webnovel

Tak Pernah Berpikir untuk Melepaskannya

Dua hari berlalu sejak Ariani melakukan return, Karina pun sudah membersihkan meja Ariani, sudah tak ada berkas apapun dan dokumen penting lainnya , dia sudah memastikan nya. Dia hendak keluar dari ruangan Ariani, namun langkahnya terhenti.

"Nona Ariani kemana" tanya Adrian yang tiba tiba masuk ke ruangan Ariani. Melihat Karina diam, Adrian mencoba menghubungi Hp Ariani, namun tak aktif. "hmmm, hp nya juga mati,, apa dia ada meeting penting?" ucap Adrian lagi, sontak saja hal ini membuat Karina bingung, Karina hanya menggeleng, dia Bingung 'apa maksud nya dari pertanyaan tuan Adrian, meeting, nona Ariani kan sudah tak bekerja di A.S. Global, apa iyaa tuan Adrian nggak tahu' pikir Karina, "lalu dia kemana pagi pagi begini, dia tak ada diruangannya, hp nya juga mati,?" ucap Adrian , dan membuat Karina tambah bingung harus berkata apa, "Karina jawab saya" ucap Adrian sedikit berteriak dan membuat Karina kaget, "ma,,maaf tuan, ta,, tapii, nona ?" ucap Karina yang merasa takut, dan ragu untuk berbicara. "tapi apa, Ariani sakit, atau kenapa?" sahut Adrian "nonaa Ariani, dia, dia , bukan nya sudah mendapatkan surat return dari Firma Hukum nya ya untuk kembali" ucap Karina akhirnya. "apaaaaaaaa?", sahut Adrian kaget. dia pun bergegas ke bagian ke HRD.

"Kenapa bisa ada surat return untuk nona Ariani?" ucap Adrian yang begitu tiba di bagian HRD seraya memukul meja, dan sontak membuat seisi ruangan kaget. "maaf tuan, Kami menerima nya langsung dari Firma Hukum XXX yang mengirim Nona Ariani dan pengganti nya akan tiba besok tuan." Jelas pihak HRD, "aku tidak pernah mau melepas nona Ariani apalagi ada penggantinya, dan kenapa hal ini saya bisa tidak tahu" tambahnya dengan wajah yang begitu gelap dan membuat semua yang melihat dapat melihat kemarahan yang siap meledak kapan saja. "maaf tuan , itu merupakan kebijakan murni dari Firma Hukum mereka, dan menurut mereka Nona Ariani lah yang meminta itu, saya sudah coba untuk menahan nya dan meminta menunggu hingga anda kembali, namun mereka tak bisa, sebab jika tidak di setujui maka nona Ariani akan resign dan mereka tak ingin kehilangannya pengacara yang berkompeten seperti Nona Ariani." Jelas pihak HRD. Mendengar ucapan pihak HRD Adrian mengepal kan tangan nya, ada rasa yang begitu sakit di dalam diri nya. Ferdinand yang tadi nya tak ingin ikut campur dan hanya melihat dari jauh, merasa jika tak menghentikan Adrian maka hal buruk akan terjadi maka dian pun mendekati Adrian. "ayoooo,,, jaga sikap mu" ucap Ferdinand namun sedikit berbisik ke Adrian , dan Adrian pun memahami kondisinya. Adrian dan Ferdinand pun meninggalkan bagian HRD. Mereka menuju ke ruangan Adrian.

"Apa yang terjadi sebenarnya Fer,?" ucap Adrian begitu memasuki ruangan nya. "aku juga nggak tahu ian, aku baru tahu ini kemarin pagi, dan ternyata Ariani sudah pergi." ucap Ferdinand. "lebih baik sekarang kamu telpon sahabat Ariani Anin,.dia pasti tahu" saran Ferdinand, "maksud kamu Citra?" sahut Adrian "iyaa" balas Ferdinand. Adrian pun menelepon Citra dan berbicara padanya serta mengajak nya ketemu an, dan Citra pun menyetujui nya.

-----_-----

Adrian kini berada di sebuah Kafe dia menunggu kedatangan Citra. Tak lama kemudian Citra pun datang. "Selamat sore Tuan Adrian" ucap Citra begitu tiba. "haii, duduk lah" balas Adriana, "dan panggil aku Adrian saja" lanjut nya, Citra pun meangguk. "hmmm, kita bisa langsung saja, apa yang ingin kamu ketahui" Ucap Citra to the point. "semuanya" ucap Adrian Tegas. Menarik nafas panjang Citra pun mengangguk seraya berkata "baika lah" ucap nya, dan mulai menceritakan semua isi hati dan pikiran Ariani secara panjang lebar dan detail ke Adrian, kesalah pahaman Ariani, keegoisan Ariani, kemarahan dan kekecewaan Ariani dia utarakan semua. "bahkan hingga detik akhir pun aku masih berusaha untuk menyakinkan nya dan berusaha mengungkap kan bahwa kamu mengetahui siapa dia, tapi karena kekecewaan yang begitu besar dia sudah tak ingin mendengar apapun" ucap citra mengakhiri ceritanya. Mendengar itu ekspresi Adrian menjadi sangat frustasi, dia mengusap wajah hingga kerambut nya. "aku benar benar tak pernah berpikiran untuk melepaskan nya Cit, kenapa dia menjadi begitu keras seperti ini sihh" ucap Adrian. "tapi mungkin harus aku akui kesalahan ku yang tidak menjelaskan apapun secara detail dan malah menyepelekan nya sehingga membuat Ariani salah paham" lanjut Adrian. Melihat dan mendengar ucapan Adrian, dia dapat melihat betapa terlukanya Adrian kehilangan Ariani.

Siguiente capítulo