webnovel

Chapter 114 - Mahora Festival Last Arc 20

Shirou menonaktifkan UBW, dia hanya terlihat sedikit lelah. Walaupun dia mengaktifkan UBW selama beberapa menit dengan kapasitas energi sihir yang ia miliki saat ini Shirou bahkan bisa mengaktifkan UBW selama Satu jam tanpa mengalami masalah sama sekali. Shirou, Satomi dan Chao sudah kembali ke atas Zeppelin. Lingkaran sihir yang dipakai untuk mengaktifkan sihir pemaksaan pengakuan sudah lenyap akibat dibawa masuk ke dalam UBW.

"Akhirnya selesai," Shirou terduduk di atas Zeppelin untuk melepas rasa lelah yang ia rasakan. Dari luar ia memang terlihat tidak terlalu kecapekan, tapi tubuhnya mengalami pegal dimana-mana. Makanya ia memilih untuk beristirahat.

Satomi mendekati Chao, ia bisa melihat kalau tubuh Chao mengalami luka yang cukup parah. Kesadaran Chao belum hilang dan Chao sama sekali tidak pingsan. Tapi karena luka yang dialami disertai penggunaan sihir yang melampaui yang bisa tubuhnya gunakan, Chao jadi tidak bisa bergerak sama sekali.

"Kau sudah berusaha keras, Chao," Satomi mengangkat tubuh Chao sedikit lalu meletakkan kepala Chao di atas pangkuannya. "Sekarang beristirahatlah sebentar."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Di dunia Virtual, beberapa menit sebelum Shirou mengalahkan Chao.

"Chisame-san apa masih belum selesai?" Tanya Ayaka. "Aku sudah capek melawan monster yang tidak ada habisnya!"

"Ketua kelas benar Chiu-chan kenapa musuhnya nggak habis-habis, sih!" Kata Makie.

Makie dan Ayaka sibuk menangani virus yang dikirim oleh Chachamaru. Sedangkan Chisame sibuk menjaga firewall di Mahora Gakuen agar tidak runtuh akibat serangan yang dilakukan oleh Chachamaru.

"Bertahanlah sedikit lagi," Kata Chisame. "Sebentar lagi kekkai perguruan akan pulih, dan monster yang kalian lawan akan menghilang!"

"Nona Chiu siluman yang berada di dalam golem raksasa yang hancue sudah lepas dari gangguan kami."

"Kalau begitu bantu aku memperkuat kekkai perguruan," Kata Chisame.

"Nona Chiu musuh akan segera melakukan serangan terakhir, energi sihir yang ada hanya cukup untuk menopang kekkai perguruan 47 detik lagi."

"Cuma 47 detik? Tak masalah walaupun waktunya mepet. 47 detik itu adalah waktu yang lumayan daripada tidak sama sekali," Kata Chisame yang mengetik di Virtual Keyboard dengan kecepatan tinggi. "Aku nggak akan membiarkan keberadaan sihir diketahui dunia, aku menolak dunia yang dikacaukan antara mimpi dan kenyataan."

"Brengsek!" Teriak Makie.

"Keras kepala!" Teriak Ayaka.

Makie dan Ayaka yang sudah merasa lelah dengan virus komputer yang tidak ada habisnya, memutuskan untuk melakukan serangan terakhir.

"Untuk musuh yang keras kepala!" Kata Ayaka.

"Untuk musuh yang menyebalkan!" Kata Makie.

"Rasakan ini!" Kata Makie/Ayaka. "Biblion Final Shoot!"

Serangan terakhir dari Makie dan Ayaka adalah pusaran air yang sangat besar, menghempaskan seluruh virus komputer yang menyerang mereka berdua.

"Kau berkata Mimpi dan kenyataan Chisame," Kata Chachamaru melalui voice chat. "Dibandingkan hari-hari yang dijalani oleh Chao di masanya, kehidupan yang kau alami di Mahora adalah surga."

'Chachamaru mendengarkan perkataanku tadi, toh,' Kata Chisame. 'Dan sekarang dia menghubungiku melalui voice chat.'

