webnovel

Bab 38 ( Momongan )

"Kak Tina, jangan mulai lagi dengan pertanyaan konyolmu itu! Apa kau berharap Kak Harry dan Kak Cleo mau bersikap romatis di depanmu? Kau tahu sendiri bagaimana sifat Kak Harry. Dia terlalu kaku untuk dikategorikan sebagai pria dewasa yang romantis," penjelasan Kiky sukses membuat Cleo menatapnya dengan mata penuh pemujaan.

Ini baru yang namanya pria normal pada umumnya. Ketika ada seorang wanita ditindas, pria sejati selalu bisa membelanya. Walaupun pembelaannya itu digolongkan dalam situasi yang sedikit sukar untuk dimengerti.

Tapi, apa maksud dari ucapan Kiky soal pria dewasa yang romantis? Bukankah Kiky baru saja masuk ke sekolah menengah? Mengapa anak yang masih ababil ini, tahu dan mengerti semua istilah semacam itu? Apa dia tipe laki-laki yang dewasa sebelum umurnya?

"Apa yang dikatakan adikmu itu benar. Jangan membuat Cleo merasa serba salah. Pernahkah kalian melihat Kakak Harry kalian ini bersikap romantis pada wanitanya?" Lily memberi pembelaan.

"Dia bisa menikah saja sudah sangat patut disyukuri. Dan sekarang, kau ingin pria yang bahkan lebih dingin dari es batu di kutub utara ini menunjukkan keromantisannya pada Cleo di atas meja makan?" Lily menertawakan argumennya sendiri yang mengalir dengan sangat lancar.

Cleo mau tidak mau merasa tidak enak. Ia tersenyum kikuk.

"Tante dan adikmu benar, Tina. Kakakmu Harry, jarang sekali menunjukkan keromantisannya padaku. Tapi demi apapun aku berani bersumpah, dia adalah pria yang terbaik buatku! Percayalah," ujar Cleo penuh keyakinan. Keyakinan yang dibuat-buat tentunya.

Cleo kemudian sedikit berbisik, "Dia sebenarnya adalah tipe yang sangat pemalu. Di depan kalian mungkin dia dingin. Tapi di belakang, emm.. dia luar biasa," Cleo mengangkat satu ibu jarinya ke depan dan mengedipkan mata.

Entah apa maksud sebenarnya perkataan Cleo yang ambigu, Christina langsung membalasnya dengan terkekeh. Begitu juga yang lain, yang ikut mendengarkan.

Sofia bahkan tersenyum sembunyi-sembunyi untuk menutupi kegeliannya. Sehingga Cleo terpaksa mulai tersenyum malu-malu karena merasa ucapannya itu terdengar konyol. Tapi demi menutupi kebohongan hubungannya dengan Harry, Cleo terpaksa menormalkan itu.

Peduli amat dengan segala tatapan menyerang yang dilemparkan Harry padanya secara diam-diam. Yang terpenting sekarang kepuasan semua orang atas jawabannya. Bukankah Harry harus berterimakasih dalam hal ini?, pikir Cleo menimbangnya dalam hati.

Tapi, ucapan Sofia tidak lama setelah itu mengejutkan Cleo.

"Lalu, kapan kalian berencana untuk punya momongan?" tanya Sofia dengan sangat tiba-tiba dan tanpa aba-aba.

Pertanyaannya itu mengalihkan seluruh pembicaraan mereka ke hal yang lain, yang sangat mengejutkan semua orang. Terutama Cleo dan Harry.

Cleo menatap Ny. Sofia dengan tidak berdaya. Sementara Harry menatapnya dengan kening dan bibir berkerut. Lalu Daniwan dan Lilyana dengan alis terangkat. Serta Christina, dengan rasa penasarannya yang amat besar akan jawabannya. Dan Kiky dengan sikapnya yang acuh tapi juga ingin tahu.

Semua anggota keluarga Harry menatap Harry dan Cleo secara bergantian.

Apa-apaan ini?

Mengapa anggota keluarga Harry terus saja membuat jantung Cleo hampir copot setiap kali mereka mengajukan pertanyaan? Tidakkah mereka tahu, jantung Cleo ini sangat sensitif pada serangan yang mendadak?

