webnovel

Pesta 17 Tahun Shuu

saat teman-temanku sibuk dengan gosipan mereka, akhirnya aku dapat melirik pada gadis bergaun putih itu. tampak ia juga memperhatikan aku, seolah dari jauh ia ingin mengisyaratkan sesuatu padaku.

ia memainkan jarinya menunjukku lalu memegang lehernya dan akhirnya mengeluarkan kedua jempolnya.

aku yakin maksud gadis itu, h wanita itu, adalah ingin mengatakan bahwa kalung yang aku kenakan bagus. lalu aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman, dan melanjutkannya dengan lambaian tanganku yang mengisyaratkan padanya agar ia mendekat padaku, ia lalu tampak bangun dan beranjak dari tempat duduknya. namun diwaktu bersamaan seorang temanku menarik lenganku

" kau sedang apa.. " tanyanya yang langsung saja membalikkan badanku kearahnya.

" aku memanggilnya.. dia.. loh "

kaget terkaget kagetnya aku. wanita tadi telah tak terlihat disudut itu.

" siapaa.. " tuntut temanku. aku masih ternganga dan termenung kebingungan.

" mana mungkin wanita itu bisa berjalan cepat meninggalkan tempat ini tanpa melewatiku, disana bahkan tak terlihat pintu keluar. " gumanku

" kau mengatakan sesuatu? " tanya temanku bingung.

" hm ng.. nggak.. itu aku pikir ada wanita tadi duduk disudut sana sejak kita mengobrol, apa kau melihatnya?

" wanita? aku tak melihat siapapun selain teman-teman dan kakek nenekmu. "

serasa sedikit seram yah., aku berpikir mungkin saja aku berhayal, seperti aku mengingat masa hitam putihku.

-***-

jam demi jam pun berlalu, akhirnya kami mencapai acara puncak yaitu meniup lilin yey !

" kue yang besar " kataku terheran-heran melihat kue tart coklat yang bertumpuk indah dengan hiasan cerry yang mengelilingi kue tart itu.

semua teman-teman dan kakek nenek menyanyikan lagu ulang tahun, sebelum meniup lilin seperti biasa mereka berseru

" make a wish shuu "

baiklah. aku meminta dan berharap bahwa aku akan segera mengerti apa yang terjadi saat ini, dan apa yang terjadi pada masa lampau, dan ku harap yang terbaik demi keluargaku. walau itu hanya tertingal aku, nenek dan kakek.

" semoga panjang umur.. "

" hah" sontak saja membuat ku terkejut, aku mendengar bisikan itu sangat dingin namun bernada, aku berada didepan kue tartku sendirian, teman-temanku berada didepanku mengelilingiku. kakek dan nenek berada di sisiku, sangat mustahil mereka membisikan suara lembut dan manis itu ditelingaku. mengingat usia mereka yang sangat lamban untuk berbicara.

-***-

lilinpun ku tiup, dan semua bertepuk tangan untukku. memelukku memberikan ucapan selamat padaku, teman-temanku juga memberitahuku untuk membuka hadiah yang mereka berikan, namun sebelum itu, nenek menarik lenganku dan membalikan badanku padanya,

" shuu apa ini?!?! dimana kau menemukannya ?!?!?! " suaranya bergetar dengan nada kejam dan membenci. menunjuk pada kalung yang aku pakai.

" ini.. " belum sempat aku memberikan alasanku padanya, ia langsung menarik dan memutuskan kalung itu,

" lanjutkan pestamu.. " sambung nenek itu sembari membalikkan badanku kembali menghadap ke teman-temanku.

" tapi nek.. " dia lalu pergi meninggalkan kami, menuju ke luar gerbang rumahku.

" everything OK? " ujar salah satu temanku.

aku hanya dapat menganggukkan kepala dan bingung. mengapa nenek membenci kalung itu? bukankah ia sendiri yang telah memberinya padaku saat aku berulang tahun ke 17 dulu.

-***-

pesta ulang tahun berakhir, semua hadiah telah kubuka, semua teman-temanku telah pulang. hari pun mulai menjelang sore.. sangat lelah meladeni teman-teman seharian, lalu akupun membaringkan badanku pada sofa yang ada diruang tamuku. sofa yang nyaman dan empuk.

aku memejamkan mataku dan memikirkan hal-hal aneh apa yang telah aku alami hari ini, dan aku ingin menyimpulkannya.

