webnovel

CEO -31-

Di suatu hari yang cerah, David pergi ke perusahaan yang sudah lama tidak didatanginya. Ia menunggunya di lobi perusahaan tersebut.

Tak lama, seseorang yang dinantikannya pun keluar dari lift. Seorang gadis yang memakai kemeja ungu dan jins belel, ditambah tas pinggang melingkar di pinggangnya, rambutnya dibiarkan dikuncir cepol ke atas asal.

David tersenyum sumringah melihat gadis tersebut, namun sebaliknya. Gadis yang dinantikannya sama sekali tidak menunjukan rasa senang, melainkan rasa keheranan.

"Char..." sapa David.

"Loh... Pak David, mau cari siapa?" Charice keheranan.

"Saya? Mau cari kamu."

"Cari saya?" Charice memincingkan matanya.

David tersenyum. "Iya. Saya mau..."

Belum selesai David berbicara, seseorang memanggil Charice.

"Char!"

"Kak Jung!" Kini wajah Charice brubah sumringah menyapa balik seseorang yang ada di belakang David.

Ternyata Junghyun menghampiri Charice siang itu, mereka sudah janjian untuk makan siang bersama.

"Char, ayo kita pergi!" ajak Junghyun.

David memandang Junghyun. Ia mengamatinya dari ujung rambut hingga kaki.

"Pak David, saya pergi dulu ya!" ujar Charice pamitan.

Junghyun menundukan sedikit wajahnya kepada David, tanda pamitan.

Charice menarik tangan Junghyun sehingga Junghyun pun mengikuti Charice keluar kantor Dismass.

David tidak bisa berbuat apa-apa, ia membiarkan keduanya pergi di depan matanya.

Dalam benak David. Sialan, siapa pria yang berani melangkahiku. Apa dia pacar baru Charice? Masa ia Charice secepat itu punya pacar lagi?! Awas saja, aku tak bisa membiarkan ini.

David pun pergi dari gedung Dismass dengan hati yang frustasi karena gagal akan rencananya.

**

Junghyun dan Charice pun tiba di suatu restoran untuk makan siang.

Makan siang pun akhirnya sudah tersaji di meja.

"Char, jadi itu aslinya yang namanya Pak David?" tanya Junghyun penasaran.

"Oh iya... Kak Jung belum pernah lihat ya?"

"Kalo di internet ya udah sih, tapi aslinya baru liat sekarang."

"Gimana menurut kakak?"

"Gimana apanya?"

"Ya... nggak tahu, cuma mau tahu pendapat kakak, gimana Pak David menurut kakak setelah lihat langsung aslinya?"

"Ya... nggak gimana-gimana, emang kakak harus nilai dia secara apa? Fisik? Ya biasa aja, kakak nggak kaleh ganteng, Cuma dia bedanya rapi sama klimis aja. Kakak juga udah tahu track rcord usahanya dia, ya... disgusting menurut kakak. Menghalalkan segala cara demi kesuksesannya sendiri! Terus kakak harus nilai dia secara apa lagi?"

"Yaudah terserah kakak aja lah!"

"Heh Char, kamu yang nanya. Kakak kan udah jawab jujur!"

"Ih, kakak nggak sadar, kakak juga disgusting. Kepedean ngaku-ngaku ganteng!" ledek Charice.

"Ya nggakpapa dong, bilang diri sendiri ganteng!"

Charice bergidik geli. "Idih!!!"

**

Yeonhee dan David baru saja selesai meeting. David meminta Yeonhee segera ke ruangannya.

Yeonhee sudah berada di ruangan David. "Iya ada apa Pak?"

"Produk terbaru dari perusahaan kita akan segera sudah siap untuk diluncurkan, tolong atur jadwal untuk launchingnya."

"Baik, Pak! Minggu depan di hari Selasa bagaimana Pak?"

"Apa? Selasa depan?"

"I... Iya Pak!"

"Kelamaan."

"La...lalu Bapak maunya kapan?"

"Besok," ujar David tegas.

Yeonhee sedikit shocked. "Pak, itu tidak mungkin, tim product development belum menyiapkan apa-apa untuk launching. Jadi..."

"Saya tidak mau tahu, mereka harus sudah siap. Harus siap!"

""Ta... Tapi Pak..."

"Yeonhee-ssi mohon beritahu kepada mereka, mereka harus mempriotaskan launching produk baru terlebih dahulu!"

"Ba... Baik Pak!"

"Lalu, tolong undang media massa, semua media massa."

"Ok, baik Pak!"

"Termasuk Dismass ya!"

"Iya, Pak!"

Dalam benak Yeonhee. Kalau Dismass diundang, berarti yang harus datang meliput kesini haruslah Charice.

**

Yeonhee menghubungi Charice.

"Halo Char!"

"Ne Eonni, wae?"

"Neo odi (kau dimana)?"

"Aku? Di kantor?"

"Kau ada jadwal meliput keluar tidak besok?"

Sejenak Charice berpikir. "Obsoyo, Eonni, ajik obsoyo (tidak ada, Eonni, masih tidak ada). Wae?"

"Kau mau meliput launching produk baru di kantor Eonni nggak?"

Charice terkejut. "Eonni udah hubungi manajemen kantorku?"

"Eonni belum menghubungi Dismass, tapi nanti Eonni akan menelponnya. Tapi sebelumnya Eonni mau tanya langsung ke kamu, kamu bisa nggak kira-kira?"