Lalu ketika nampaknya Cleo belum memiliki kemampuan untuk menjawabnya, Harry sudah memberikan jawabannya yang tenang.

"Kami belum merencanakannya. Kami masih ingin seperti ini," ujar Harry datar yang sukses membuat sebagian orang beroh-ria.

Cleo menjalankan perannya. Mengikuti alur.

"Iya, Nek. Kami belum memikirkan itu untuk sementara ini. Jadi nenek jangan terlalu banyak menantikannya," seru Cleo kikuk. Menimpali.

Lily langsung menengahi.

"Ibu, kau jangan terlalu memaksakan seseorang yang baru saja menikah untuk punya momongan. Mereka masih terlalu dini untuk membicarakan ini. Iya 'kan, sayang?" tanya Lily pada suaminya, meminta dukungan.

Daniawan langsung mengangguk.

"Itu benar, Ibu." Jawab Daniawan.

Sofia tampak tidak setuju.

"Mengapa begitu? Bukankah tujuan sepasang wanita dan pria menikah adalah untuk memiliki seorang anak atau keturunan? Lantas mengapa itu belum mereka pikirkan?" tanya Sofia balik tidak mengerti, yang lantas membuat Harry menatapnya tidak senang.

Ia meletakkan sendok yang dipegangnya di atas piring. Lalu menatap nenek.

"Setelah dulu nenek memaksamu untuk menikah. Sekarang nenek ingin memaksaku untuk memiliki seorang anak?" Harry menyindir dengan tajam tepat pada sasaran.

Sofia membalas dengan santai.

"Apa itu salah?" tanya Sofia.

Cleo langsung menatap keduanya cemas. Mengapa suasana ini mulai terasa tidak kondusif?

Harry menatap neneknya dengan kesal. Dan Cleo berusaha menjadi penengah.

"Nenek! Kami memang sudah merencanakannya!" teriak Cleo adu cepat dengan Harry. Ia merasa akan ada keributan jika ia tidak mengambil alih pembicaraan ini.

Karena itu, ketika Harry sudah melemparinya ekspresi tidak senang karena perkataan Cleo. Cleo buru-buru menambahkan.

"Kami sudah merencanakannya nanti, dua tahun lagi!" ujar Cleo cepat sebelum Harry menebas lehernya dalam satu kali sayatan. Oh tidak! Lebay mungkin tapi melihat kerutan di kening Harry, Cleo dengan cepat bisa merasakan tatapannya itu sudah sanggup menusuk tajam lehernya tanpa penyaringan.

"Dua tahun lagi?" nenek menatap Harry dan Cleo bingung.

Cleo mengangguk, "Ya. Kami berencana baru akan program kehamilan dua tahun lagi. Ini murni atas keinginanku, Nek! Aku.. aku masih belum siap untuk memiliki seorang anak. Aku rasa aku masih perlu belajar dengan baik dulu menjadi seorang istri yang baik. Bukan begitu, Nek?" Cleo menatap Sofia dengan ragu dan takut-takut.

Perkataannya ini logis 'kan?, batin Cleo ragu.

Sofia menghelah napas.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Walaupun nenek sedikit kecewa, tapi baiklah. Nenek akan tetap mendukungmu. Kau memang perlu menjadi istri yang baik dulu, sebelum kau menjadi seorang ibu yang baik. Kalau begitu.. bagaimana kalau kau ikut suamimu pergi ke kantor besok?" ujar Sofia tenang yang sukses membuat semua orang menatapnya.

"Pergi ke kantor?" ulang Cleo, menyangsikan pendengarannya. Begitu pula semua orang.

"Ya. Bukankah sebagai istri yang baik, kau harus mendukung pekerjaan suamimu dengan baik? Sekalian kau perkenalkan dirimu pada semua karyawan yang ada di sana. Mereka pasti sudah sangat penasaran ingin melihatmu," ujar Sofia lagi yang sukses membuat Cleo mengedipkan kedua kelopak matanya dua kali secara bersamaan.

Dan Harry menatap Sofia dengan helaan napas. Begitu pula dengan yang lainnya.

***

Siguiente capítulo