" apakah.. aku .. sudah mati sebelumnya? " pikirku terheran-heran, atau aku hanya bermimpi, lalu ku pukul dan mencubit tanganku,

" arhww!!!! " aku terlalu berlebihan. itu sakit. hingga membercakan sedikit darah. dan aku yakin ini bukan mimpi, namun hal ini nyata, tapi ini bagai kehidupanku yang berbeda, aku bahkan belum mengetahui nama lengkapku. di kue tart tadi hanya tertulis

"shuu ".

" apa yang terjadi pada diriku, apa yang telah terjadi pada sia? bagaimana aku bisa menjadi shuu? "

-***-

" tingg.... " suara seperti jatuhan liontin itu kembali terdengar disekitar sofa itu.

" ahh tidak, kalung itu telah dibawa nenek. " kubuka mataku lalu beranjak dari sofa itu. dan saat aku melangkahkan kakiku aku rasa aku menginjak benda kecil panjang.

betapa terkejutnya aku melihat benda itu adalah kalung dengan liontin S yang telah diambil oleh nenek.

jantungku berdebar, aku takut, merasa semuanya sangat aneh. aku merasa kalung ini mengikatku, atau ingin dia tetap terikat padaku. sebelum akhirnya aku mengambil kalung itu kembali, aku memikirkan tentang nenek.

" jika aku ambil, bila nenek tau dia akan marah lagi.. tapi jika tak kuambil kau serasa terus mendatangiku. ada apa denganmu? "

lalu aku beranikan diriku untuk mengambilnya, lalu aku merunduk pelan dengan perasaan takutku yang kupaksakan untuk menjadi berani.

didepan sofa itu adalah kamar kosong yang pintunya terbuka sejak pagi. namun gelap, dan jendelanya tak terbuka. entah nenek lupa untuk membukakan jendelanya atau apa, yang jelas aku tak berani melakukan apa pun tanpa persetujuan nenek, atau itu akan membuat hariku semakin aneh.

-*lanjut ngambil kalung*-

belum sempatku untuk berdiri kembali setelah mengambil kalung itu terdengar,

" crksk hss crksshh hss "

seolah suara langkah kaki yang lamban dan basah dengan tambahan suara nafas yang tak beraturan.

dan itu spontan membuatku untuk nenoleh ke arah depan yang menuju kamar gelap itu.

" Aaaaahhhhhhhrrrrh " aku melihat sosok wanita bergaun putih itu berdiri tepat di tengah pintu itu, rambutnya begitu panjang, wajahnya pucat. namun tetap manis, sekilas aku melihatnya mirip denganku.

masih ku genggam kalung itu. mataku masih terpejam takut. tanganku masih gemetar dan tak berani untuk membuka mataku.

" Jangannnnn!!! " teriakku saat nenek menepuk bahuku.

" kau kenapa " tanyanya pelan dengan nada kawatirnya yang manis.

" aku.. h hmm tidak apa nek.. " tidak mungkin aku mengadu pada nenek soal aku yang menemukan kembali kalung itu dan disaat yang bersamaan aku kembali melihat sosok wanita aneh itu. Aku yakin walau wanita itu menyeramkan ia pasti ingin mengatakan sesuatu mengenai kalung ini padaku. Dan aku yakin dia ingin menjelaskan semua yang telah terjadi padaku.

" benda apa yang kau pegang ? " tanya nenek yang hampir saja memeriksa tanganku. namun dengan cepat ku sembunyikan dan mengatakan bahwa tanganku kotor.

" sebenarnya.. aku hanya salah mengira kotoran cicak yang aku kira seperti manik-manik yang berkilau .. hehe tanganku kotor dan bau deh nek " alasan yang mungkin bisa diterima kalau dia memang mempercayainya. tak lama nenek pun beranjak sembari berkata.

"cepatlah mandi, waktu telah sore.. "

" iya nek.. "

" pyuhhhh hampir saja .. " gumanku.

haripun mulai semakin gelap, kalung itu selalu kubawa, namun tak ku kenakan, bagaimana tidak? jika nenek mengetahuinya aku akan tamat nanti.

-***-

Siguiente capítulo