webnovel

Perjanjian Apa??

"Pagi, Sya,, "

"Hai, Sya... "

"Selamat pagi, Alisya."

"Pagi Alisya... "

Alisya bingung, karena selama perjalanannya menuju ke sekolah, ia mendapat banyak sapaan yang tidak biasanya. Mereka yang menaiki kendaraan akan memelankan laju kendaraanya, hanya untuk menyapa Alisya. Ia jadi merasa takut dengan semua perhatian yang cukup mendadak itu. Bahkan ketika ia tiba didepan gerbangpun semua yang sudah mengantri untuk sidik jari terlebih dahulu telah membukakan jalan kepada Alisya, untuk kemudian menyidikkan jarinya. Kepalanya cukup sesak dengan semua kejadian pagi itu.

"Kenapa Sya? " Karin bertanya setelah menempatkan tasnya di samping meja.

"Aku tak tau, semua orang tiba-tiba bersikap aneh". Alisya memijit pelipisnya. Ia tak terbiasa mendapatakan banyak perhatian dari orang lain.

"Kamu nggak tau? Camping kemarin membuat kamu menjadi sangat populer!" Karin menjelaskan dengan semangat.

"Maksudnya?" Alisya tak paham.

"Kau siswi pertama di sekolah ini yang berani menantang Siska!" Rinto menambahkan begitu ia masuk kelas dan mendengar percakapan Alisya dan Karin.

"Banyak yang mengagumimu karena hal itu!" Yogi menambahkan.

"Oke! tapi aku masih belum paham akar mulanya. " Alisya menyandarkan tubuhnya kebelakang.

"hhhhh,,, kamu itu pinter tapi suka lemot" desah Karin.

"Siska... Maksud aku kak Siska, dia terkenal sebagai seorang perempuan yang suka membully banyak siswa maupun siswi dikalangan biasa. Dia sangat suka merendahkan bahkan sampai menghancurkan bisnis orang tua mereka, jika ada yang tidak mengikuti perintahnya atau berani menentangnya. Bukan hanya itu saja, dia juga bisa dengan mudah merusak kehidupan seseorang dan lolos dari tuduhan karena kekuasaan ayahnya yang merupakan seorang pejabat tinggi negara!" Rinto menjelaskan panjang lebar.

"Dan kamu... Kamu bukan hanya berani melawan dan menentangnya, tapi kamu bahkan memberi pelajaran kepada kak Siska dan selalu berhasil lolos darinya." Tambah Yogi.

"Karena itulah kamu yang seorang siswi biasa, yang masih hidup dan baik-baik saja bahkan masih bisa menampakkan diri di sekolah, membuat semua siswa dan siswi dari kalangan biasa mengagumimu!" Karin tertawa cekikikan.

"Oke, Aku paham... Tapi aku lebih suka jika mereka membenciku. Dengan begitu aku takkan didekati oleh mereka dan tidak mendapatkan hal menjijikkan seperti ini"Alisya mengeluarkan tumpukkan hadiah yang tergolong mahal dari laci mejanya.

"Laciku jadi kotor dengan semua sampah sampah ini!" Refleks Karin mencubit paha Alisya karena kesal.

"Kamu harusnya bersyukur akhirnya sekarang kamu bisa memiliki banyak teman!" Kata Karin gemas.

Alisya yang sejak kecil selalu tertutup, membuatnya hanya memiliki satu orang sahabat saja.

"Dengan kalian bertiga sudah cukup!" perkataan Alisya membuat mata Rinto dan Yogi melototi Alisya. Keduanya terkejut tak menyangka masuk hitungan. Mereka sangat senang seperti baru saja mendapatkan pengakuan dari seorang kekasih.

Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa peralatan dimulai dari bantalan kursi dan meja, Ac, Freezer berisi minuman, Feendingmachine dengan berbagai jenis makanan, layar monitor yang cukup besar serta 1 rak buku pelajaran yang cukup untuk seluruh siswa/i di kelas MIA 2.

"Karena kalian menyapu rata semua kegiatan Camping kemarin dan mendapatkan poin tertinggi sehingga kelas kalian bisa memenangkan semua lomba dan quest yang diberikan, maka kalian layak mendapatkan hadiah ini sebagai Fasilitas belajar selama 2 minggu kedepan." Jelas Vernon ketika memasuki kelas MIA 2.

"Wowwww... Nggak nyangka bisa liat kak Vernon dari dekat!"

"Dia tampan sekali... "

"Oh ma,, menantumu datang! "

"Kak Vernon,,, kamu ganteng! "

"Kak Vernon..... aku mencintaimu"

Suasana kelas yang mendadak heboh, menarik perhatian kelas kelas lain. Para wanita tak henti hentinya memuji dan meneriakkan nama si ketua Osis tampan dari kalangan Elit tersebut.

Begitu selesai berbicara ia mendatangi kursi Alisya menyapanya dengan sopan kemudian pergi. Perlakuan sederhana itu sontak membuat semua siswi berteriak histeris juga merasa cemburu. Semula mungkin akan ada yang membencinya atau iri padanya namun sekarang Alisya adalah Idola mereka, sehingga hal itu membuat mereka semakin kagum kepada alisya.

"Sya, berkat kamu dan beni kita jadi menang banyak" ucap Vivi teman sekelasnya yang baru pertama kali mengajak Alisya berbicara.

"Persembahan kalian mendapatkan poin paling tinggi sehingga kita mendapatkan hadih ini" lanjut Eva.

