Charice menemui pelaku bullying yang bernama Mawar di rumah sakit ia dirawat. Ia dan Junghyun sudah ada di sebelah ranjang tempat Mawar berbaring.
"Mawar, selamat sore!" sapa Charice.
"Kakak wartawan?" tanya Mawar.
Junghyun berkata. "Saya detektiv yang menangani kasus kamu, saya ingin menyelidiki kasus kamu lebih lanjut ya Mawar, jadi mohon jujur jika ditanya apapun sama kami."
Mawar wajahnya melengos ke arah sebrangnya, tidak ingin melita Charice dan Junghyun.
"Mawar, tolong ya... Kamu seharusnya bisa lebih hormat sama orang tua..." Junghyun sedikit emosi.
"Kak, pelan-pelan kasian Mawar, dia kan lagi hamil." Charice menenangkan Junghyun. Dia pun pelan-pelan membelai rambut Mawar. "War, Mawar... Nama kamu indah seperti orangnya."
"Kakak berdua bisa nggak cepat menyelesaikan urusannya disini?! Kalo udah cepet pergi sana!" bentak Mawar.
"Baik-baik..."
Junghyun dan Charice pun menggali informasi yang mereka inginkan dari Mawar dengan bahasa yang sangat halus agar tidak menyinggung perasan korban. Apalagi masalah pemerkosaan ini adalah kasus yang pasti akan sangat sensitif bagi wanita yang mengalaminya.
"Jadi... Kamu yang ngundang Jungwoo ke rumah kamu malem itu?" Junghyun memincingkan matanya.
Mawar mengangguk.
"Mawar tahu nggak, mengundang laki-laki ke rumah dalam keadaan rumah nggak ada orang tua itu berbahaya?" tanya Charice.
"Saya tahu, tapi kan Jungwoo Oppa itu pacar saya sendiri jadi saya..." Mawar mulai meneteskan airmata. "Saya... percaya dia tidak akan jahat kepada saya!"
Charice dan Junghyun menenangkan Mawar.
"Mawar... kamu yakin itu kamu berhubungan badan bukan karena hubungan sama suka kan?" Tanya Charice.
Junghyun menutup mulut Charice. "Tadi kan kamu sendiri yang nyuruh saya yang harus pelan-palan nanya masalah ini?"
Charice diam saja.
"Kak... Kakak nggak tahu kan gimana kalo diperkosa?! Coba kalo kejadian ini kejadian sama Kakak! Aku sumpahin kakak ngalamin kejadian yang sama kayak aku!" bentak Mawar.
Charice terlihat sedikit emosi. "Apa? Kok kamu jadi nyumpahin Kakak?!"
"Char... Char... udah tenang Char!" Junghyun menenangkan.
"Kakak, mau tahu apa lagi dari aku? Hah? Coba Kakak ada di posisi aku? Temen-temen aku Cuma mau bantuin aku ngasih pelajaran ke Anggrek karena dia udah ngerendahin aku dan dia enak-enak pacaran sama Jungwoo Oppa sedangkan aku udah diperkosa sama Jungwoo Oppa. Apa yang dialami Anggrek sekarang ini nggak ada apa-apanya ketimbang luka yang aku dapet! Kakak lihat ini di perut aku ada anaknya Jungwoo Oppa!"
"Mawar, bullying itu nggak ada benarnya. Dengan kamu ngerahin teman-teman kamu ngeroyok Anggrek itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah, kamu lihat apa yang terjadi sekarang ini? Masalah makin besar!"
Mawar hidungnya memerah. "Loh bukannya media kakak ya yang buat urusan panjang yang pake buat hastag justiceforanggrek ? Cuih... apaan justice? Mana justice buat Mawar? " bentak Mawar.
Junghyun menahan bahu Charice. Ia tau jika saat ini Charice sedang menahan emosinya. Dia bebisik ke telinga Charice. "Tenang Char, ayo kita keluar dulu."
Junghyun dan Charice akhirnya keluar dari ruang rawat Mawar.
