Ben Hanayah Bramantyo
Tidakkkkk?
Suara ini bukan sebuah bantahan tapi lebih kepada raungan murka untuk setiap hal yang disampaikan oleh Magdalena.
Matanya melotot takut ada yang tertinggal dari kertas yang dibaca yang membuatnya tidak memahami arti baris perbaris dari setiap tulisan itu.
Elisabet Bramantyo, lahir lima tahun lalu.
Magdalena, kembali dengan berita bencana yang akan menghancurkan gadisnya. Ia terbaring lemah di rumah sakit, demi properti syuting konyol yang katanya tidak ingin perusahaanku mengalami pembengkakan dana. Gadis konyol itu adalah nafasku, hidupku!
Bagaimana aku harus menceritakan semua hal ini kepadanya, sewaktu photo - photo perselingkuhan Magdalena dalam ekspresi yang menjijikkan sedang menikmati orgasme membuat aku muntah pada saat itu. Photo itu sampai ke tangan ku dua hari menjelang pernikahan dengan Magdalena.
Dia meminta ampun, saat aku mengatakan dia harus pergi dari hidupku. Dia berkata tidak bisa melakukannya karena dia mengandung bayiku!, pada saat itu aku tidak menerima dan menolak ibu beserta dengan anaknya.
Sepeninggal magdalena hidupku sepi, muram, gelap hingga gadis dingin itu masuk dalam hidupku, menyinari hari - hariku. Takdir yang begitu jahat memisahkanku darinya.
Magdalena, wanita perusak masa depanku datang dengan sebuah rahasia yang sanggup meluluhlantakkan wanita dalam hidupku, dengan kejam dan dendam atas nama putrinya ia siap menabur racun dalam hidup May.
"Tidakkkkkkk" suara lantang Ben atau justru raungan murka lebih tepatnya. Jangan coba - coba Lena, sedikit saja upaya yang kamu lakukan meneteskan racunmu membunuh bunga yang mekar di hatinya maka aku tidak segan - segan menghancurkanmu!!!
Kalau begitu Ben, apa yang dapat kamu janjikan untukku dan putrimu, desis Lena.
Kamu mengabaikan keberadaan aku dan anak kita dan menghancurkan dunia kita,
Hahahahh
Lena, yang semula menghancurkan kita adalah "kamu", dengan ekspresinya yang gelap.
Sudahlah Ben, tidak usah fokus ke masa yang lalu, sekarang pilih antara aku dan putrimu atau Maya Belinda Sharon! Bijaksanalah Ben, aku mampu melakukan apapun demi putriku, tutur Lena.
Hati Ben serasa teriris, semalaman ia tidak dapat memejamkan matanya. Bayangan May seperti menari - nari, senyumnya secerah mentari seolah nyata di pelupuk matanya. Dia menangisi jalan hidupnya, terdengar suara lirih penghantar tidurnya disaat subuh menjelang "May, apa yang harus kulakukan, aku mati tanpamu, aku tak bisa bernafas tanpamu, May... engkau segalanya bagiku"!?
Ben memilih menghancurkan hati gadis itu karena dia ingat banyak orang yang mengasihinya Diana, Wilson, dan papanya. May tidak akan kekurangan kasih dan perhatian karena mereka mengasihinya, ia pasti tegar sekokoh batu karang.
Imajinasi Ben, yang pada akhirnya disesalinya.
-*************-
Pada saat kekasihku itu datang, ke kantor. Betapa lemah hatiku, ingin ku memeluk, menciumi, melindunginya. Aku memilih membelakanginya karena hatiku tak berdaya, kalau aku menatapnya maka aku ingin memilikinya, membawanya jauh pergi sehingga siapapun tidak dapat melukainya.
~"Hatiku tersayat, Love... please, kuatlah, bisik Ben dalam hatinya"~
Dia menjerit, menangis, menuduhku pendusta, actor, menganggapku tidak lebih baik dari Leon laki - laki bajingan itu, aku hanya diam dan menjawab dalam batin membantah setiap tuduhannya.
Saat aku menusukkan pedang ke ulu hatinya sambil berkata "you are not my woman now" sama seperti aku mengunyah racun yang mematikan tidak sanggup membayangkan seandainya dia menghilang dari hadapanku.
***************
Aku melakukan hal - hal gila, sekedar mendengar beritanya aku menyimpan kamera perekam di kantor Will tanpa sepengatahuannnya aku membayar ahli untuk meretas celulernya sehingga aku tetap mendengar apa kabarnya.
