"Ada apa? " Qiara mulai kahwatir pada anaknya yang tidak mau menjawab pertanyaannya itu.
Zio tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia diam seperti patung kecil yang sangat berharga. Hal itu membuat Qiara merasa frustasi.
"Sayang, lupakan pertanyaan tante tadi. Apakah kamu bisa melihat tante lalu tersenyum? Karena tante sedang sedih, sehingga tante butuh senyuman mu!. " Kata Qiara yang tidak mau memaksa Zio untuk menjawab pertanyaannya.
Zio langsung menoleh dan menyaksikan sendiri butiran air mata jatuh di pipi Qiara.
Setelah itu, Zio meminta Qiara mendekat tanpa bersuara. Seketika itu Qiara mulai bingung, walaupun begitu ia tetap mengikuti perintah Zio.
Tanpa Qiara duga, kedua tangan kecil itu langsung merangkulnya sembari menepuk-nepuk bahu Qiara.
"Kata Papa, kalau orang lagi sedih harus di beri pelukan agar tidak sedih lagi. Tapi, Zio tidak suka peluk orang sembarangan. " Ucap Zio.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com