"Kehidupan di Mahora bagaikan dunia dimana siapapun bisa hidup senang tanpa kegelisahan," Kata Chachamaru. "Kehidupan di Mahora bagaikan kehidupan yang ada di dunia fiksi."

"Fuh," Chisame tersenyum. "Kau sendiri menganggapnya bagaimana Chachamaru? Aku nggak peduli ini mimpi ataupun surga, tapi saat ini aku hidup disini, itulah kenyataannya. Aku akan melindungi kenyataanku sendiri! Dan aku nggak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!"

Chisame selesai mengeksekusi program terakhir yang ia buat untuk menahan serangan dari Chachamaru. Dan berkat bantuan dari roh listrik yang berasal dari artefak miliknya program itu berhasil melenyapkan virus yang dikirim oleh Chachamaru.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kesadaran Chao memang masih ada, tapi rasa sakit yang dirasakannya membuat Chao sama sekali tidak bisa memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Sampai akhirnya Chao merasakan sesuatu yang hangat menyelubungi seluruh tubuhnya. Dan Chao bisa merasakan kalau rasa sakit di tubuhnya mulai berkurang sampai akhirnya lenyap seluruhnya.

Chao membuka matanya dan ia melihat kalau saat ini dirinya sedang dikelilingi oleh teman sekelasnya.

Konoka, Shirou, Satomi, Setsuna, Rin dan Asuna.

"Apa kau sudah merasa baikan, Chao?" Tanya Konoka. "Lukamu cukup parah tapi aku sudah mengobatinya, seharusnya kau sudah tidak merasa kesakitan seperti tadi."

'Jadi kehangatan yang tadi kurasakan berasal dari Konoka yang mengobatiku menggunakan artefak miliknya,' Kata Chao. 'Pantas saja tiba-tiba aku merasa lebih baik.'

"Chao tampaknya masih belum punya tenaga untuk berbicara tapi lukanya sudah sembuh dan ia sudah sadar," Satomi merasa senang melihat sahabatnya sudah sembuh. Tadi ia merasa amat khawatir dengan luka yang dialami oleh Chao. "Terima kasih Konoka, karena sudah menyembuhkan luka Chao."

"Tidak perlu berterimakasih, Satomi-san," Kata Konoka. "Mengobati orang yang terluka adalah tugasku sebagai seorang penyembuh."

"Shirou-kun! Kenapa kau melukai Chao dengan begitu parah!" Teriak Asuna.

"Aku sudah berusaha sebisa mungkin mengalahkan Chao tanpa melukainya, dan bukan aku yang membuat tubuh Chao terluka separah itu," Kata Shirou. "Chao sendirilah pelakunya, karena dia menggunakan tehnik yang meningkatkan kekuatannya, tapi sayangnya tehnik itu memiliki efek samping yang akan membuat tubuhnya terluka."

"Eh, begitu ya," Wajah Asuna memerah karena malu. Ia sudah salah menuduh Shirou.

"Kenapa Chao sampai rela merusak tubuhnya hanya demi keberhasilan dari rencananya?" Tanya Setsuna.

"Di masa depan Chao harus berjuang setiap hari untuk mempertahankan hidupnya," Jawab Satomi. "Aku juga tidak tahu banyak tentang kehidupan Chao di masa depan, tapi demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan ia datang ke masa lalu untuk mengubah masa depan tempat ia berasal menjadi tempat yang lebih baik."

"Sayangnya itu semua akan sia-sia," Kata Rin. "Mengubah sesuatu di masa lalu tidak akan mengubah masa depan tempat Chao berasal, waktu tidak bekerja seperti itu Sebagai ilmuwan harusnya kau mengerti mengenai teori tentang perjalanan waktu bukan Satomi-san."

"Aku tahu mengenai hal itu Rin-san," Kata Satomi. "Begitu juga dengan Chao, karena walaupun ia mengubah waktu dengan pergi ke masa lalu, dan setelah itu ia kembali ke masa depan, masa lalu yang ia ubah akan menjadi dunia parallel. Makanya Chao membuat penemuan lain yang bisa membuatnya pergi ke dunia parallel itu agar dia bisa menikmati hasil dari pekerjaannya di masa lalu."

