"Aku harus bagaimana?". Hendra mengangkat bahunya. Pasrah menerima permintaan apa pun yang diajukan Aruna. Dia terlampau menyesal melihat gadis mungilnya menghindar terus menerus.
Aruna berdiri terdiam. Dia sendiri bingung harus ngapain. Sejujurnya gadis itu berharap bisa pergi jauh dari tempat ini. Tidak begitu suka berada di mall, lebih suka berjalan-jalan di alam terbuka bebas dan luas. Yang utama, dia tidak suka ada di dekat pewaris tunggal Djoyodiningrat. Sangat tidak suka.
Tiba-tiba lelaki itu berlutut didepannya. Aruna sangat terkejut. Belum sempat mundur, kakinya sudah ditangkap Hendra.
"Rapikan dulu tali sepatu mu, supaya tidak jatuh". Pria itu berbicara sembari mendongak keatas menatap Aruna yang memalingkan muka.
"Sampai kapan kamu akan marah?!". Setiap ucapannya tanpa balas.
"Ternyata selain pemarah, calon istriku juga keras kepala". Hendra berdiri merapikan dirinya. Masih berusaha mencari cara membuat gadis didepannya bahagia.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com