Saat aku tahu bahwa gadisku itu seperti cangkang, mayat hidup, aku ingin menggantung diriku hingga maut menjemputku. Aku gagal dalam rencanaku, ku pikir dia bisa terhibur dengan Diana, Wilson dan Tn. Tonny.
Aku salah,
Aku salah, ternyata cintanya untukku
Aku membunuhnya, Aku semakin menggila, melarutkan diriku dalam alkohol, entah kapan terakhir aku makan, mandi, perusahaan ku abaikan. Aku tidak mau menerima siapapun ke apartemenku, Mom, dad dan my brother termasuk Lena dan putri kecilku, entah mengapa hatiku tidak mengalami debaran saat melihat wajah mungil itu,,,
Semua orang kehilangan akal untuk menemuiku. Aku takut mendengar namamu kasihku, mendengar engkau menghilang dari water membuat aku berulang kali meminum obat tidur yang berlebihan, hingga beberapa kali harus terbaring di rumah sakit, yang otomatis aku menggantungkan hidup hanya pada Jerry asistenku.. Aku melarang keras ia bercerita kondisiku di RS kepada siapapun.
//////*********//////@@@@@$@
Pada saat gebyar iklan melihatmu terlahir kembali dan melihat mata pria lain menginginkanmu, aku bercita - cita ingin menjadi pembunuh berdarah dingin. Ingin ku congkel biji mata mereka, kucincang - cincang bagian tubuh mereka hingga potongan - potongan terkecil. Apalagi Andrew Schider ingin ku tebas tangannya saat menyentuh tubuhmu yang seharusnya jadi milikku. Saat bibirnya yang lancang mencium titik nadi di bawah telinga dan menggigit ujung telingamu tempat favoriteku dan kelemahanmu. Gelas yang ku pegang hancur dan membuat tanganku berdarah, pelayan sibuk merawat luka ku tetapi, mataku tidak pernah meninggalkanmu.
Amarah demi amarah menguasai hatiku, gadisku saat ku dengar ada bajingan yang menggodamu di tv nasional. Memanggilmu sunshine, sweet heart, darling ingin rasanya ku bakar bibir bajingan itu dan kau memujinya sebagai pria istimewa maka hatiku pun hancur sayang, mengapa otakku dulu tidak memikirkan jalan terbaik menyelesaikan racun Magdalena sehingga otak bodohku hanya berpikir bahwa aku tidak mau engkau meminum racunnya, lebih mudah kalau racun ku saja yang kuhembuskan ke jiwamu...
Aku hancur berkeping - keping love, saat ku lihat engkau bergelayut di tubuh pria brengsek itu memujanya sebagai pria istimewa dia pikir kamu bisa dibeli dengan uangnya sehingga menghadiahimu dengan barang - barang yang mahal. Berhari - hari tinggal di apartemen pria brengsek itu ingin ku dobrak apartemennya lalu membawamu pergi dari sana. Hingga hilang kesabaranku dan takdir menolongku Love, ternyata pria itu tidak ada di sekitarmu. Pertama kali dalam enam bulan ini, aku akan tidur nyenyak di depan pintu saat kamu berdiri ku tatapi wajahmu, ku masukkan dalam memoriku untuk ku ingat.
Rasa cemburu meraung apakah kamu menghadiahkan jasmani dan kemurnianmu padanya? Amarahku seperti lahar gunung berapi yang siap menghanguskan siapa saja.
Love, aku marah, terluka, kecewa, menderita sekaligus menyesali kebodohanku.
Betapa bodohnya aku love, saat kau dekat denganku lalu membelai tubuhku saat itu sebenarnya ingin kugagahi tubuhmu membuatmu sampai mengerang meneriakkan namaku tapi aku takut menemukan bahwa aku bukan orang pertama yang memberi kepuasan itu, bukan namaku juga yang pertama kau jeritkan saat pelepasanmu. Aku takut cintaku, kekasihku, gadisku, wanitaku, nafasku. Ingin ku potong saja lidahku ini saat aku melukai hatimu, dengan perkataan "bitch" yang terdorong karena amarahku, curigaku bahwa aku bukan orang pertama.
Kau menuduhku menghangatkan dan puas di tempat tidur dengan Magdalena?
Hahahaha, kamu salah sayang aku terikat dengannya hanya karena darah Bramantyo.
Aku membencinya,
Dia adalah kutukan bagi hidupku,
Apapun yang terjadi Love,
aku akan merebutmu,
dari siapapun Ini janjiku.
Aku akan memperbaikinya.
Tidak masalah aku bukan orang pertama di sela nafasmu tapi akan ku pastikan aku orang yang terakhir dan selamanya.