"Miska, bagaimana rencanamu?" Yuyun penasaran melihat Miska, yang tampak santai dan tenang.
"Besok kita akan presentasi, kamu sudah menjalankan rencanamu atau belum?" Tambah Nely.
"Tentu saja sudah! Aku akan membuatnya dituduh mencuri bahan presentasiku!" Miska tersenyum sinis.
"Maksud kamu?" Nely bingung.
"Aku sudah mendapatkan bahan presentasi yang seharusnya akan dipresentasikan oleh Alisya dan Adith! Besok timku yang akan terlebih dahulu menampilkan bahan presentasi kami, sebelum Alisya dan Adith. Oleh karena itu, mereka akan dianggap mengambil atau memplagiat bahan presentase kami." Jelas Miska.
"Wah... Gila! Bagaimana bisa kamu mendapatkan bahan presentasi mereka?" Tanya Yuyun sambil bertepuk tangan.
"Aku menyewa satpam sekolah untuk mengambil data di ruang komputer tempat Alisya bekerja! Dan juga menyuruh Diana untuk mengambil Copyan File yang berada di Laptop Alisya, saat ia sedang ke toilet." Jawab Miska dengan senyuman sinisnya.
"Mereka akan benar benar tamat besok! Kau taukan, kepala sekolah takkan menerima dan mentoleransi plagiat atau mencontoh presentasi orang lain. Bukan hanya di skorsing, tapi mereka bisa mendapatkan hukuman yang lebih berat, dan untuk Alisya dia bisa di keluarkan!" Ucap Nely menatap Yuyun semangat.
"Bagaimana bisa kau sejahat ini? Bukankah ini masih terlalu awal?" Yuyun tertawa jahat memikirkan kemalangan Alisya.
"Kita perlu memperlihatkan pada Alisya, siapa kita dan siapa dia yang berani melawan kita! Cewek bodoh dan miskin yang tidak punya apa-apa, beraninya mencari masalah dengan kita." Mata Miska berkilat licik. Jika ada yang melihat, maka mereka akan berpikir kalau anak ini sangat cocok jadi pemain sinetron Indonesia, dimana yang kaya menjadi pemeran Antagonisnya.
"Kau benar. Aku sudah tidak sabar melihat kemalangannya besok." Mereka tertawa dengan semangat memikirkan apa yang akan diderita oleh Alisya.
Mereka tak berpikir bahwa tentu saja Adith takkan membiarkan hal itu terjadi dan juga tidak semudah itu menjatuhkan Alisya yang bahkan mereka tidak tau tingkat kejeniusan dari Alisya. Alisya bukanlah lawan yang mudah ketika dia terpojokkan.
*****
"Kau sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Zein kepada Miska sesat sebelum memasuki Aula presentase.
"Tentu saja, kau tidak perlu khawatir. Aku bukanlah orang yang bodoh!" Ucap Miska tersenyum yakin.
"Presentase kali ini dititik beratkan kepada kemampuan tim dalam membawakan materi. Aku sudah membacanya semalam dan aku tau ini cukup menarik. Mudah saja bagiku membantumu jika ada masalah nanti." Zein tidak terlalu khawatir dengan kemampuan Miska, karena dia adalah kandidat terkuat yang dimiliki sekolah untuk menjadi seorang partner. Sedang Alisya, bahkan sepuluh besarpun ia tidak masuk sehingga dirinya cukup yakin untuk bisa mengalahkan Adith dan Alisya.
"Aku tau! Aku takkan biarkan mereka mendapatkan poin yang cukup dan dengan mudah akan mengalahkan mereka." Senyumnya lagi.
"Baik... Presentase akan segera dimulai, kepada para siswa dan partnernya untuk segera memasuki Aula." Seorang guru sudah memanggil para siswa yang telah mempersiapkan diri memasuki aula yang sangat besar dan luas, dengan tatanan tempat duduk layaknya akan ada drama musical atau konser yang akan diadakan.
Ratusan kursi sudah di siapkan untuk ditempati para siswa bersama partnernya dan dibagian depan aula tampak panggung dengan layar putih serta pertalatan lainya sebagai alat presentase. Paling depan baris kursi yang menghadap panggung, terdapat barisan meja dengan kursi mewah yang menghadap panggung yang akan diduduki oleh para tim penilai presentase.
"Kau tau, kali ini yang akan menjadi eksekutornya adalah Pak Amir. Guru Sains yang terkenal Killer dan sangat teliti dalam menilai." bisik seorang siswa kepada partnernya.
