"Kau..." tatap pak Azwar tajam. Ia sangat marah terhadap kelakuan sombong ponakannya itu yang sudah membuatnya malu karena perbuatan bodoh ponakannya tersebut kepada Alisya.
"Dia bukanlah karyawan rendahan, dia adalah cucuku Alisya!" Kakek Alisya muncul dibelakang kerumunan orang dan berkata dengan tegas dan suara yang dingin.
"Ma,,, maksud kakek, maaf... maksud direktur???" Nada suara Jenni tercekat oleh air ludahnya sendiri.
"Selama ini kau mendapat perhatian yang cukup baik dari pamanmu dan dariku karena aku sudah menganggapmu cucuku sebab selama ini kamulah yang sering memghiburku jika aku merindukan cucuku. Aku menganggapmu sebagai cucuku karena pak Azwar adalah tangan kananku yang sangat aku percayai tetapi ternyata hal itu membuatmu menjadi sangat sombong dan bertingkah semena-mena kepada semua karyawan." Ucap Kakek Alisya dengan suara berat yang tegas.
"Pantas saja, ternyata karena dia merasa memiliki perlindungan yang cukup kuat!" Gumam paman Dimas yang sedari tadi hanya diam memperhatikan semua kejadian itu dengan nyaman seolah sedang menonton filem.
Melihat kakeknya yang muncul dan melangkah mendekat membuat Alisya dengan cepat berdiri dihadapan Adith memblock serta memasang pertahanan seolah tampak melindungi Adith dari kakeknya. Genggaman tangannya sangat kuat dan bergetar membuat Adith bingung dengan reaksi Alisya. Reaksi Alisya seolah sedang melindunginya dari bahaya besar yang sangat mengancam hidup Adith.
Pak Dimas juga terkejut dengan tatapan tajam Alisya kepada Direktur yang merupakan kakeknya sendiri. Dari tatapan itu mengalir sebuah kebencian yang cukup besar bersamaan dengan rasa takut. pak Dimas merasa ada sesuatu yang tak beres dengan sikap Alisya dengan membuat Adith berdiri dibelakangnya.
"Ada apa Alisya??? Kenapa tubuhmu bergetar seperti itu?" Adith tak menyangka kalau reaksi Alisya akan sampai se protective itu kepada dirinya dihadapan kakeknya saat ini.
"Bagaimana kau bisa ada disini??? apa yang kau lakukan disini???" Bisik Alisya masih dalam keadaan membelakangi Adith dan tersimpan nada marah dalam suaranya.
Belum sempat Adith menjawab perntanyaan dari Alisya, sang Direktur langsung memberi pengumuman yang mencengangkan. Dari balik punggung Alisya, Adith dapat melihat sang Direktur yang tampak belum begitu tua dengan wajah khas jepangnya dan ketegasan pada kontur wajahnya memperlihatkan aura kepemimpinan yang penuh dengan kharisma. Benar-benar aura seorang penguasa besar yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Tatapan matanya hangat namun tegas dan mempesona.
"Alisya adalah cucu saya satu-satunya!! Cucu saya yang selama ini tidak pernah saya tampilkan dihadapan orang banyak maupun media, dia adalah Ralisya Quenby Lesham..." tunjuk kakeknya kepada Alisya.
Alisya terdiam membatu ditempatnya dengan tatapan menusuk dan marah. Ia tak menyangka kalau kedatangannya ke perusahaan itu malah membuatnya berada dalam situasi dan kondisi seperti itu. Terlebih dengan pengumuman kakeknya yang membuka jati diri Alisya yang sebenarnya dihadapan semua orang dan dihadapan Adith.
Semua orang tercengang tak percaya beberapa diantaranya bahkan tidak bisa menutup mata dan mulut mereka dalam keterkejutan dan untuk Jenni, sekarang ia terjatuh lemas tak berdaya. Sekarang ia baru menyadari kesalahan besar yang sudah dia lakukan. bahkan kesempatannya untuk hidup sudah berada jauh dibawah ambang batas kehidupan. Ia akhirnya merasa jatuh ke neraka paling dalam di hidupnya.
