webnovel

Bab 11 ( Sebuah Panggilan Telepon )

Ya. Cleo hanya bisa terbebas dari para kreditur itu jika saja nenek Harry menyetujui hubungannya dengan Harry segera. Sehingga dengan begitu, tidak ada alasan bagi Harry untuk menolak permintaan Cleo yang nantinya akan ia ajukan.

Tapi... yang menjadi masalahnya sekarang adalah Cleo masih belum menuntaskan kewajiban yang seharusnya ia kerjakan. Ia masih perlu untuk mencoba berbicara dengan Nyonya Sofia lagi besok pagi di rumah sakit.

Pembicaraannya dengan Nyonya Sofia hari ini bisa dikatakan gaga, atau mungkin belum tuntas. Entahlah... apapun itu, yang jelas usahanya hari ini adalah nol besar.

Karena itu ia perlu untuk menemui Nyonya Sofia lagi dan berbicara dengannya.

Ya. Itu seharusnya menjadi niat awalnya lagi. Tapi sebuah panggilan telepon mengubahnya.

Sekretaris Harry ( Dirga ).

Nama itu muncul di layar, tepat ketika Cleo tengah berada di sebuah mall tempat kerja paruhnya yang kedua. Cleo segera mengangkatnya.

"Hallo?" jawabnya dengan ragu.

Ia sendiri bingung kenapa sekretaris Dirga bisa menghubunginya secepat ini. Jika ia ingin tahu bagaimana hasil pertemuannya dengan Nyonya Sofia hari ini, Cleo jelas tidak bisa memberikan jawaban yang baik untuknya.

Tapi jika ia ingin memberitahukan berita buruk padanya.. Cleo tentu juga tidak tahu bagaimana ia harus menghadapinya.

Mungkinkah Nyonya Sofia mengadukan sesuatu yang buruk tentangnya? Atau.. apakah perjanjiannya ini dibatalkan karena mereka telah menemukan pengantinya atau solusi yang lain?

Haizz..

Membuat kesal sendiri saja.

Ia 'kan belum berbicara banyak dengan Nyonya Sofia. Karena itu panggilan telepon ini tidak membuat hatinya senang.

"Nyonya Cleo?" sapa sebuah suara yang menanti dari seberang telepon. Suara yang begitu tenang. Setenang air menggenang. Cleo menjadi was-was.

"Ya?" balas Cleo.

"Saya Dirgantara, sekretaris pribadi Tuan Harry. Apa Anda masih ingat?" tanya Dirga dengan sopan.

Tentu saja aku mengingatmu!! Bagaimana mungkin aku bisa melupakan laki-laki yang baru saja aku temui satu hari yang lalu? Dan, yang juga merupakan pria yang akan menjadi jembatan penghubungku di masa depan?

"Ya, tentu saja Saya ingat," jawab Cleo dengan sopan juga.

"Saya menelepon hanya untuk memberitahu Anda. Proposal yang Anda ajukan telah disetujui. Nyonya Sofia telah menerima Anda sebagai calon menantu cucunya yang sah. Dan karena itu, perjanjian Anda dengan Tuan Harry akan segera ditindaklanjuti. Dan jika Anda berkenan, Anda bisa datang sendiri ke kantor Tuan Harry untuk membicarakan masalah ini dengan lebih terperinci. Untuk keberhasilan Anda, saya ucapkan Selamat. Selamat karena Anda telah berhasil meyakinkan Nyonya Sofia dengan sangat baik."

Bagaikan sebuah bel yang berdentum dengan kencang di atas kepala. Cleo merasakan pukulan yang cukup keras di otaknya. Bahkan syaraf-syarafnya sekarang seolah berhenti berkerja secara mendadak.

Ia sungguh tidak menduga, dirinya akan mendapatkan sebuah pencerahan yang begitu cepat. Dengan perlahan dan tidak pasti, Cleo mulai mencerna setiap perkataan Dirga padanya secara bertahap.

"Anda... benar-benar yakin dengan apa yang Anda katakan??" tanya Cleo dengan tidak percaya.

Jelas sekali ada sejuta tanda tanya di dalam setiap perkataannya itu.

Kata setuju Dirga, bergema berkali-kali di otaknya.

"Ya. Saya yakin," Dan ketika pria itu seklai lagi mengatakan keyakinannya itu, Cleo dengan tangan bergetar berteriak dengan kencang.

"Jadi saya benar-benar akan menikah dengannya??" teriaknya histeris. Yang membuat banyak pasang mata yang kebetulan berada di dekatnya, menatap ke arahnya.

Cleo segera tersadar kalau ia berada di tempat umum. Sehingga ia langsung merasa malu dan mulai mengurangi nada bicaranya.

"Saudara Dirga... Anda yakin dengan apa yang Anda katakan itu? Apa benar Nyonya Sofia setuju Saya menikahi cucunya?" tanyanya lagi dengan tidak percaya dengan suara yang sangat pelan sehingga tidak ada oranglain selain penelepon yang bisa mendengarnya, "Masalahnya adalah... saat tadi pagi saya datang ke rumah sakit untuk menemui Nyonya Sofia, Saya yakin sekali saya tidak terlalu berbicara banyak dengannya. Lantas, bagaimana mungkin Nyonya Sofia bisa langsung setuju??"

