Aku menatap Opa sebelum duduk di sisinya, lalu menaruh paper bag berisi coklat dan buket bunga dari Astro di atas meja, "Opa, Faza mau nanya, boleh?"
Opa menutup buku yang sedang dibacanya dan meletakkannya di meja. Sepertinya menungguku bicara.
Aku berpikir kembali apa yang akan kukatakan sebelum benar-benar bertanya, "Kenapa dulu Opa ngelarang Bunda pacaran sama Ayah?"
Opa terlihat terkejut. Namun tatapannya kembali seperti biasanya saat menyandarkan punggung ke punggung sofa, "Mafaza sudah baca semua diary Danastri?"
"Masih ada satu yang belum Faza baca."
Opa mengangguk mengerti, "Bisa Mafaza cerita ke Opa, apa saja yang Mafaza baca?"
Permintaan Opa terasa aneh untukku. Bukankah Opa juga sudah membacanya? Diary itu tergeletak begitu saja saat aku menemukannya. Seharusnya siapapun yang pernah ke loteng bisa menemukannya dengan mudah. Bahkan Astro berkata pernah melihat diary itu saat dia mengikuti Opa ke loteng walau hanya sekali.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com