannya.

"Yeah yang liburkan kakak,aku masih harus masak beresin rumah."Lina masih berusaha melepaskan pelukan Reno yang malah semakin erat dipinggangnya.

"Emang ada yang nyuruh kamu buat ngelakuin itu."Kini Reno mulai mendusel dusel kepalanya dipunggung Lina.

"Heuh..."Lina menyerah dia membiarkan Reno mengencangkan pelukannya.

"Lagi pula aku ajak kamu pindah kesini bukan buat jadi pembantu.Kamu cukup duduk manis,layanin aku dan nungguin aku pulang kerja itu doank."Reno kini mengubah posisi kepalanya sejajar dengan kepala Lina.

"Heuh terus aku harus sewa pembantu gitu buat beresin rumah,aku itu nganggur kak dan aku bukan orang malas yang mengandal semuanya pake uang."Ucap Lina sebal karna merasa Reno tak tau apa apa tentang dia.

Lina bukan cewek manja dia juga bukan cewek matre yang selama ini Reno tuduhkan kepadanya,jika saja Lina memang matre untuk apa dia berjualan kue setahun kebelakang.

"Kak akh,aku laper..."Lina kembali memberontak karna kesal.

"Hmm."Hanya kata itu yang keluar dari mulut Reno,dia mencoba memejamkan kembali matanya sambil terus mengencangkan pelukannya.

Tapi Lina tak menyerah begitu saja,begitu ucapannya tak digubris Lina mengeluarkan jurus andalannya.

"KAK....."Lina mencubit lengan Reno dengan sangat kecil.Tak satu atau dua kali Lina melakukannya beberapa kali.

"Lina ikhh sakit tau." Reno dengan spontan menarik tangannya dari pinggang Lina.

"Bodo..."ucap Lina sambil menjulurkan lidahnya sebelum dia berlari kekamar mandi.

Reno tak marah Lina melakukan itu,dia malah tersenyum sebelum dia kembali memejamkan matanya,yang masih sangat mengantuk.

* * * *

Pukul sepuluh pagi Reno mulai keluar dari kamarnya,karna lapar.Setelah membersihkan diri dia berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya.

"Masak apa..."tanya Reno pada Lina begitu sampai didapur.Terlihat di dapur Lina tengah sibuk dengan masakannya.

"Ada ayam rica rica,tempe goreng sama capcay."Lina kini tengah menata meja makannya dengan memindahkan semua masakannya kemeja.

"Mau makan sekarang."tanya Lina begitu melihat Reno yang sudah duduk didepan meja makan.

"Iya donk,tapi bareng sama kamu."Reno tersenyum manis kepada istrinya yang kini duduk disebrang meja sana.

Suasana dimeja makan sedikit berbeda dari biasanya,Reno yang selalu fokus dengan makanannya kini lebih sering menatap istri didepannya.

Ya entah sejak kapan pastinya Reno tak tau matanya selalu mencuri pandang pada Lina istrinya.Satu yang baru ia sadari tentang Lina yang ternyata tak kalah cantik dari pacar pacarnya diluar sana.Dia mempunyai kulit putih yang mulus,hidung yang mungil dan bibir selali terlihat menggoda.Apalagi semenjak Lina merubah gaya rambutnya yang tadinya panjang sekarang pendek sukses membuat Reno menyadari Lina itu memiliki leher yang jenjang.

Ting..tongg...

Suara bel membuyarkan fokus Reno yang sedari tadi terus memandangi istri cantiknya.

"Biar aku aja yang buka."Reno menahan Lina yang akan beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

Reno berjalan menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang.

Krieeett..

Begitu pintu dibuka,ternyata tak ada orang disana.Reno mencoba mencari siapa orang yang memencet tombol rumahnya tapi nihil tak ada siapapun disana.

Yang ada hanya satu kotak paket kecil,dengan tulisan untuk Lina.

"Paket untuk Lina."begitu Reno mengambil paket yang berada didepan pintunya.

"Apa paket misterius itu juga dikirim kesini."pikir Reno begitu menyadari paket yang ia pegang sama persis dengan paket yang dulu ia bakar.

Dia terus memperhatikan paket yang ia pegang ditangannya,ingin sekali Reno membuka dan melihat apa isinya.Tapi ia tahan ia tak mau kejadian yang dulu terulang,dia tak mau melihat Lina menangis.

Siguiente capítulo