webnovel

Hidup Atau Mati Climb

Tentu saja, ini karena dia tidak tahu situasi di luar. Jika dia tahu dia hanya membuka pintu itu dan kabur.

Setelah memenangkan perjudian ini, Climb menerima nafsu membunuh yang naik dan mengangkat pedangnya.

"Haa...."

Climb menahan rasa perih yang mengalir dari samping dan lengan kanan atasnya. Beberapa tulangnya mungkin

sudah patah tapi dia beruntung masih bisa bergerak. Tidak, jika si mesum itu tidak menyandarkan nafsu aneh

apapun kepadanya, maka Climb mungkin bisa mati dengan satu tebasan pedang. Meskipun dia sedang

menggunakan chain shirt, itu tidak melindunginya dari tebasan dengan sepenuhnya.

Tapi serangan apa itu tadi ? Apakah dia menyerang dengan kecepatan yang menakjubkan ? Tapi kelihatannya

tidak seperti itu...

Wajah Gazef muncul di otak Climb.

Martial Art asli milik Gazef Stronoff, 'Sixfold Slash of Light', dikatakan mengirim enam serangan sekaligus.

Jika begitu, mungkin dia menggunakan hal yang mirip, tapi tidak cukup kuat, sebuah 'Twofold Slash of Light'.

Namun, itu artinya bahwa Succulent menggunakan teknik aneh dimana serangan pertama memiliki kecepatan

biasa dan hanya serangan kedua yang cepat.

Bukan begitu. Aku bisa menghadapinya jika aku tahu serangan macam apa itu tapi... lagipula, bahaya jika aku

hanya bertahan. Apakah aku harus menyerang ?

Climb menelan air ludahnya. Matanya berganti dari Succulent ke arah Cocco Doll menyebabkan wajah Succulent berubah hebat.

Seorang bodyguard tidak akan senang jika kamu mengincar target mereka, meskipun hanya sebuah ancaman.

Aku tahu pengalaman itu.

Mendekati sambil melakukan semuanya yang dia sendiri tidak akan menikmati.

Devil of Illusions; seorang iblis yang menggunakan ilusi...ada sebuah peluang bahwa julukan itu sendiri adalah

sebuah tipuan tapi... layak untuk diperiksa.

Dia menurunkan pedangnya sambil memperpendek jarak. Tapi seperti yang diduga, dengan mudah bisa di

pentalkan. Dia menahan benturan yang disalurkan dan mengayunkan pedang lagi. Itu bukan sebuah serangan

yang ditingkatkan jadi tidak ada kekuatan di dalamnya. Bagaimanpun juga itu cukup.

Saat Broadsword miliknya sekali lagi dipentalkan oleh pedang Succulent, Climb menganggukkan kepalanya

puas dan melebarkan jarak.

"Sebuah ilusi! Bukan martial art!"

Dia merasa ada yang tidak beres ketika pedangnya dipentalkan. Daripada senjata yang tidak bisa dia lihat

dengan mata, dia merasa pedangnya di pentalkan oleh sesuatu yang sedikit di depannya.

"Lengan kananmu sendiri adalah ilusi. Lengan dan pedangmu yang sebenarnya tidak terlihat!"

Pedang yang dia kira dia tahan adalah sebuah ilusi dan pedang yang tidak terlihat adalah yang menebas

tubuhnya.

Succulent menghapus seluruh ekspresi di wajahnya dan multi bicara dengan suara datar.

"...Benar sekali. Aku hanya menggabungkan sebuah mantra yang membuat bagian dari tubuh tidak terlihat

dengan magic ilusi karena aku memilih kelas dalam ilusionist dan Fencer. Setelah kamu tahu sekarang, itu

adalah trik yang membosankan, ya kan ? Kamu bisa tertawa jika kamu menginginkan."

Bagaimana munkgin dia bisa tertawa ? Tidak diragukan lagi, memang kedengarannya sangat sederhana ketika

disebutkan dan bahkan membuat seseorang penasaran bagaimana mereka tidak menyadari itu sebelumnya.

Namun, di dalam pertempuran dimana sebuah tebasan bisa berarti kematianmu, tidak ada yang lebih

menakutkan selain dari sebuah pedang yang tidak bisa dilihat. Dan kenyataannya bahwa ada ilusi yang

kelihatan membuatnya mudah melupakannya.