"Tapi aku sudah menghentikan rencananya Chao," Kata Shirou. "Dan sayangnya masa depan indah yang ia inginkan jadi tidak tercapai, aku jadi merasa sedikit bersalah karena hal itu."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

'Hei Setsuna-san apa kau mengerti apa yang mereka bicarakan?' Bisik Asuna. 'Aku benar-benar nggak ngerti mereka bicara tentang apa!'

Setsuna melihat kepala Asuna mengeluarkan asap, karena berpikir terlalu keras. Dan hal itu membuat Setsuna berkeringat dingin, ia saja yang bisa menyebut nilai-nilainya di sekolah biasa saja. Masih bisa mengerti apa yang dibicarakan oleh Rin dan Satomi, walau hanya sedikit. Tapi apa yang dibicarakan oleh Rin dan Satomi benar-benar membuat Asuna kebingungan sampai-sampai kepalanya mengeluarkan asap, seberapa bodoh Asuna sebenarnya.

"Asuna-san kau tidak usah terlalu memikirkannya," Kata Setsuna. "Banyak berpikir adalah sesuatu yang tidak baik untuk kepalamu!"

"Begitukah?" Kata Asuna. "Kalau kau bilang begitu oke deh aku akan berhenti memikirkan apa yang Rin dan Hakase bicarakan."

"Sigh, otak Asuna memang perlu diupgrade," Kata Konoka sambil memegang pipinya setelah melihat apa yang terjadi pada Asuna kalau memikirkan hal yang sulit. "Otaknya memang tidak bisa dipakai memikirkan hal yang rumit dan sulit."

"Aku enggan mengakuinya tapi anda memang benar Konoka-Oujou-Sama," Kata Setsuna. "Asuna-san harus belajar lebih rajin dan membaca buku lebih banyak kalau dia mau mengerti hal-hal yang rumit."

"Heeei!" Kata Asuna dengan wajah yang memerah karena merasa kesal dan marah. "Aku mendengar perkataan kalian tahu!"

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Chao memang merasa kesal karena ia kalah dan rencananya gagal. Tapi ia juga merasa lega karena ada seseorang yang berhasil menghentikan dirinya, karena kalau rencana miliknya berhasil akan terjadi banyak kekacauan. Dan Chao merasa takut kalau kekacauan yang ia buat akan memakan korban, Chao adalah ilmuwan dan bukan seorang pembunuh. Dan hatinya tidak akan pernah merasa tenang kalau ia menyebabkan kematian seseorang.

"Kau tidak perlu merasa bersalah, Shirou-kun, aku yang kalah dalam pertarungan tadi dan aku menerimanya dengan lapang dada."

Chao yang tadi kepalanya masih berada di pangkuan Satomi, berusaha keras mengangkat badannya dan saat ini dia terduduk di bagian atas dari Zeppelin yang sudah mendarat. Ia masih agak kesusahan untuk bergerak tapi setidaknya semua luka dan rasa sakit yang di tubuhnya sudah menghilang.

"Kau sudah terbangun Chao!" Kata Satomi yang langsung memeluk Chao dengan erat. (Ini bukan adegan Yuri, ingat Chao dan Satomi adalah wanita normal!) "Syukurlah!"

"Adududuh pelukanmu terlalu kencang Satomi!" Kata Chao. "Badanku masih belum pulih! Jangan memelukku sekencang itu."

"Kau tidak marah padaku, Chao?" Tanya Shirou.

"Yah, kalau aku bilang tidak merasa marah atau kesal kepadamu itu bohong," Jawab Chao. "Tapi aku merasa lega karena kau menghentikan rencanaku, karena kalau boleh jujur aku merasa takut akan adanya korban jiwa akibat dari perbuatanku."

"Kalau kau takut rencanamu akan memakan korban kenapa kau masih nekat melakukannya Chao," Kata Rin. "Apa kau tahu apa yang akan terjadi kalau rencanamu berhasil dilaksanakan."