"Fasilitas ini akan sangat berguna selama 2 minggu kedepan, dimana kita akan menerima pelajaran tambahan dan belajar hingga jam 10 malam sebelum memasuki ujian semester." tambah yang lainnya.

Sekolah SMA CENDEKIA INDONESIA adalah sekolah yang sangat ketat dalam menyeleksi siswa maupun siswinya, sehingga dalam kurikulum sekolah pun sedikit banyak mengalami pengembangan dibanding dengan sekolah lain. Selain itu ujian yang dilaksanakan diskolah itu untuk melihat hasil siswa/i yan mana pada akhirnya tidak ada sistem tinggal kelas melainkan dikeluarkan dari sekolah. Sekali keluar maka takkan bisa masuk ke sekolah manapun di Indonesia. itulah kenapa 2 minggu kedepan adalah Study neraka bagi seluruh siswa biasa di sekolah itu tidak terkecuali para elit.

"Kita buat juga kelompok belajar yuk, untuk hari minggu." Ajak Karin.

"Aku ikut!!!" Yogi menaikkan jempolnya penuh semangat.

"Aku juga setuju!" Tambah Rinto. Ketiganya menoleh ke arah Alisya menanti jawaban.

"Aku terserah..." ucapnya sambil melambaikan tangan.

" Itu tandanya kita tinggal ke rumahnya saja! " Senyum Karin.

"Nggak! Jangan rumahku.. "Bantah Alisya cepat.

"Ya, sudah gimana kalau rumah aku! " ajak Karin semangat.

"Oke! " Ketiganya menjawab serempak.

Hari itu mereka belajar dari pagi hingga malam hari dan mengumpulkan beberapa ringkasan materi serta menyelesaikan beberapa tugas tambahan yang diberikan kepada Alisya yang melewatkan beberapa mata pelajaran sebelumnya.

"Uaaahhhh... Aku hampir muntah karena rumus fisika dan matematika yang menari-nari di atas kepala ku" Alisya melakukan gerakan mengusir sesuatu yang mengambang dikepalanya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Rinto sedikit cemas.

"Kau tak usah memikirkan dia, dia hanya tidak suka belajar!" jawab Karin sambil menulis.

"Kau harus berusaha Sya, kalau tidak kamu tidak akan bisa menjawab ujian dengan baik karena kekurangan materi" Yogi mengingatkan.

"Alisya itu akan tetap mendapatkan hasil yang sangat tinggi jika dia mau. Wanita ini belajar seperti ini, hanya karena perjanjian dia dengan ayahku untuk belajar dengan serius." Karin menghentikan kegiatannya dan menujuk hidung Alisya menggunakan folpen.

"Perjanjian apa? " Tatap Rinto dan Yogi serius.

"Ayahku membuat kesepakatan dengan ayah Alisya dengan Alisya bisa tetap berada di Indonesia, jika dia bisa melindungi dirinya dan mendapatkan nilai yang bagus termasuk bisa bersekolah disini. dan tidak secara langsung kesepakatan itu juga berlajut antara Alisya kepada Ayahku yang mendukungnya karena semua itu adalah keinginan Alisya" Karin menjelaskan tidak kalah serius kepada keduanya sedang Alisya melanjutkan lagi kegiatannya.

"Begitu yah, ada satu hal yang membuatku penasaran! Kenapa Alisya selalu menyembunyikan keberadaanya?" Yogi bertanya dengan memelankan suaranya karena masih ada beberapa siswa/i yang belum pulang.

"Itu karena Alisya sangat membenci Ayahnya dan itu juga untuk melindungi dirinya! " Karin menatap Alisya simpati tapi tidak dipedulikan oleh Alisya.

"Siapa sebenarnya ayah Alisya? Aku hanya mengetahui seorang Om, yang pernah menculikku lalu karena berusaha mencelakai Alisya." Rinto tak sengaja membahas hal yang harusnya tidak di ketahui oleh Alisya. Mata Karin membelalak karena terkejut mendengar perkataan Rinto.

Alisya membanting tangannya di atas meja kemudian menatap tajam ke arah Rinto.

Melihat tatapan Alisya yang begitu bengis menusuk kedalam tulang Rinto membuat Yogi dan Karin sedikit bergetar. Mata Alisya penuh amarah dan kebencian yang mendalam seolah ia siap untuk membunuh siapapun yang mendekat.

"Berati ayah tau kalau aku sekolah disini? " Pertanyaan Alisya bagai pedang yang siap menebas siapa saja tanpa ada pilihan jawaban yang bisa dikeluarkan oleh mereka.

"Sya, Rinto tak mengalami masalah apapun. Dan dia baik-baik saja hingga kini." Karin mengingatkan Alisya dengan suara yang bergetar.

"I iya Sya... Mereka memang menculik dan memukul juga menyiksa Rinto, tapi dia baik-baik saja." Karin sontak melemparkan buku ke arah Yogi untuk menhentikan kalimatnya tapi semua sudah terlambat dan alisya sudah mendengar semuanya.

Alisya berdiri meninggalkan mereka semua setelah menendang keras kursi membuat beberapa siswa/i yang masih berada didalam ruangan juga sama takutnya dengan wajah tegang Karin, Rinto dan juga Yogi.

Wajah Alisya berubah kelam saat melewati koridor sekolah dan keluar menuju parkiran sekolah. Karin dan lainnya berusaha mengejar untuk menghentikan Alisya tapi karena rasa takut mereka kaki mereka lemas beberapa saat sehingga mereka terlambat karena Alisya telah melaju cepat memakai motor Yogi.

Siguiente capítulo