"Kekuatanku murni seorang warrior mungkin lebih rendah darimu karena kemampuanku terpisah, tapi.."

Succulent merubah tangannya yang sedang memegang pedang dengan sebuah jentikan. Tapi apakah itu adalah

lengan dia yang sebenarnya ? Ada peluang bahwa lengan yang bisa dia lihat adalah ilusi dan lengannya yang

sebenarnya sedang memegang belati sambil mencari peluang untuk melemparkannya.

Keringat dingin mengalir turun di tubuh Climb saat dia menyadari terror akan ilusi.

"Diantara para magic caster, seorang ilusionist hanya bisa menggunakan mantra ilusi. Semakin tinggi

tingkatannya memiliki mantra yang bisa menyerang dengan ilusi dan membunuh dengan menipu otak, namun....

aku belum tiba di level itu."

"Itu kedengarannya seperti sebuah kebohongan. Dimana buktimu ?"

"Kurasa kamu benar."

Succulent bicara dengan sebuah senyuman.

"Yah, tidak ada alasan kamu harus percaya padaku. Jadi, hmm, apa yang akan kukatakan.. benar. Oleh karena

itu, aku tidak bisa merapal mantra apapun untuk memperkuat diriku atau melemahkanmu. Namun... bisakah

kamu membedakan perbedaan antara ilusi dan realita ?"

Segera setelah kalimatnya berakhir, tubuh Succulent menjadi terpisah dan terlihat seperti beberapa Succulent

yang saling bertumpuk.

"[Multiple vision]"

Meskipun kelihatannya memang hanya satu yang asli, tidak ada jaminan itu benar.

Mengapa aku memberikan waktu untuk Magic Caster!

Tujuan Climb adalah untuk mengulur waktu, tapi memberi waktu kepada Magic Caster untuk merapalkan

mantra sangatlah berbahaya.

Dengan sebuah raungan, Climb mengaktifkan martial art 'Ability Boost' dan 'Strengthen Perception' dan

mengurangi jarak dengan Succulent dalam sekali nafas.

"[Scintillating Scotoma]"

"Ugh!"

Climb merasa sebuah bagian dari pandangannya kabur. Namun, efek itu hilang dalam sekejap. Kelihatannya

pertahanan terhadap magic miliknya telah sukses.

Setelah bertahan dengan kaki tertancap, Climb mengayunkan pedangnya seperti sedang mencoba menebas

menembus seluruh tiruan. Tapi hanya satu diantara mereka yang berada dalam jangkauan dari ayunannya.

Seperti yang diduga, jika dia ingin mengenai mereka semua, dia harus menghadapi yang asli. Selain itu, tidak

ada gunanya dia memiliki pedang.

Succulent yang terkena tebasan terbelah menjadi dua. Namun, tidak ada darah dan pedang itu seperti

menembusnya tanpa halangan.

"-Salah."

Sebuah hawa dingin muncul dari perutnya dan area di sekeliling lehernya menjadi semakin panas. Climb

menyelimuti area di mana dia merasa panas dengan tangan kiri.

Dia merasakan luka perih dari tangan yang menutupi lehernya dan sensasi yang tidak tidak menyenangkan dari

pakaiannya yang menjadi merah karena darah. Jika dia tidak merasakan nafsu membunuhnya, jika dia ragu

mengorbankan tangannya, lehernya pasti akan putus. Lega karena bisa lepas dari kematian, dia menggeretakkan

gigi-giginya untuk menahan luka dan menebaskan pedangnya secara horizontal.

Sekali lagi, pedang itu hanya memotong udara tanpa ada hambatan.

Sekali lagi bisa bahaya.

Setelah menyadari ini, Climb menggunakan 'Evasion' dan mundur. Matanya memantulkan gambaran dua

Succulent yang mengangkat pedang mereka berturut-turut. Climb tahu jika seluruh pedang itu adalah ilusi dan

memfokuskan telinganya.

Chain Shirt yang dia pakai dan degup jantungnya terdengar berisik di telinganya. Satu-satunya hal yang bisa dia

dengar adalah suara yang datang dari pria di depannya.

-Tidak. -Tidak. -Yang ini!

Suara yang datang dari pedang yang mengarah kepadanya. Suara samar dari pedang yang memotong menembus

udara yang datang dari ruang kosong di depannya. Mengarah ke tengah wajah Climb.