"Ne... Eonni, akan aku usahakan!"

"Yaudah tolong ya Char!"

**

Sementara David menelpon seseorang.

"Halo!"

"David, ada apa kau menelponku?"

"Raymond-ssi... aku punya penawaran bagus untukmu."

"Penawaran apa lagi Dave?"

"Aku akan memberimu diskon untuk pembangunan gedung baru Dismass, kau bisa nego berapapun asal masih dalam angka wajar."

Raymond berpikir sejenak. "Kau.. aku tidak tertarik, supplier yang sekarang sudah sangat pas dan aku sudah puas dengan kinerja mereka."

"Raymond-ssi, perusahaan ku akan melaunching produk baru, coba lihat dulu, siapa tahu ada desain yang membuatmu tertarik, bukankah kau memiliki selera seni yang tinggi? Siapa tahu ada yang membuatmu tertarik produkku kali ini." David mencoba menawar.

"Kapan acara launchingnya?"

"Besok."

"Kebetulan besok aku tak ada jadwal meeting."

"Sekalian bawa reportermu untuk meliput acaraku."

"Tentu."

"Aku maunya kau bawa reportermu yang paling pintar kesini."

"Pintar?" Raymond keheranan. " Kau cari saja sana siswa yang menang olimpiade kalau mau yang pintar!!!" makinya.

"Kau tahu kan jika perusahaanku bukan perusahaan abal-abal, produk-produk desain bangunan seperti ini jika bukan reporter yang pintar, aku tak yakin akan mengerti."

"Kau ini banyak maunya ya Dave, aku bukan jualan makanan disini. Kau tidak usah khawatir, aku ngetes IQ mereka semua sebelum masuk Dismass, jadi sudah pasti semua reporter Dismass itu pintar-pintar!"

"Tidak-tidak, aku tidak percaya."

"Yaudah sebut nama saja, siapa? Charice ya?" tebak Raymond. "Bilang saja... kau mau aku bawa dia?! Benar kan tebakanku?!" ledeknya.

David diam saja.

"Kalau kau tak menjawab berarti benar. Baiklah, berhubung kau mau memberikan diskon, akan kukabulkan keinginanmu!"

Raymond menutup teleponnya.

**

Charice sedang sibuk mengetik laporan beritanya di laptop.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia pun mengangkatnya.

"Yoboseyo!"

"Yoboseyo!"

"Ada apa Kak Jung?"

"Char... besok keluarga Anggrek ada konfrensi pers, kita harus dateng!"

"Oh benarkah Kak? Baik Kak... besok aku akan kosongin jadwal buat mliput konfrensi pers keluarga Anggrek."

"Yaudah Char, besok Kakak jemput?"

"Nggak usah Kak, aku berangkat sendiri aja! Jam berapa Kak?"

"Jam 12 ya."

"OK Kak, kita ketemu di tempat ya."

"OK, Char!"

Charice mengakhiri percakapannya dengan Junghyun.

Ia ingat akan janjinya terhadap kakaknya untuk meliput launching produk terbaru di perusahaan Mico. Ia pun terpaksa membatalkan janjinya tersebut karena telepon dari Junghyun. Ia bergegas mencari reporter pengganti untuk meliput acara launching di Mico.

Tiba-tiba Raymond masuk ruangan kerja anak buahnya.

"Selamat sore semua!"

Semua karyawan di ruangan tersebut, termasuk Charice berdiri dan memberi salam kepada Ryamond.

"Kalian boleh duduk kembali, silahkan bekerja seperti semula!"

"Baik, Pak!" balas semua karyawan.

Raymond menuju ke meja kerja Charice. "Charice!"

"Eh, iya Pak!" jawab Charice kikuk.

"Besok kau ikut aku meliput berita di Dismass."

Otomatis Charice terkejut akan permintaan tiba-tiba bosnya tersebut. ""Ta... Tapi Pak... Sa... Saya ada jadwa..."

"Apapun jadwal kamu besok, delegasikan dulu ke yang lainnya. Kamu harus ikut saya besok!" perintah Rraymond.

"Tapi kasus ini hanya saya yang pegang." Charice mncoba menolak.

"Kalau begitu, kau bisa jelaskan dulu kan hari ini ke orang yang kau akan delegasikan tugasnya. Jadi besok kau bisa ikut saya, lagipula hanya sehari saja kok!"

"Ba... Baik Pak!"

"Bagus kalau begitu."

"Ta... Tapi Pak..."

"Apalagi?"

"Sa.. saya... minta uang taksinya."

"Kenapa pake taksi?"

"Kan..."

Belum selesai Charice bicara, Raymond menyelak. "Ya naik mobil saya saja!"

Charice lebih shocked lagi, ia tak menyangka jika bosnya akan membiarkannya naik mobilnya. "Yang bener Pak?!"

"Kamu nggak usah kaget begitu ekspresinya! Kamu juga pernah naik mobil yang jauh lebih bagus dari mobil saya kan?! Besok after lunch, kita berangkat!"

Raymond pergi meninggalkan ruangan anak buahnya.

Dalam benak Charice. Aduh... tumben banget sih Pak Bos mau pergi sama aku. Biasanya jijik deket-deket sama aku. Emang dia nggak malu apa pergi kesana bareng aku. Oh iya, sampai lupa harus kirim katalk ke Kak Jung jika aku besok tidak bisa.

**

Siguiente capítulo