Cleo kembali mengingat perlakuan Nyonya Sofia yang sama sekali tidak memberinya kesan. Wanita itu jelas menolak untuk berbicara lebih lama dengannya. Ia bahkan menyuruh asistennya untuk membawanya keluar dari kamarnya karena ia lebih memilih untuk beristirahat sendiri.

Lantas darimana munculnya pemikiran untuk menyetujui pernikahan itu? Cleo saja bahkan belum membicarakan apapun soal menikah? Lalu darimana munculnya ide itu??

Apa mungkin, ini karena asisten Nyonya Sofia yang telah mengatakan segala hal baik tentangnya pada Nyonyanya??? Itu lebih aneh lagi. Jika benar seperti itu, Nyonya Sofia jelas tidak mungkin langsung setuju begitu saja.

"Mengenai hal itu saya sendiri juga kurang tahu. Saya hanya menyampaikan pesan. Karena itu, jika Anda ingin tahu lebih lanjut, Anda bisa datang sendiri kemari. Maka dari itu, karena sepertinya saya sudah menyampaikan apa yang seharusnya saya sampaikan, saya sudahi telepon ini. Selamat sore."

Klik.

Telepon putus. Dan Cleo hanya bisa terbengong-bengong meratapinya.

"Ya! Bukankah kita belum selesai berbicara?" makinya pada si penelepon yang bahkan sudah tidak bisa mendengar makiannya itu lagi sekarang.

Si sekretaris itu selalu saja berbicara dengan singkat dan penting saja. Persis seperti bos-nya, Harry Miles. Sedikit bicara dan sangat pelit untuk berbasa-basi. Apa dunia akan runtuh jika mereka lebih banyak berbicara atau sekedar berbasa-basi?

Hah...

Cleo mulai merenung kembali. Ia mengulang lagi perkataan Dirga dalam benaknya dan mulai bergumam sendiri.

"Mungkinkah ada sesuatu yang terlewatkan saat tadi pagi di rumah sakit?"

"Atau.. apakah Nyonya Sofia diam-diam mendengarkan pembicaraannya dengan sang asisten??"

Ah, perduli amat!!

Tidak perduli apapun alasan Nyonya Sofia menyetujui pernikahannya ini, yang penting sekarang adalah ia berhasil menuntaskan kewajibannya untuk memenuhi persyaratan yang diajukan laki-laki dingin itu padanya. Ya.. walaupun ia sendiri tidak tahu bagaimana proses itu bisa terjadi, tapi kini setidaknya Cleo telah dinyatakan berhasil.

Dengan ceria Cleo melebarkan senyumnya.

Ia lalu melihat sekeliling dan mencari seseorang. Ketika menemukan siapa yang dicarinya, Cleo langsung menghampirinya.

"Sasya, aku ada urusan penting sekarang. Tolong gantikan aku ya?!" pintanya tanpa babibu ketika ia berjalan menuju meja kasir. Menemui Sasya, teman kerjanya. Dan meminta wanita itu untuk menggantikannya hari ini berjaga.

Sasya langsung termangu.

"Kau bercanda? Apa maksudmu menggantikanmu? Memangnya kau mau kemana?" tanyanya dengan bingung.

Cleo tersenyum penuh maksud.

"Aku punya urusan penting yang mendesak. Karena itu, tolong gantikan aku hari ini. Oke?" pinta Cleo lagi, dengan setengah memohon.

Sasya memberikan protes.

"Hah? Yang benar saja! Kau lupa sekarang ini kita masih berada di jam kerja!? Kau tidak bisa seenaknya saja pergi begitu saja meninggalkan pekerjaanmu!"

Sasya jelas sudah melarang Cleo untuk pergi dan meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Tapi Cleo yang saat ini sedang berfokus pada hal lain, sama sekali tidak memperdulikan Sasya. Ia berjalan masuk ke ruang ganti dan dengan cepat merubah pakaiannya, lalu menenteng tas dan keluar tanpa bisa dicegah.

Sasya yang melihat itu hanya bisa menatapnya dengan tidak percaya. Dan melotot!

"Cleo!! Kau serius ingin pergi begitu saja dan meninggalkan aku?" Sasya menatap kepergian Cleo dengan frustasi.

Ia jelas tahu, Cleo bukan tipe orang yang tidak bertanggung jawab dalam bekerja. Tapi apa yang baru saja dilihatnya?

Wanita itu serius dengan ucapannya.

"Sudah kukatakan kalau aku punya urusan penting. Karena itu, tolong bantu aku kali ini," pinta Cleo dengan memohon dari jarak yang sudah lumayan jauh dan kemudian melesat pergi dengan terburu-buru.

"Ya!! Cleo! Bawa kembali tasmu itu dan kenakan lagi seragammu! Kau tidak bisa meninggalkanku sendirian seperti ini. Kau tahu dengan pasti pekerjaan kita sedang sangat menumpuk. Tapi kau masih ingin pergi begitu saja...?!"

Sasya terus berteriak dan meminta Cleo untuk kembali. Tapi Cleo sama sekali tidak berbalik. Ia terus berjalan dengan kecepatan penuh menuruni tangga eskalator tanpa mengerem.

***

Siguiente capítulo