"Bukan hanya itu. Penilaian kali ini sangat selektif dan jauh berbeda dari sebelumnya yang berpatok pada individu saja baik ketua atau pasangannya. Jadi lebih menitik beratkan kepada kedua belah pihak dalam menampilkan presentase." Tambahn yang lain.
"Ya kau benar! Tahun lalu, Sang ketua yang melakukan semua presentasenya, sedangkan si partner hanya menampilkan kesimpulan akhir saja." ucap yang lainnya.
"Kali ini akan ada sesi tanya jawab, setelah presentase. Mirip seperti ujian skripsi pada tingkat kuliahan." Tambah yang lainnya sambil menghela nafas.
"Apa? Aku bahkan tidak siap berdiri di sana apa lagi harus kena hantaman anak panah (pertanyaan) dari para juri killer itu! Habislah aku." keluh kesah seluruh murid mulai memenuhi aula yang sangat luas itu.
****
"Plaaakkkkkk...." Hantaman yang cukup kuat mengenai dahi Alisya, membuatnya sangat terkejut dan emosinya tiba-tiba saja menjadi tersulut.
"Kau sudah gila ya? Apa kau pikir ini tidak sakit?" Alisya marah menatap tajam Adith yang tersenyum mengejek dirinya.
"Dengan suara sebesar itu, aku rasa cukup sakit!" Ucapnya sambil meniup tangannya, seolah telah berhasil menepuk nyamuk.
"Sial, kau benar-benar ingin di hantam yah?" Baru saja Alisya ingin menaikkan tendangannya, Pak Amir lewat memasuki gedung dan menyuruh mereka masuk juga berhenti bermain-main. Pak Amir sudah memiliki penilaian yang cukup buruk melihat kelakuan Alisya.
Adith hanya tersenyum menang melihat ekspresi Alisya, yang menurunkan tendanganya dengan cepat seperti orang yang sedang menari dengan kaku tampak seperti robot.
"Aku hanya ingin kamu tidak usah terlalu gugup. Aku akan terus berada disampingmu apapun yang terjadi." Goda Adith sambil mengedipkan matanya.
"Aku tidak gugup. Aku hanya merasa sangat semangat melihat mulut mereka, menganga setelah melihat kemampuanku! Aku akan menyapu rata para Juri, termasuk Bakemono (Montser dalam bahasa Jenpang) yang baru masuk tadi." Tegas Alisya membara.
"hahahahahaha... Aku suka rasa percaya dirimu! Ayo kita masuk." Tanpa permisi, Adith langsung menggandeng tangan Alisya dan menariknya masuk ke dalam Aula.
Alisya berusaha melepaskan genggaman Adith, tapi tetap saja ia tak kuasa melepasnya. Suasana aula yang semula ribut tiba-tiba menjadi tenang dan semua terkejut melihat pemandangan itu. Mereka tampak seperti dua orang yang sedang berkencan dan sekali lagi, melihat itu pak Amir menambah nilai negatif Alisya di matanya.
Setelah mendapat tempat duduk didekat Karin, Alisya langsung melepaskan genggaman Adith dan membuang diri, duduk disamping Karin sambil menutup wajahnya yang kesal.
"Kalian mau datang presentasi atau mau nikah sih?" Goda Karin, berbisik di telinga Alisya.
"Aku ingin membunuh manusia itu!" Geram Alisya, yang dibalas cekikikan karin.
"Kau memakai peredam suara yang baru dibuat Ayah kan? Itu sangat efektif untuk di ruang seperti ini." Tanya Karin, khawatir mengingat suasana aula cukup bising bagi Alisya.
"Tentu saja! Jika tidak aku sudah menggila dari tadi. Oh iya aku tak tau kamu menjadi partner siapa?" Alisya yang terlalu disibukkan oleh Adith, baru teringat akan siapa pasangan sahabatnya ini.
"Kau terlalu sibuk kencan jadi lupa sama aku." Goda Karin, dibalas wajah ngotot Alisya yang menginginkan jawaban. "Lihat siapa yang datang... Dia partnerku." tunjuk Karin, kearah samping kanan Alisya.
"Riyan???" Mata Alisya membelalak.
Karin hanya tertawa melihat ekspresi terkejut Alisya. Ia paham maksud tatapanya itu, tapi Riyan adalah pilihan yang paling tepat bagi Karin, jika harus menjadi partner karena Riyan juga terkenal kecerdasaannya setelah Adith dan Zein.