webnovel

UNDANGAN MAKAN MALAM

Seminggu ini, Nicky jarang menerima telepon dari Raka, karena Raka sibuk di tugaskan di pedesaan yang terkena musibah gempa di mana sinyal untuk komunikasi hilang timbul. Namun begitu di tiap kesempatan yang ada saat Raka telepon, maka waktu terasa begitu cepat, seakan masih kurang untuk memuaskan rasa rindu yang terpendam. Seperti siang ini, karena ada acara anak kelas tiga di sekolahan, Nicky sudah bisa santai di rumah. Menghilangkan rasa penat sambil tiduran.

Dengan mata terpejam setengah tidur menahan kantuk, tiba-tiba hp nya berdering, di liriknya layar hp nya, terlihat nama Raka terpampang di sana.

Segera Nicky menerima telepon tersebut. Terdengar suara lembut di seberang sana.

"Lagi apa sekarang Nick, sudah makan siang belum sayang." tanya Raka penuh perhatian.

"Lagi tiduran Ka, agak capek nih badan, tadi di kantin sudah makan, sebelum pulang kerja, Raka sendiri sudah makan kan?" ganti Nicky balik bertanya.

"Sudah juga sayang..Nick." Raka memanggil namanya sendu, penuh kerinduan.

"Aku sangat rindu, seminggu ini aku sibuk hingga tak bisa menghubungimu lama-lama, maafkan aku ya sayang." suara Raka memelas.

"Ya gak apa-apa Ka, namanya juga dapat tugas, aku juga sangat merindukanmu Ka, sekarang sudah selesai kan tugasmu? jadi kita bisa saling melepas rindu." suara Nicky, perhatian Nicky membuat Raka semakin merindu.

"Coba kalau kamu dekat Nick, sudah pasti ku memelukmu sayang." Raka semakin tenggelam dengan suasana hatinya yang gundah karena jauh dari Nicky.

"Nick...kapan bisa aku melamarmu sayang?"

Pertanyaan Raka membuat pipi Nicky terasa memerah, antara terkejut dan senang.

"Memang kamu sudah siap melamarku Ka?" ganti Nicky bertanya.

"Aku sudah siap sayang." tegas suara Raka terdengar manis sekali, membuat hati Nicky berbunga-bunga.

"Nanti kalau pas kita bertemu kita bahas ya sayang." Raka ingin memperjelas lagi apa yang dia ingin saat nanti main Bandung.

Tak terasa sudah hampir tiga jam Nicky berbincang sama Raka, selain membahas hubungan mereka, juga membahas hal lainnya.

Sampai Raka mengakhiri teleponnya dengan sebuah ciuman jarak jauh.

Nicky masih memandang layar hp nya, setelah telepon Raka berakhir.

Nampak gambar wallpaper fotonya berdua dengan Raka berpelukan di pinggir pantai. Tak sadar Nicky membelai lembut foto Raka.

"Aku merindukanmu Ka." gumam Nicky lirih

"Ting, ting...terdengar suara tanda masuk wa, nampak nama bu Elina di Wa nya, di ketuknya nya pesan tersebut dan di bacanya dalam hati

"Nak Nicky, ibu nanti malam ada masak special buat anak ibu Bagas, bisa kah nanti Nak Nicky datang ke rumah ibu, sekitar jam tujuh malam?"

di balasnya pesenan Bu Elina, dengan gugup. Nicky merasa tidak enak jika menolaknya.

"Insyaallah Bu saya usahakan hadir jika tidak halangan" di tekannya tanda mengirim pesan. Moga nanti rasa capeknya sudah hilang , Nicky meletakkan hp nya di sampingnya. Matanya sudah mulai terpejam , rasa kantuk sudah mulai menyerangnya.

Tak terasa Nicky sudah mulai di alam mimpi, hingga tidak tahu lagi saat hp nya bergetar ada balasan dari Ibu Elina yang mengucapkan terimakasih pada Nicky.

***

Selepas sholat magrib, Nicky mempersiapkan dirinya untuk pergi makan malam di rumah Bu Elina. Dengan baju yang santai, Nicky menganggap undangan itu acara keluarga antara ibu dan anak.

Dengan memakai celana putih tulang dan kaos sweater yang warnanya hampir sama dengan celananya. Nicky mematut dirinya di depan kaca. Sedikit memakai bedak dan memoleskan libalm pink di bibirnya.

Sekali lagi dia memandang dirinya lewat kaca di depannya.

"Sempurna." Nicky tersenyum manis. Bergegas di ambilnya paperbag di dalam lemari yang berisikan syal untuk di berikannya ke Bu Elina nanti. Dia sudah membelinya dua hari yang lalu.

Setelah menurutnya beres Nicky keluar dari kamar menuju kamar Hana yang berada di sebelahnya.

Di ketuknya pintu dengan pelan, seraya langsung membuka pintu tanpa menunggu Hana membukanya.

Di lihatnya Hana tiduran di ranjangnya dengan berselimut tebal.

"Han...Hana." Nicky menepuk-nepuk pundak Hana pelan, terasa telapak tangannya merasakan hangat saat menepuk pundak Hana.

"Kamu sakit Han?" tanya Nicky sambil menempelkan telapak tangannya di kening Hana.

"Sedikit Nick." jawab Hana memiringkan tubuhnya menghadap Nicky.