"Char, kasus ini sebenarnya tidak rumit namun karena semua yang terlibat adalah anak di bawah umur, itu yang membuat berjalannya hukum sangat dibatasi karena persoalan mereka semua masih anak-anak," jelas Junghyun.
"Mulut anak itu kasar tapi Kak, aku benar-benar gedeg sama dia! Mana dia pake nyumpahin aku segala, padahal aku udah nanya pelan-pelan kan?!" Charice menyenderkan tubuhnya ke tembok sambil memegang kepalanya.
***
Yeonhee masuk ke kamar Charice. Dia ingin mengajak bicara Charice.
"Char!" panggil Yeonhee.
Mengetahui kedatangan kakaknya, Charice melepaskan headsetnya, kemudian mendudukan dirinya yang awalnya sedang tengkurap di atas kasur. "Yeonhee Eonni. Wae(kenapa)?"
"Eonni mau bicara sesuatu denganmu. Kamu lagi sibuk nggak?"
"A.. ani... (ti... tidak)" jawabnya. "Mwonde (ingin bicara masalah apa)?" sambungnya penasaran.
"Soal pekerjaan Eonni."
Atmosfer di antara mereka berdua terasa sangat serius.
Charice mengangguk. "Keuromyo (baiklah). Kenapa ? Kenapa Eon?"
"Eonni sudah mendapat jalan keluar soal ini."
"Chinja?" Charice terkejut dan sangat penasaran. "Apa solusinya Eon?"
"Selepas Eonni resign dari news anchor, Eonni sudah mendapat pekerjaan baru di Perusahaan Mico alumunium. Eonni akan bekerja sebagai... sekretaris!"
"Sekretaris?"
Yeonhee mengangguk. "Eonni nggak tahu lagi harus melamar sebagai apa? Kebetulan sekali perusahaan Mico Alumunium buka lowongan dan yang paling mudah adalah sekretaris."
Charice memincingkan matanya. "Eonni kan kuliah public speaking, bisa jadi HR lah minimal. Kenapa harus sekretaris?"
"Kebetulan yang dibuka lowongannya itu Char."
"Eonni, kan bisa cari perusahaan lain."
"Kamu denger dulu, Mico alumunium ini kan baru mengakuisisi Samkyung, perusahaannya lagi berkembang pesat dan sekretaris yang kakak jalani punya job desk bukan sekedar ngerjain kerjaan admin, tapi berhubungan dengan para petinggi-petinggi perusahaan-perusahaan ataupun para pejabat."
Charice mengernyitkan dahinya. "Emangnya sekeretarisnya siapa Kak? Kok bisa sampe segitu pentingnya kerjaanya?"
"Sekretarisnya presdir."
Seketika Charice memegang kepalanya yang pusing, hampir oleng.
"Kenapa Dek? Kau tidak senang Eonni mendapat pekerjaan baru yang baggus?"
"Eng.. Enggakpapa... tapi..."
"Tapi apa?"
"Bukannya presdirnya Mico itu Pak David ya kalau aku nggak salah?" Dalam hati Charice. Pasti benerlah, kan Pak David pacar aku.
"Iya benar, memang kenapa kalo Pak David presdirnya?"
Dalam hati Charice. Entahlah ini ide bagus atau tidak, cepat atau lambat juga Eonni akan tahu hubunganku dengan Pak David.
"Kakak udah lolos 100 persen dapetin pekerjaan itu?"
"Iya udah. Kemarin Pak David yang interview langsung."
"Hah? Pak David yang interview langsung?" Charice terkejut.
"Iya, kamu nggak usah kaget gitu dong! Dia kan end usernya, jelas Pak David lah yang wawancarain Eonni terakhir!"
Dalam hati Charice. Ini aneh, kenapa Pak David tidak cerita ke aku jika Yeonhee Eonni melamar pekerjaan di perusahaannya. Apa sih yang direncanain dia? Aku harus apa lagi? Udah ngasih tahu aja apa hubunganku dengan Pak David?
