Tujuanku untuk liburan musim panas tahun ini adalah untuk tidak menginjakkan satu langkahpun ke luar. Pikirkan saja: alasan kenapa liburan musim panas yang dipanjangkan itu sendiri ada karena cuaca panasnya. Kondisi yang telah ditetapkan ini tidak dapat diabaikan. Ini buktiku: di Bogor di mana musim dingin begitu dingin dan bahkan musim panas terasa sejuk, liburan musim panasnya sangatlah pendek sementara malah liburan musim dinginnya yang dipanjangkan. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa liburan mana yang dipanjangkan itu ditentukan berdasarkan kondisi cuaca.
Yang dimaksudkannya adalah bahwa tujuan dari liburan itu untuk melindungi tubuh seseorang dari cuaca panas ini, dan jika seseorang menuruti maksud mulanya, maka pergi ke luar itu tidak diizinkan. Berjalan-jalan selama liburan musim panas itu zona legal abu-abu, kamu tahu?
Sebagai seorang murid teladan yang mematuhi peraturan dan adat istiadat, aku telah menghabiskan waktuku terkunci di dalam rumah dengan patuh. Oh, jangan sebut itu "Pertapa Dunia Nyata" atau semacamnya. Sebenarnya, kamu boleh menyebutnya itu jika kamu mau. Aku sudah terbiasa dengan jenis fitnah seperti itu semenjak SMP.
Meski begitu, aku akan bepergian ke luar sejenak jika itu demi adik kecil imutku. Aku akan melakukannya atas dorongan cinta yang dipaksakan padaku.
Ketika aku dengan susah payah pergi ke depan stasiun, wajar saja, ada lebih banyak orang di sekitarnya. Aku menunggu sejenak pada halte bus, dan kemudian selama sepuluh menit penuh aku diguncang-guncang selagi bus tersebut melintas menuju Kaihin-Makuhari. Supermarket di sekitar sini sudah cukup lumayan kalau hanya membeli barang-barang seperti sembako, tapi jika aku ingin membeli buku, pusat keramaian kota yang baru saja didirikan beserta toko bukunya yang sedikit lebih besar itu akan lebih memudahkan.
Lingkungan di Kaihin-Bogor membanggakan suasana yang lumayan hidup dan hiruk-pikuk selama masa-masa musim panas. Festival Summer Sonic digelar di sana, diiringi dengan kembang api selama pertandingan bisbol pro di malam hari. Olahraga lautnya juga sangat banyak karena tempat itu paling dekat dengan laut. Masalahnya adalah tidak peduli bagaimanapun caramu menyampaikannya, aku hanya dapat berpikir pada prinsipnya keramaian-keramaian itu begitu menjengkelkan.
Ketika kamu memasuki pusat salah satu keramaian-keramaian yang menjengkelkan itu, kamu menghapus keberadaanmu. Ada sebuah penjelasan untuk kenapa itu disebut "menghapus".
Dengan menghapus, maksudku bahwa terperangkap di dalam kerumunan manusia itu bahkan terasa lebih terkucilkan daripada saat kamu sendirian. Singkatnya, penyendiri tidak hanya ditentukan oleh kepadatan penduduk di sekeliling mereka – ada pula suatu hal yang dinamakan jiwa individual. Tidak peduli sedekat apapun tubuhmu dengan orang lain, kamu tidak akan bisa puas jika kamu tidak dapat mengakui persamaan kalian.
Kerumunan orang yang berjalan dengan teman-teman dan keluarga mereka – atau kalau tidak, pacar mereka – berjalan dengan menyakitkannya lambat. Apa itu karena mereka memperhatikan sisi jalannya sepanjang waktu? Mungkin itu karena mereka terlalu terasyikkan dalam percakapannya sampai mereka berhenti memperhatikan laju berjalan mereka? Atau mungkin mereka hanya ingin mengulur waktu mereka dengan satu sama lain, meskipun hanya untuk sedikit lebih lama?
Gah! Berhenti memakan begitu banyak jalan untuk pejalan kaki! Sialan trio di sebelah sana itu! Apa mereka salah satu tipe-tipe itu? Menerapkan strategi 3-4-3, ya? Sungguh posisi bertahan yang sekuat batu.
-Bersambung-