"Maaf aku ga bisa temani kamu makan malam."

"Ya ga apa Han...atau biar aku bilang Bu Elina kalau aku ga bisa datang, biar bisa jagain kamuu Han." balas Nicky kuatir dengan Hana.

"Jangan Nick...kedatanganmu pasti di harapkan Bu Elina, jangan buat kecewa orang, pergilah aku ga apa-apa hanya ga enak badan saja." Hana menjelaskan keadaannya agar Nicky tidak kuatir.

"Baiklah...aku janji akan segera balik...kalau ada apa-apa hubungi aku ya Han." di genggamnya tangan Hana yang hangat.

Hana mengangguk.

"Yaaa...sudah pergilah jangan buat Bu Elina menunggu."

"Oke." Nicky berdiri, melihat sekilas Hana dan berjalan keluar kamar.

***

Sampai di depan pintu rumah Bu Elina, Nicky menekan bell yang berada di kanan pintu atas. Nicky menghela nafas pelan.

Ded-degan juga hatinya, baru kali ini dia di undang makan malam Bu Elina. Nicky masih di depan pintu.

Selang beberapa detik , pintu terbuka nampak Bu Elina dengan senyum lembutnya.

"Malam bu...maaf agak terlambat datang." Nicky menganggukkan kepalanya meminta maaf pada bu Elina,

"Tidak apa-apa Nak...mari nak masuk." Di peluknya pundak Nicky sambil menuntunnya masuk ke dalam rumah.

"Bu...ini ada sesuatu dari saya buat ibu." Nicky menyodorkan paperbagnya ke tangan Bu Elina.

Nampak bahagia sekali wajah Bu Elina, saat menerima hadiah itu.

"Makasih ya Nak." di ciumnya kening Nicky. Terkejut sekali Nicky menerima ciuman itu, ada rasa sangat bahagia yang di rasakannya, Seperti ciuman orang tuanya yang selama ini di terimanya saat tinggal di surabaya.

Nicky tersipu malu menatap Bu Elina dengan pandangan penuh hormat.

"Mari nak...langsung ke meja makan saja, pasti nak Nicky sudah lapar kan?" Bu elilna masih mengenggam tangan Nicky dan membawanya ke ruang makan.

Nicky melihat sekeliling ruangan itu , nampak besar dan bernuansa elegan, sudah tampak memang dari depan rumah ini tergolong megah, mirip dengan sebuah mansion.

"Pasti Bu Elina adalah termasuk orang yang sangat kaya raya." batin Nicky, tapi Nicky akui dia belum mengenal betul keluarga Bu Elina,

"Duduklah nak, dekat dengan ibu." Bu Elina membuyarkan lamunan Nicky. Nicky tersipu malu dia merasa seperti orang kampung yang baru masuk ke sebuah istana, jadi terbengong.

Nicky menarik sebuah kursi dekat dengan Bu Elina dengan perasaan canggung dan malu.

"Mbok Minah." Bu elina memanggil pelan sambil melihat arah pintu dapur, matanya mencari-cari mbok minah.

Tampak Mbok minah berjalan tergopoh-gopoh.

"Ya Nyonya." Mbok minah membungkukan badannya sesampainya di hadapan Bu elina.

"Tolong panggilkan Bagas Mbok, ini nak Nicky sudah datang." kata Bu elina, sambil menepuk pundak Nicky pelan.

"Oh ya mbok ini Nak Nicky yang sudah pernah aku ceritakan, cantikkan mbok?" Bu elina melanjutkan kata-katanya dengan wajah sumringah membuat Nicky makin gugup tersipu mendengar pujian Bu Elina.

"Malam non, kenalkan saya mbok minah." mbok minah membungkukkan badanya memperkenalkan diri.

Nicky tersenyum dan mengangguk pelan, Setelah selesai memperkenalkan diri mbok minah langsung pergi untuk memanggil tuan mudanya Bagas Arga Ginanta putera ke dua Nyonya Elina.

Sambil menunggu kedatangan Bagas, Bu elina bercerita panjang ke Nicky tentang keluarganya.

Ternyata keluarga Bu elina memang orang kaya raya. Suaminya Tuan Erlangga Ginanta, mempunyai beberapa perusahaan yang sudah tersebar di seluruh indonesia, bahkan untuk perusahaan pusatnya berada di negara Eropa. Makanya jarang sekali Tuan Erlangga berada di Indonesia. Untuk perusahaan di Jakarta dan beberapa lainnya sudah di kelola putera yang pertama. Dan perusahaan yang di bandung di kelola anak ke duanya Bagas.

Bu elina sendiri juga terkadang sering ke eropa atau ke jakarta, jadi jarang sekali juga Bu Elina berada di bandung.

Makanya Bu elina sering kali kuatir dengan Bagas, karena sering sendirian di rumah dan menangani perusahaannya.

Walau ada Genta sepupu Bagas yang membantunya Bu elina masih tetap kuatir. Dan dengan keadaan Bagas yang sekarang ini, membuat Bu elina semakin tertekan dan selalu memikirkan keadaan anaknya.

Nicky mendengarkan dengan penuh perhatian, dia jadi mengerti kenapa pertama kali Nicky melihat Bu elina nampak sekali raut wajah Bu elina penuh kesedihan.

Siguiente capítulo