webnovel

BAB 53

dalam keadaan yang begitu menyedihkan, dua tangan muncul dari arah belakangnya, melingkar dengan sempurna di sela-sela lehernya sehingga terlihat seperti sebuah pelukan. Tangan itu begitu kecil dapat dipastikan pemiliknya adalah seorang anak kecil, lalu dengan perlahan mendekatkan mulutnya ke arah telinga Azra dan membisikan beberapa kata.

*

Dengan susah payah Afnan berusaha menerobos lapisan pembatas itu. Namun semua usahanya terlihat sia-sia, dan waktu yang tersisa kurang dari tiga menit menuju tengah malam.

dari arah belakangnya, pertarungan yang sengit telah berlangsung. Satu persatu pria bertudung berhasil di lumpuhkan.

Dalam pertarungannya lelaki yang memakai baju zirah berteriak kepada Afnan.

"Pokuskan kekuatanmu pada kedua matamu, dan biarkan cakra mengalir dengan berpusat pada intinya!"

Afnan sedikit bingung mendengar ucapan pria itu, tapi dia tetap mencobanya. Afnan pun memasang kuda-kuda pertahanan, dia memejamkan kedua matanya, berusaha memusatkan seluruh energi ke matanya. Secara perlahan dia dapat merasakan aliran cakranya mulai terkumpul, semakin lama semakin berpusat ke inti matanya.

Saat dia merasa cakranya telah cukup maka secara perlahan dia membuka kedua matanya, sekarang matanya telah berubah menjadi sebiru langit.

sekarang Afnan dapat melihat pelindung yang sebelumnya tak kasat mata terlihat dengan jelas. Pelindung itu berbentuk spiral dengan berbagai cabang-cabang yang menyatukan setiap lempengan pelindung.

Dengan cepat Afnan menemukan pusat dari lapisan pelindung itu, hanya dengan menggunakan satu serangan Afnan menghancurkannya, dan membuat ledakan yang cukup besar hingga dia terlempar cukup jauh ke belakang. Di saat yang bersamaan pria yang memakai baju zirah menangkapnya.

Mereka telah berhasil mengalahkan ke empat lelaki bertudung, sekarang waktunya untuk menyelamatkan Azra.

Sang pria dingin yang berbaring di samping Azra membuka matanya saat dia menyadari lapisan pelindung miliknya telah di hancurkan. Aura dingin yang dia pancarkan tak menurun sedikitpun, meski dia berada di dalam lingkaran segel yang membara.

Saat dia ingin bangkit berdiri, tiba-tiba kedua mata Azra juga ikut terbuka, secara perlahan bara api yang berasal dari tubuh Azra mereda dan menghilang.

"Dimana aku?" Azra merasa linglung setelah mengalami ujian jiwa dari alam bawah sadarnya.

secara perlahan dia memposisikan dirinya untuk duduk, namun ketika dia melihat ke arah sampingnya alisnya menjadi sedikit berkerut.

"Alman?" Azra berusaha mengingat-ngingat kejadian sebelum dia tak sadarkan diri. Namun yang dia ingat hanyalah ketika dirinya dan Alman berada di dalam sebuah kabut yang cukup tebal dalam perjalanan, sebuah suara dengungan yang memekakan telinganya terdengar, hingga akhirnya dia tak asadarkan diri.

Apakah Alman juga mendengarnya?

Saat Alman menyadari Azra telah berhasil melewati ujiannya, dia melihat ke sebuah benda bulat yang melayang di tangannya.

"Hanya tersisa satu menit lagi!" ucapnya, namun dengan menggunakan intonasi yang berbeda dari Alman yang biasa Azra dengar.

Siguiente capítulo