"Aku tahu apa yang akan terjadi, Tohsaka-san," Kata Chao. "Tapi kalau aku tidak melaksanakan rencana itu masa depan yang akan menanti umat manusia akan jauh lebih buruk. Jadi apapun konsekuensinya aku tetap harus melakukan rencanaku untuk memberitahukan tentang keberadaan sihir ke seluruh dunia, yah tapi karena rencanaku sudah digagalkan oleh Shirou-kun. Aku tidak akan melanjutkan rencanaku."

Shirou dan Rin tidak terlalu terkejut dengan pengakuan dari Chao tentang masa depan umat manusia yang akan menjadi sangat buruk kalau ia tidak mengubah waktu dengan cara menyebarkan keberadaan sihir ke seluruh dunia. Karena di malam sebelumnya di villanya Evangeline, Shirou dan Rin sudah memikirkan berbagai macam skenario yang menjadi alasan Chao pergi ke masa lalu dan mengubah waktu. Dan masa depan yang buruk untuk umat manusia adalah salah satunya, makanya mereka berdua bereaksi normal. Tapi tidak dengan Asuna, Konoka dan Setsuna ketiganya terlihat shock dan cemas, mereka bertiga sama sekali tidak menyangka kalau alasan Chao kembali ke masa lalu adalah untuk menyelamatkan umat manusia.

Chao yang tenaganya sudah kembali sedikit lalu berdiri dan berjalan mendekati Shirou. Lalu ia mendekatkan wajahnya kepada Shirou dan mencium bibirnya.

"Chuuuuu."

"Itu adalah hadiah dariku karena sudah berhasil menghentikanku melaksanakan rencana gila yang akan kulakukan, kuharap kau suka dengan hadiah dariku Shirou-kun."

Wajah Chao sedikit memerah, dia merasa agak malu setelah ia mencium bibir Shirou. Chao sendiri mencium bibir Shirou untuk sedikit mengerjainya karena rasa kesal yang ia rasakan sebab ia tahu kalau akan ada kumpulan gadis yang marah kepada Shirou, tapi di luar dugaan entah kenapa Chao merasa senang ketika mencium bibir Shirou dan Chao bisa merasakan kalau jantungnya berdegup kencang.

Ciuman dari Chao membuat Rin, Setsuna, Konoka dan Asuna marah luar biasa. Mereka berempat sama sekali tidak menyangka kalau Chao akan mencium bibir Shirou.

"Chaaaao! Berani benar kau menyentuh apa yang menjadi milikku!" Kata Rin. "Kau mau cari mati rupanya!"

"Chaaao Ling Shen! Kau memang benar-benar penjahat!" Kata Setsuna. "Bibir Shirou-Sama itu punyaku tahu! Dan kau berani menciumnya dengan bibir kotormu itu!"

"Ara Chao aku tadi sudah menyembuhkan lukamu," Kata Konoka. "Dan beginikah caramu membayarnya, apa perlu luka-lukamu yang tadi kubuat terbuka lagi?"

"Bibirnya Shirou-kun yang indah itu dicium oleh Chao!" Kata Asuna. "Keterlaluan! Chao kau harus dihukum!"

Mereka berempat marah besar dan hendak menghukum Chao, tapi tiba-tiba Drone yang ada di kostum tempur Chao menyala dan membawa Chao terbang menjauhi mereka berempat.

"Kalau kalian berempat memang merasa kesal padaku dan ingin menghukumku," Kata Chao. "Coba tangkap aku kalau bisa!"

"Chao tunggu!" Teriak Rin, Asuna, Konoka dan Setsuna sambil mengejar Chao.

"Sigh begini lagi deh jadinya," Shirou melihat keempat gadis yang mengejar Chao ia lalu memegang dahinya karena pusing ia harus terus mengalami hal yang sama.

"Tampaknya kau sudah biasa dengan hal seperti ini Shirou-kun," Kata Satomi.

"Setiap hari," Kata Shirou. "Sampai aku merasa bosan."

"Susah ya jadi lelaki super tampan yang disukai oleh banyak wanita," Kata Satomi.

"Sangat sulit," Kata Shirou. "Lebih banyak rugi daripada untung, tapi karena aku terlahir begini aku hanya bisa menerimanya, walaupun aku mendapat banyak masalah karena tampangku ini."

Siguiente capítulo