webnovel

Tidak Dengan Dirinya Sendiri Chapter 4..

"Zein, apa Kak Ketrin akan pulang cepat? kita gak akan ketahuan kan? ayo cepat bereskan semua ini? aku jadi sangat khawatir sekarang" seorang teman Zein yang sedang berada di dalam rumah, begitu cemas karena mereka sedang menghisap rokok disana dan takut Ketrin akan memergoki apa yang sedang mereka lakukan.

"Tenang aja, Kak Ketrin akan pulang setidaknya jam 5 sore nanti, kita masih memiliki waktu untuk membersihkan udara di kamar ini, aku sudah bilang tadi seharusnya tidak di rumahku, sekarang kamu sendiri yang kewalahan dengan rasa cemas yang berlebihan itu". Zein menghisap rokoknya sambil memainkan ponsel yang terus menyala sepanjang waktu.

"Kamu lagi ngapain sih? dari tadi aku lihat ponsel itu terus sibuk? apa kamu sudah semakin dekat dengan cewe itu?" Saat mereka berdua asik berbincang sambil menghisap rokok, pintu rumah Zein terbuka, dan Kak Ketrin ternyata sudah pulang.

Zein yang berada di dalam kamar terkejut dan langsung lompat dari kasur, seraya memberaihkan semua puntung rokok dan sekarnya yang berserakan di lantai, dan membuka jendela lebar-lebar agar bau rokok cepat hilang, namun semua itu terlambat, Ketrin sudah berada tepat di depan pintu kamar Zein.

"Apa yang sedang kamu lakukan di dalam? buka pintu atau aku akan sangat marah!" Ketrin marah-marah dan tanpa berpikir panjang, Zein langsung membukakan pintu kamarnya.

Zein menundukkan kepala, dia tidaj berani memandang mata kakaknya.

"Apa kamu pikir kakak tidak tahu dengan semua yang sedang terjadi di dalam kamar ini? kenapa kamu melakukan semua ini pada kakak? bau rokok ini betul-betul menyengat bahkan bisa membunuh aku saat ini juga, tapi kamu dengan mudah menghisap semua rokok-rokok ini?" Ketrin marah besar, teman Zein langsung berjalan perlahan melewati Ketrin dan segera lari ke luar.

"Itu teman kamu? teman yang selalu kamu banggakan? apa hanya dia satu-satunya orang yang mau berteman dengan kamu? Aku hanya ingin adikku sekolah dan bergaul dengan baik, tidak seperti ini? apa kamu bahkan tidak menghargai jerih payahku selama ini? kenapa kamu tega seperti ini?" Zein hanya menundukkan kepala, dia tidaj menjawab apapun, dia tahu betul kakaknya sedang sangat marah saat itu, hal ini bukan pertama kalinya, namun kali ini Ketrin terdengar lebih sedih di banding sebelum-sebelumnya.

"Apa interviewmu tidak berjalan baik?" Tiba-tiba di saat ketrin sibuk menyeka air matanya, Zein berbicara tentang hal lain, karena dia heran kenapa kakaknya begitu terdengar menyedihkan, lain dari biasanya.

"Apa kamu perduli dengan semua itu? apa perdulimu tentangku? tentang pekerjaanku selama ini? kamu menyia-nyiakan segalanya, menyia-nyiakan kerja kerasku, dengan semua omong kosong ini" Ketrin menendang bungkus rokok yang masih tertinggal di lantai, dan pergi sambil membantingkan pintu kamar adiknya itu.

Dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.

Zein keluar perlahan dan mendekat ke kamar Ketrin "Kak, aku mohon maafkan aku! aku tahu ini sudah berulang-ulang, dan ini sudah keterlaluan, aku mohon maafkan aku, aku hanya ingin merasakan hal-hal yang kamu larang padaku, aku tidak ingin menjadi seorang lelaki yang hanya tahu tentang semua kebaikan tanpa mencoba hal yang di luar kendalimu, aku pikir itu bisa membuatku tumbuh menjadi lelaki kuat dan bisa menjagamu di masa depan, aku hanya menghisap rokok itu sesekali saja, di saat uang jajanku tersisa tiap minggunya, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, kamu benar-benar terlihat menyedihkan, aku tidak ingin melihat wajahmu seperti tadi saat marah, aku lebih suka kamu terlihat layaknya gadis tua yang memarahi anaknya, dari pada seperti gadis yang menyedihkan seperti itu, apa terjadi sesuatu hal padamu hari ini? Aku mohon buka pintu dan bicaralah!".

Zein terus menggedor pintu kamar Ketrin sambil membujuknya agar mau keluar dari kamar dan berbicara padanya lagi.

Namun sampai malam tiba, dari dalam kamar tetap tidak terdengar jawaban apapun, yang akhirnya membuat Zein menyerah dan masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat.

Di luar rumah berdiri seorang pria yang tidak lain adalah Rayas.

"Aku terlambat datang dan membiarkan pria tengil itu melukai perasaan kakaknya, jika aku tadi datang lebih cepat, pasti drama kakak adik ini tidak akan terjadi, aku harus siap mendapatkan hukuman dari semua adegan yang baru saja terjadi" Dia kemudian pergi dan kembali ke rumahnya.

"Ketrin adalah tanggungjawabmu, kamu yang terpilih dari sekian banyak dewa untuk melindunginya, hal-hal kecil seperti ini saja kamu lewatkan, dan ini sudah sering terjadi, jika dewa takdir dan dewa pengetahuan mengetahuinya, maka kamu akan segera di singkirkan dan tidak ada gunanya lagi berada di negri ini, apa kamu paham?" Dewi cinta mengirimkan pesan tepat di saat Rayas tiba di rumahnya.

Rayas hanya diam mendengar suara itu terus menggema di dalam rumahnya.

Ketrin memang bisa melihat masa depan, tetapi tidak bisa melihat tentang masa depan dirinya dan juga adiknya sendiri. Itu yang membuat dia berpikir, bahwa sebenarnya Ia tidak memiliki keahlian semacam itu di dalam dirinya.

Siguiente capítulo