webnovel

Chapter 141 - Training Arc Aftermath 8

Short story 3

Kunci penggerakku, nomor absen 4 Ayase Yue.

Istana Lebenschilt, bersama dengan Yue dan Chamo dan Rin yang sedang berdiskusi mengenai sihir baru macam apa yang akan mereka pelajari.

"Uwaa, Yue-Nee dan Nodoka-Nee benar-benar sudah berusaha dengan keras di liburan musim panas ini," Kata Chamo. "Sudah waktunya kalian memikirkan kunci penggerak untuk sihir kalian, tidak mungkin bukan kalian berdua terus-menerus menggunakan Practe Bigi Nar Ardescat sebagai kunci penggerak sihir yang kalian pakai."

"A-apa memangnya kami berdua sudah memerlukan kunci penggerak sendiri?" Tanya Yue yang shock mendengar ucapan Chamo.

"Kunci penggerak adalah sesuatu yang penting untuk seorang mage," Jawab Rin. "Aku dan Shirou hampir tidak membutuhkan kunci penggerak sama sekali karena kami berdua pada dasarnya adalah seorang Magus yang menggunakan Magecraft jadi kunci penggerak bukanlah sesuatu yang penting untuk kami berdua, tapi berbeda denganmu kau lebih berbakat menjadi seorang Mage daripada Magus makanya kunci penggerak sihir adalah sesuatu yang kau perlukan, lagipula kunci penggerak sihir adalah kunci yang digunakan agar kau lebih lancar mengakses energi sihir yang ada di dalam tubuhmu dan juga supaya bisa menggunakan sihir jauh lebih baik."

"Rin-Nee benar untuk membuatnya juga diperlukan ritual yang panjang," Kata Chamo yang melayang-layang di depan Yue. "Jadi pikirkanlah kunci penggerak yang cocok untukmu mulai dari sekarang."

"Yah, dan akan lebih baik lagi kalau kau membuatnya berdasarkan hal yang kau suka," Kata Rin. "Jadi pikirkanlah dengan baik karena ritual untuk membuat kunci penggerak sihir hanya bisa digunakan sekali seumur hidup."

"Kira-kira apa kunci penggerak yang cocok untukku?" Tanya Yue.

"Bagaimana kalau Suki Suki Daisuki Negi-Sensei!" Jawab Chamo. "Kupikir kunci penggerak itu sangat cocok untuk Yue, lho!"

(Artinya ialah: Suka-suka sangat suka Negi-Sensei!)

"Dasar bodoh!" Teriak Rin. "Itu sih bukan kunci penggerak sihir namanya! Kata-kata seperti itu bukannya akan mengaktifkan sihir malah bisa-bisa membuat sihir menjadi kacau! Apa sih yang kau pikirkan dasar ferret mesum!"

"Aku juga nggak setuju!" Kata Yue. "Pikirkan dong apa yang akan terjadi kalau aku mengucapkan kunci penggerak memalukan macam itu!"

"Lho, padahal kupikir kunci penggerak itu cukup bagus, lho!" Kata Chamo. "Padahal aku juga sudah memikirkan kunci penggerak lain yang cocok untuk Yue-Nee contohnya: 'Yue love Sensei aishiteru!'"

"Kutolak!" Teriak Yue sambil meremas-remas kartu tempat Chamo disegel. "Kenapa semua kunci penggerakku harus mesum seperti itu!"

"Yue Yue, Rin-san aku sudah memikirkan kunci penggerak yang cocok untukku, lho!" Kata Nodoka yang tiba-tiba saja muncul.

"Oh, benarkah!?" Kata Chamo. "Kau cepat juga membuatnya Nodoka-Nee!"

"Eh, cepat sekali," Kata Yue. "Apa kau yakin Nodoka?"

"Aku punya perasaan tidak enak, nih," Kata Rin ketika melihat Nodoka datang.

"Nih, kuperlihatkan pada kalian semua!" Kata Nodoka sambil membuka gulungan yang berisi kunci penggerak miliknya.