"Apa yang sudah aku lakukan??? tidak mungkin! jika dia adalah cucu direktur.. kalaupun benar, kenapa baru dia muncul saat ini??? Direktur selalu memanggil cucunya Quenby bukan Alisya!!!!" tiba-tiba ia sadar bahwa nama yang disebutkan oleh direktur sebelumnya adalah memang benar nama cucunya dan nama perempuan yang disebutkan tadi juga mirip dengan nama panggilan perempuan itu.
"Tidak direktur pasti telah ditipu oleh perempuan ini!!! ia bangkit dan langsung mendekati Alisya.
"Jika benar kau adalah cucu direktur maka seharusnya kau punya 3 tahi lalat dibawah telingamu di leher kananmu!!!" sambil berbicara dia langsung menepis rambut Alisya dengan kasar untuk membuktikan kebenarannya.
Alisya sebenarnya dapat dengan mudah menghindar dan menepis tangan kasar Jenni namun dia dengan sengaja membiarkan Jenni melakukannya untuk mempermalukan Jenni karena sikapnya sendiri.
Jenni melihat 3 tahi lalat itu bersemayam dileher Alisya yang bersinar cerah karena kulitnya. Jenni terperangah kaget bukan main bahwa ternyata Alisya adalah benar cucu direktur. Ia kemudian mengingat segala macam hal informasi mengenai Alisya yang kemudian ia hampir tak bisa menahan kencing karena rasa takutnya. Jenni merasa bahwa ia seharusnya bersyukur masih dalam keadaan hidup setelah memperlakukan Alisya seperti tadi.
Dia menatap Alisya dengan tatapan penuh rasa takut serta memelas. Tangan serta tubuhnya bergetar hebat dan suaranya terdengar tak kalah bergetarnya.
"Maafkan aku, Alisya... namamu Alisya kan??? bukan namamu Quenby, maafkan kesombongan dan keangkuhanku!!! maafkan aku" Jenni memohon sembari memeluk lutut Alisya.
Alisya tidak bergeming dan membeku dengan tatapan dingin menusuk ke tulang Jenni. Dia memilih diam sebagai bentuk pelajaran kepada Jennie yang sudah berlaku sombong dan sembrono kepada Ibu Yul.
"Jenni, kau dipecat dan aku masukkan namamu ke dalam daftar hitam seluruh cabang perusahaan kami hal yang sama yang akan terjadi pada kedua temanmu. Dan tentu saja Aku memasukkan rekomendasi daftar hitam nama kalian diperusahaan Narendra!" suara dingin dan berat Direktur membuat Jenni bergetar semakin hebat. Begitupula dengan semua orang yang melihat seluruh kejadian tersebut.
"Tidak!!! jangan, jangan seperti itu,, kakek... paman tolong aku, berikan aku 1 kesempatan!" pinta Jenni sambil menangis meraung-raung.
"Jadikan ini sebagai pelajaran berharga buatmu Jenni. Jangan memandang orang rendah dan menyombongkan diri terlalu tinggi" Suara pak Azwar terdengar berat tapi tegas. Dia tak mampu menyelamatkan ponakannya, tidak dengan kesalahannya yang cukup besar saat itu.
"Apa yang akan terjadi pada kita? jika kita masuk daftar Hitam perusahaan Yamada, dan perusahaan Narendra, bukankah itu artinya karier kita dalam dunia bisnis telah berakhir???" Wajah teman wanita Jenni yang turut menghina Alisya menggelap seketika.
"Kita bahkan tidak akan diterima di seluruh perusahaan di Indonesia..." Tambah yang satunya lagi dengan air mata yang menetes.
Ketiganya tersungkur dalam penyesalan yang sangat besar terhadap kebodohan yang sudah mereka lakukan dan tak ada satupun yang mampu menyelamatkan mereka saat ini meski mereka harus memohon dan mengemis. Sungguh sebuah pelajaran yang sangat membekas yang telah mereka alami pada saat itu.