Climb cepat-cepat memutar wajahnya dan dia merasakan gesekan yang melewati pipinya begitu juga degna

luka dari dagingnya yang ditebas. Cairan panas mengalir dari pipinya dan mengalir ke bawah lehernya.

"Satu dari dua peluang!"

Climb meludahkan darah yang mengalir ke mulutnya dan mengeluarkan seluruhnya ke dalam serangan ini.

Karena dia telah menggunakannya tadi untuk melindungi diri, dia tidak bisa merasakan apapun kecuali luka di

bawah pergelangan lengan kirinya. Dia tidak yakin jika jarinya bisa digerakkan dengan baik. Mungkin juga

syarafnya sudah putus. Tapi meskipun dia tidak bisa bergantung kepadanya, Climb menggenggam pegangan

dari pedangnya.

Luka itu meledak dan membuat giginya bergemerakan. Namun, lengan kirinya bergerak dengan baik dan dia

bisa menggenggam pegangan pedangnya. Mungkin luka itu adalah alasan tangannya yang membengkak seperti

balon.

Dia memegang pedang itu dengan erat menggunakan kedua tangan dan menurunkan pedangnya dari atas kepala

dengan kekuatan sebanyak mungkin.

Darah - terpancar. Bersama dengan sensasi menebas sesuatu yang keras, darah mengucur seperti air mancur.

Kelihatannya dia berhasil mengenai yang asli kali ini.

Succulent roboh ke lantai seperti ditebas di tempat vital. Meskipun sulit dipercaya bahwa dia telah menang

melawan seorang pria yang memiliki skill menyamai petualang dengan peringkat adamantium, kenyataan

bahwa dia telah roboh adalah kebenaran yang tidak bisa dibantah. Climb memaksa kegembiraannya reda dan

melihat ke arah Cocco Doll yang menatapnya diam-diam. Dia kelihatannya tidak ada niat untuk kabur.

Mungkin karena dia kehilangan sedikit tekanan, luka yang terbakar dari pipi dan lengan kirinya membuat Climb

muntah.

"Ini...tidak bisa disebut sebagai kemenangan penuh."

Meskipun bagus sekali jika bisa menangkap Succulent hidup-hidup, itu tidak mungkin bagi Climb. Meskipun

begitu. mereka seharusnya bisa mendapatkan banyak informasi jika mereka menangkap pria yang dilindungi

dan dibantu untuk kabur oleh Six Arms tersebut hidup-hidup.

Climb melangkah maju untuk menangkapnya tapi dia merasakan ada yang aneh dengan ekspresi Cocco Doll.

Dia terlalu tenang.

Apa dasar dari ketenangan itu ?

Saat itu dia merasakan sensasi hangat yang menusuk menembus perutnya.

Seakan seperti boneka yang terputus benangnya, kekuatan meninggalkan tubuhnya. Dalam sekejap,

pandangannya berubah menjadi gelap dan ketika dia menyadarinya di roboh di lantai. Dia tidak bisa mengerti

apa yang terjadi. Rasanya seperti logam panas yang masuk ke perutnya. Luka tersebut menyebar dan

mengeluarkan udara dari paru-parunya dengan liar. Sebuah kaki masuk ke dalam pandangannya yang hanya

bisa dilihat dari lantai.

"Sayangnya, kelihatannya kamu tidak bisa menyebutnya dengan kemenangan sama sekali."

Climb mati-matian mengangkat wajahnya dan melihat Succulent yang hampir tidak terluka sama sekali.

"'Fox Sleep'. Itu adalah sebuah ilusi yang bisa diaktifkan setelah menerima luka. Rasanya sakit. Kamu mungkin

mengira kamu sudah membunuhku, ya kan ?"

Dia memindahkan jarinya dan pelan-pelan merunut garis lurus di sekitar pinggangnya. Itu mungkin jalan dari

pedang Climb.

"Haa. Haa. Haa. Haa."

Nafasnya pendek dan kacau. Climb bisa merasakan darah yang mengucur dari perut menodai chain shirt dan

pakaiannya.

-Dia akan mati.

Climb mati-matian bertahan kepada kesadarannya yang meredup yang terlihat seakan dirobek oleh luka yang

luar biasa.

Siguiente capítulo