"Love Love Get Kiss Negi-Sensei!"

Kepala Yue membentur lantai setelah ia terjatuh sebagai reaksi akibat ia melihat kunci penggerak Nodoka yang bahkan lebih mesum dari kunci penggerak miliknya.

Rin tidak bereaksi apa-apa selain berkeringat dingin di pipi karena sudah menyangka hal macam ini akan terjadi, ia sudah tahu sedari awal kalau Nodoka yang datang bukanlah Nodoka yang asli dan hanya golem yang dibuat oleh seseorang.

"No-Nodoka! Apa-apaan kunci penggerakmu itu!" Teriak Yue yang shock melihat kunci penggerak milik Nodoka palsu.

"Lhoo? Memangnya kenapa Yue? Masa kau gugup hanya karena sedikit hal mesum, kau seperti bukan Yue yang kukenal saja," Kata Nodoka palsu dengan senyum yang menghina.

"Nodoka-Nee, aku tidak menyangka kalau kau bisa berubah sedrastis itu!" Kata Chamo yang terlihat begitu bersemangat.

"Nodoka! Apa yang sebenarnya terjadi padamu!" Kata Yue. "Kenapa kau bersikap seperti itu!"

"Poooff!" Nodoka palsu langsung menghilang setelah Rin memukulnya di kepala dan hal itu tentu saja membuat Yue dan Chamo merasa kaget.

"Eeeh Nodoka-Nee tiba-tiba saja lenyap!" Teriak Chamo.

"Kenapa bisa begitu! Apa yang sebenarnya baru saja terjadi!?" Yue benar-benar merasa bingung kenapa Nodoka yang tadi ada di hadapannya bisa lenyap begitu saja ketika Rin memukulnya di kepala.

"Sadarlah kalian berdua," Kata Rin. "Nodoka yang tadi adalah Nodoka palsu yang dibuat oleh seseorang, dan kalau dilihat dari sifat dari Nodoka palsu itu kemungkinan besar pelakunya ialah Haruna yang menggunakan Artefak miliknya untuk membuat Nodoka palsu."

"Cih, bisa-bisanya dia membuat Nodoka palsu macam itu!" Yue benar-benar marah pada Haruna dan dia saat ini benar-benar ingin mencekik sahabatnya yang mesum itu.

"Yah, melihat Nodoka-Nee menjadi mesum memang menyenangkan," Kata Chamo. "Tapi rasanya image mesum tidak cocok untuknya."

"Rin-san apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yue. "Apakah kita harus mencari Haruna dan membalas prank yang baru saja dilakukannya?"

"Tidak perlu," Jawab Rin. "Terlalu merepotkan kalau kita harus membalasnya, biarkan saja dia. Karena aku yakin kalau saat ini Haruna sedang mendapatkan karma atas prank yang ia lakukan."

Di sisi lain dari istana Lebenschilt, Haruna sedang tertawa terbahak-bahak sambil berguling-guling di lantai. Karena ia memikirkan bagaimana reaksi Yue ketika bertemu dengan Nodoka palsu ciptaannya.

"Hyahahahahaha aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Yue ketika ia bertemu dengan Nodoka tiruan yang kubuat!" Haruna memegang buku sketsa yang merupakan bagian dari Artefaknya dan di salah satu halaman buku sketsa itu ada gambar dari Nodoka dengan tulisan 'The perfect dark Nodoka', tiruan dari Nodoka yang ia rancang untuk memiliki sifat yang berlawanan dari sifat aslinya Nodoka. "Dia pasti kebingungan! Ah apa sebaiknya kupakai Ero Nodoka yang baru saja kuselesaikan untuk membuat Yue menjadi semakin kalang kabut?"

Karena Haruna terlalu asyik dengan imajinasinya sendiri, ia tidak sadar kalau Nodoka asli mendekati dirinya dengan tampang marah sambil membawa setumpuk buku tebal.