***
Charice makan malam bersama dengan David. David benar-benar memperlakukannya bak seorang putri. Ia memberikan jamuan candle light dinner yang sangat romantis.
Meja yang dihiasai vas bunga dan 3 batang lilin. Mereka makan malam di gedung ketinggian 50 lantai. Di atasnya terdampar lautan bintang.
Langit hitam terhampar luas. Sungguh kuasa Tuhan tidak bisa ternistakan akan keindahan alam semesta.
Dari gedung tesebut, di bawahnya terhampar pemandangan kerlap-kerlip kota Seoul. Kota yang tak pernah tidur.
Ini adalah pengalaman pertama Charice merasakan jamuan makan malam romantis seperti ini.
Mereka pun makan diiringi musik klasik alunan piano dari musik instrument Canon in D. Sudah dipastikan seromantis apa suasana di tempat tersebut.
Charice mengenakan gaun biru dongker yang bermodel kemben sehingga memperlihatkan bagian dadanya.
David berdiri dan berjalan ke belakan Charice. Ia memberikan suprised kepada pacarnya tersebut. Ia memberikan kalung dengan liontin inisial nama mereka DC.
David memakaikan kalung tersebut ke leher Charice.
Charice kaget. "Pak ini apa?"
Charice membuka Hpnya dan mencari kamera untuk bercermin. Ia memandangi layar Hpnya sambil memegang liontin kalung yang baru dipasangkan oleh David tersebut.
"Bagus tidak?"
"Ini... bagus Pak, tapi..." Wajah Charice ragu.
"Tapi apa?"
"Ini pasti mahal banget?"
"Enggak kok ini murah."
"Murahnya Bapak sama murahnya saya kan beda?!"
"Jadi saya harus bagaimana? Mengembalikan kalungnya ke toko?"
Charice menggeleng. "Enggak, enggak usah Pak! Iya saya terima kalung ini." Charice bertanya sesuatu diamana awalnya dia agak ragu. "Bapak, kok Bapak tidak beritahu saya jika Eonni melamar di perusahaan Bapak?"
"Saya pikir Eonni kamu cerita."
Charice menggeleng.
"Awalnya saya juga tidak tahu jika Yeonhee yang dimaksud dalah kakakmu, lagipula saya juga shocked, bukankah dia seorang news anchor dan karirnya juga sangat bagus?"
"Iya Pak benar sekali."
"Tapi ada masalah kah sehingga memilih berhenti dan tidak melanjutkan karirnya yang sangat bagus tersebut?"
"Keu... Keugo... (I... itu....)" Charice terbata-bata ingin berbicara.
"A mian (maaf). Saya mungkin terlalu ikut campur dengan masalah pribadi, pastinya itu sesuatu yang serius karena banting stir pekerjaan bukanlah hal yang bisa diputuskan dalam 1-2 hari saja."
Dalam hati Charice. Mungkin aku memang yang negative thinking saja ke Pak David. Saya harusnya membuang pikiran-pikiran negative tersebut.
Musik romantis yang mengiringi makan malam tidak ingin dilewatkan sia-sia oleh David. Ia menawarkan Charice genggaman tangannya. "Char, mau kah berdansa denganku?"
Charice langsung merasa kikuk. "Ha... Hajiman (ta... tapi) Saya nggak bisa dansa Pak!"
"Saya yang tuntun."
Charice pun menyambar tangang David.
David mengalungkan kedua tangan Charice ke lehernya, lalu ia memegang pinggang Charice. "Ikuti aba-aba saya ya, bila saya bilang kanan, kamu geser ke kanan, setiap 2 langkah pindah kanan-kiri lalu depan belakang," instruksinya.
Charice hanya mengangguk.
Mereka pun mulai berdansa. Awalnya Charice masih kikuk, namun lama-lama ia bisa mengikuti ketukan dan irama yang diinstruksikan David.
David mendaratkan satu kecupan manis di dahi Charice.
Charice tersipu malu, wajahnya hanya menunduk.
***