webnovel

Melamar

tanpa mereka sadari mereka berada di tempat yang sama hanya berbatas sebuah tirai pemisah bagian depan panggung dan bagian belakang panggung, Ryuji terlihat sangat tenang dan tetap mengumbar senyum menawanya meski bola matanya tampak berkelana mencari sosok seorang wanita berbalut gaun cantik berwarna baby pink.

Beberapa orang wanita berkumpul didekat panggung mereka sepertinya sedang membahas sesuatu yang sangat menarik untuk diperbincangkan

"Dia akan tetap berdiri di posisinya sekeras apapun dia berusaha." kata seorang wanita dengan sepatu boot dan mantel berbulu yang menempel dibadanya.

"Omset perusahaannya juga turun drastis sejak pengalihan kekuasaan dilakukan, kurasa tak butuh waktu lama melihat kehancuranya" wanita dihadapanya yang mengenakan gaun hitam menanggapi

"Tidak hanya itu, ku dengar sejak hubunganya dengan aktor itu berakhir dia belum pernah menjalin hubungan lagi, kehancuran yang hakiki bisnis hancur, dan tak ada seorang pria yang akan sudi menikahinya."

Ryuji mendengar jelas pembicaraan itu tapi karena tak tahu siapa yang dimaksud dia tak menggubris percakapan para wanita sosialita itu.

Pertunjukan fashion show di mulai, satu persatu model wanita nan cantik memamerkan gaun- gaun mewah rancangan Silvi. Ryuji duduk di bangku paling depan disamping kiri panggung matanya masih mencari Safira yang sudah satu jam tak ia lihat.

Rasa penasaran Ryuji akan keberadaan Safira memaksanya meninggalkan acara yang baru saja dimulai, dia berkeliling dan meninggalkan ballrom hotel. Langkah kakinya bergerak cepat saat dia berada di sebuah taman kecil di dalam hotel, dari kejauhan ia melihat seorang wanita yang dikenalinya menerungkup di sudut taman dan menutupi wajahnya.

"Bangun dari tempatmu!" perintah Ryuji

"..." tak ada jawaban dari Safira hanya terdengar isakan tangis darinya

Tak fikir panjang, Ryuji menarik tangan Safira dan menggendongnya keluar dari hotel megah bernuansa gold itu.

"Turunkan aku!!" pekik Safira memukuli punggung Ryuji, namun Ryuji tak menghiraukan tingkah koleganya itu dan langsung memasukanya dalam mobil sedan merk Audi milik Ryuji yang sudah terparkir di depan lobi hotel.

"Aku tak tahu dimana rumahmu jadi kupersilahkan kamu tinggal di appartemen yang kamu siapkan untukku." kata Ryuji yang sibuk melepas rangkaian baju toxedo yang ia kenakan.

Safira memalingkan wajah dan menutup matanya saat dada bidang Ryuji terlihat jelas tanpa kain yang menutupinya "Hey... kamu gila??? ada wanita ditempatmu dan kamu ganti baju dihadapanya?."

Ryuji berbalik dan mendekati Safira yang duduk di ujung tempat tidur milik Ryuji, Pria beralis tebal itu membungkukan badanya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Safira.

"Kalau begitu silahkan tinggalkan tempat ini." tantang Ryuji dengan wajah kaku dan sangat menakutkan itu.

"Sia- sia Tuhan menciptakan wajah tampan untuk Ryuji karena dia selalu berhasil merubah wajah tampan itu menjadi wajah mengerikan dihadapan lawan bicaranya "batin Safira berbisik.

Ryuji berani menantang Safira untuk meninggalkan tempatnya sepertinya dia sudah mengetahui bahwa koleganya ini tak mahir mengendarai mobil dan sangat rawan jika dia harus memesan taxi online tengah malam begini, Safira terus menyesali tindakanya yang tak menjawab saat Ryuji berkali- kali menanyakan tempat tinggalnya.

Mentari pagi menyapa, sinarnya menerangi setiap ruang yang dialaluinya menyusup dan menembus kaca besar sebuah appartemen mewah dikawasan elit.

Terdengar suara kelentingan dari arah dapur membangunkan Ryuji yang berbaring di sebuah kursi panjang ruang tamu appartemen, Ryuji memaksakan kelopak matanya terbuka dengan benar untuk memastikan tak ada penyusup di tempat tinggal sementaranya.

"Udah bangun??? ayo sarapan" Safira menyapa Ryuji yang berdiri mematung di lorong antara ruang tamu dan dapur dengan wajah yang masih kusut dan rambut acak-acakan.

Ryuji berbalik menuju kamar mandi, tak lama setelahnya dia kembali kemeja makan dengan penampilan yang sempurna ala pengusaha Jepang kemeja putih, dasi dark blue, dan jas hitam.

"Kamu seorang yang kaya tapi masakanmu lumayan enak" puji Ryuji saat ia telah mencicipi makanan yang tersaji di meja makan miliknya.

Mendengar pujian yang keluar dari mulut Ryuji, Safira terkejut dan terpaku bola matanya hampir keluar dari kelopaknya.

"A...aku terbiasa memasak makananku sendiri" jawab Safira lugas

"Harusnya kamu mengurus perusahaanmu selihai memasak makananmu"

kalimat itu kembali mengingatkan Safira pada perkataan para kolega bisnis dan artis di pesta semalam. Mata indah itu mulai berkaca- kaca Safira meletakan sendok dan garpu yang digenggamnya, buliran air mata itu tak tertahankan dan akhirnya jatuh jua.

Ryuji masih lahap menyantap makananya tanpa memperdulikan Safira dengan isak tangisnya, selesai melahap sarapanya ia menawarkan Safira untuk diantar pulang dan mengganti bajunya sebelum berangkat ke kantor.

Ryuji menunggu di mobil saat Safira memasuki salah satu rumah besar di Emmerald Regency, Ryuju mengeluarkan hand phone dari saku jasnya.

"Tomo san .... tolong carikan informasi tentang perkembangan bisnis dibawah kuasa Safira termasuk kehidupan pribadinya" kata Ryuji pada sekertarisnya melalui telfon.

tak lama Safira datang dan masuk mobil sedan berwarna hitam itu.

***

Setelah menyelesaikan setumpuk pekerjaan di kantor, Safira dan Ryuji menghadiri penandatanganan kontrak kerjasama pihak edvertising untuk kepentingan pembuatan iklan produk kosmetik milik Safira.

pertemuan itu dihadiri oleh banyak media baik media Indonesia maupun media Jepang mengingat produk ini akan dipasarkan ke Negri sakura itu, disela -sela rapat Ryuji tampak sibuk sendiri dengan hand phonenya dia tampak serius membaca pesan yang diterimanya entah dari siapa.

"Kamu bisa profesional sedikit gak? kita sedang dalam rapat dengan pihak periklanan dan kamu sibuk dengan pesan- pesanmu??" kata Safira menegur koleganya Ryuji.

Ryuji menjawab teguran Safira dengan sebuah pertanyaan yang membuatnya terbungkam " Menikahlah denganku?".

Suasana hening seketika menyergap ruangan yang dipenuhi kamera itu, bahkan beberapa kamera mulai merekam saat Ryuji mengulangi pertanyaanya " Menikahlah denganku?"

Siguiente capítulo