Nodoka mengangkat tumpukan buku itu tinggi-tinggi lalu menjatuhkannya ke atas kepala Haruna yang masih asyik menggambar dan tidak menyadari keberadaan Nodoka sama sekali.

Buku-buku tebal dan berat itu tepat mengenai kepala Haruna dan langsung membuat kepalanya benjol dan ia langsung pingsan.

"Kau tahu Haruna aku memang orang yang pemalu dan gugup," Kata Nodoka dengan nada yang dingin. "Tapi aku tidak bisa terima kalau kau mengubah imageku menjadi gadis mesum yang tidak punya malu!"

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Short Story 4

Chachamaru's new body.

Universitas Mahora, di laboratorium pribadi milik Satomi Hakase.

Satomi baru saja selesai mengupgrade tubuhnya Chachamaru.

"Bagaimana tubuh barumu, Chachamaru?" Tanya Satomi.

"Yah, nggak ada masalah," Jawab Chachamaru. "Tubuh baru ini bekerja dengan sempurna."

"Aku meningkatkan kemampuanmu sampai batas tertinggi yang bisa kucapai saat ini!" Kata Satomi. "Berdasarkan seluruh data pertarungan di Mahora Budokai! Bahkan secara teori kau bisa melakukan quick move menggunakan tubuh barumu itu!"

"Ba-baik, tapi kurasa kalau tubuhku lebih baik besarnya seperti yang dulu saja, deh," Kata Chachamaru. "Model rambutnya juga."

"Eh, kau lebih suka tubuhmu yang semula?" Kata Hakase kaget. "Padahal kurasa ukuran tubuhmu saat ini adalah yang terbaik!"

"Bukannya aku tidak suka dengan ukuran tubuhku yang sekarang Hakase," Kata Chachamaru dengan wajah memerah. "Tapi di tubuh baru ini aku jadi lebih pendek dari Shirou-Sama, dan hal itu membuatku merasa tidak nyaman."

"Kau tidak suka dengan tubuh barumu karena kau jadi lebih pendek dari Shirou-kun!?" Teriak Hakase. "Harusnya kau bilang dari tadi Chachamaru! Aku membuat banyak tubuh baru untukmu dalam berbagai ukuran! Aku bahkan punya tubuh untukmu yang akan membuatmu seukuran dengan Negi-Sensei!"

"Tidak usah," Kata Chachamaru. "Cukup tubuhku yang semula saja."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Short Story 5

Musim Semi dan Musim Panas, Natsumi Murakami nomor absen 28.

Apartemen milik Yukihiro Konzern, tempat Ayaka, Chizuru, Natsumi dan Kotaro tinggal.

"Dasar! Kau itu nakal sekali, sih! Bisa tidak sih kau menuruti perkataanku sekali sekali saja!" Teriak Ayaka yang merasa kesal dengan kelakuan Kotaro. "Kau nggak bisa, ya meniru sifatnya Emiya-kun dan Negi-Sensei sedikit saja!"

"Ayaka-Nee-san, anak kecil sepertiku sedikit nakal itu adalah hal yang wajar," Kata Kotaro. "Justru Negi yang sopan dan penurut itu yang tidak wajar!"

"Apa katamu! Berani sekali kau menghina Negi-Sensei!" Teriak Ayaka sambil menarik pipi Kotaro. "Dan jangan sok jadi anak kecil di saat seperti ini!"

"Ooh, Ayaka-Nee-san mau ngajak berantem, nih!" Kata Kotaro sambil menggenggam tangan Ayaka yang menarik pipinya. "Boleh akan kulayani!"

"Aaah mereka berantem lagi, deh," Kata Natsumi ketika melihat Ayaka dan Kotaro yang sedang bertengkar. "Apa mereka berdua tidak capek, berantem setiap hari?"

"Mereka berdua akrab sekali, ya," Kata Chizuru yang duduk di sebelah Natsumi.

"Eh, begitukah?" Kata Natsumi yang bingung dengan ucapan Chizuru.

