Aku tertawa, "Emangnya umur kita berapa sekarang?"
"Aku tiga belas tahun. Kamu kan empat tahun lebih muda dariku. Kalau aku dewasa nanti, aku pasti ganteng banget. Nyesel kamu kalau ga mau sama aku." ujarnya dengan arogan, tapi entah kenapa tatapan matanya terlihat teduh.
Aku menatapnya tak percaya. Yang benar saja? Dia baru saja melamar anak perempuan berusia sembilan tahun! Mungkin akan lebih baik jika aku mengabaikan pembahasan ini, "Masih jauh?"
"Masih jauh. Nanti aku lamar kamu lagi kalau umur kamu 22 tahun. Kamu pasti udah lulus kuliah kan?"
"Maksudku rel keretanya, Dio."
"Ck! Kamu biasanya manggil aku "Kakak". Kak Dio. Bunda kamu pasti ngamuk kalau kita pulang nanti. Kamu bener-bener amnesia." ujarnya dengan gusar sambil berjalan menjauh untuk mencuci tangan.
Aku menatapnya dalam diam. Kenapa aku merasa percakapan ini pernah terjadi?
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com