"Yup, bukankah ada yang bilang kalau semakin bertengkar akan semakin akrab?" Kata Chizuru.

"Anuu Chizu-Nee kupikir kata-kata itu tidak tepat, deh," Kata Natsumi. "Kalau mereka berdua adalah teman masa kecil atau sahabat kurasa kata-kata itu memang tepat, tapi Kotaro-kun dan Ketua kelas bukanlah keduanya jadi kupikir ucapanmu yang barusan tidak pas."

"Ara benarkah?" Kata Chizuru sambil berpura-pura bodoh. "Aku tidak berpikit sampai kesitu lho!"

Keesokan harinya ketika Natsumi sedang berbelanja, ia melihat Kotaro sedang berjalan bersama-sama dengan Yue dan Nodoka. Merasa penasaran ia mengawasi mereka bertiga secara diam-diam.

'Hmm, Kotaro-kun sedang berjalan bersama-sama dengan Nodoka dan Yue? Kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan?'

Selesai berjalan bersama dengan Nodoka dan Yue, Kotaro menemui Kaede dan kemudian Gu Fei. Natsumi yang mengikuti Kotaro secara diam-diam karena rasa penasaran entah mengapa merasa agak kesal Kotaro dekat dengan banyak gadis.

'Kotaro-kun dekat dengan banyak gadis dan bahkan mengobrol akrab dengan mereka semua! Hmm kok dia jadi seperti Shirou-kun yang seorang play boy!'

"Kok wajahmu terlihat nggak senang seperti itu, Natsumi?" Kata Chizuru yang secara diam-diam juga mengikuti Kotaro.

"Gyaa, Chizu-Nee!" Kata Natsumi yang kaget dengan kemunculan Chizuru.

"Raut wajahmu berkata, padahal bilang nggak akan berhubungan dengan cewek, tapi nggak disangka kalau dia cukup playboy juga!" Kata Chizuru. "Apa kau merasa cemburu pada Kotaro-kun?"

"Ti-tidak kok!" Kata Natsumi sambil memandang ke arah lain.

"Ara ara aku cuma bercanda, kok," Kata Chizuru. "Tapi Natsumi bukankah kau membenamkan wajahmu ke kemejanya Kotaro-kun yang kau cuci!?"

"Aku tidak pernah melakukan hal mesum macam itu!" Teriak Natsumi. "Aku tidak seperti Chizu-Nee yang setiap malam sebelum tidur mencium fotonya Shirou-kun kemudian tidur sambil memeluk daimakura yang berbentuk Shirou-kun!"

"Ara ara darimana kau bisa tahu hal itu Natsumi-chan," Chizuru saat ini terlihat amat marah, walaupun wajahnya tersenyum dan kalau dia sudah menyebut Chan di belakang nama seseorang itu artinya dia benar-benar marah pada orang tersebut. "Bagaimana kalau kita kembali ke apartemen dan membicarakannya berdua saja."

Natsumi baru sadar kalau ia baru saja menggali lubang kuburannya sendiri, dengan mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh ia ucapkan.

"Ma-maafkan aku Chizu-Nee, aku waktu itu tidak sengaja.." Sebelum Natsumi bisa menyelesaikan perkataannya Chizuru sudah menutup mulut Natsumi menggunakan jari telunjuknya lalu berkata:

"Simpan ucapanmu itu untuk nanti di apartemen Natsumi-chan, saat aku akan mendidikmu untuk menjaga mulutmu."

Wajah Chizuru masih tersenyum, tapi Natsumi tahu kalau di balik senyuman itu sebenarnya Chizuru benar-benar marah kepada dirinya.

Chizuru lalu menarik tubuh Natsumi dan membawanya kembali ke apartemen, untuk 'mendidik' Natsumi menjadi gadis yang lebih baik.

Dan Natsumi cuma bisa pasrah, karena dia tahu percuma saja melawan Chizuru, karena kalau ia melawan itu semua hanya akan memperburuk keadaan.

Siguiente capítulo