webnovel

Aksara 39a,

Edited by Mel

Marc memanah puluhan ular boa besar yang menyerangnya, ia terlihat kesulitan memanah dan menghindari ular yang terus berdatangan. Ular-ular itu berwarna hitam terbuat dari bayangan yang berusaha mengikat bayangannya.

Ular-ular itu lemah, namun ketika berhasil mengikat bayangan sasarannya, mereka tak mampu menggerakan tubuhnya lagi.

Hal itu ia ketahui setelah melihat tubuh Baltus, yang kini meregang kaku di tanah. Lanika memimpinnya menjauh dari tempat itu bukan karena takut, melainkan untuk menjebak mereka berdua.

Mulut Baltus mulai mengeluarkan busa, awalnya hanya tubuhnya tidak bisa bergerak. Namun Lanika menghampirinya, membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya, lidah itu kemudian berubah menjadi leher cobra berwarna emas.

Menggigitnya berusaha membunuhnya dengan racun,"Cuih! Menjijikan, bau tubuhnya seperti babi!" Ujarnya sehabis menggigit leher Baltus.

"Kau kira aku lari karena aku takut pada kaliaan?!! Hahahah dasar bodoh!" Ujar sosok yang begitu sensual itu sambil menjulurkan lidahnya dan menghisap ibu jarinya, kemudian mengedipkan matanya pada Marc.

"Haha.. sekarang ia akan mati, waktumu hanya satu menit!! Huhuhu sungguh kasihan! Hauahauhahahaha!" Ia berpura-pura sedih dan kemudian tertawa liar seperti orang gila. Ekspresi cantiknya digantikan kegilaan dan ekspresi bengis.

Marc kewalahan, kebingungan dan lelah.

"Bagaimana ini?!"

"Baltus..". Ia berucap pelan, mengepalkan tangannya

"Seharusnya kau tidak ikut, senior bodoh!!"

"Bila kau tidak berlagak sok-sokan hal ini tidak akan terjadi! Kurang ajar! Aku akan menghajar mu, tapi akan kulakukan setelah menghajar si jalang ini!" Aura tubuh Marc berganti, tumbuhan dan pepohonan bergoyang, seperti menari ketika kehadiran dan hawa keberadaan Marc berubah.

Serpihan daun mulai berjatuhan mengelilinginya, disertai perubahan fisik yang begitu kentara. Wajahnya menjadi lebih tampan, lentiknya bulu mata dan alis berwarna hitam kehijauan terlihat, telinganya menjadi runcing. Kejadian itu terjadi di iring oleh munculnya petir yang menggelegar. Sungguh perpaduan yang begitu aneh.

Twink!

Peri buku milik Marc muncul, bergelayutan di bahu Marc. Petir menyambar, membentuk empat gelang melayang yang dipenuhi listrik.

"Waktu perubahan maksimal dua menit puru-puru." Ujar peri buku yang biasa menemani Marc.

Figur asing tersingkap, ia terlihat seperti pria tampan berumur dua puluh tahun. Namun matanya tetap seperti sebelumnya, mata milik Marc.

Lanika memandang sosok itu,"Hahahaha.. tampan! Tampan sekali, akan ku jadikan mainanku. Aku Belatrix Manace, sudah memutuskan kau akan menjadi mainanku! Hihihi Sudah lama aku tidak menjumpai bangsa Elf!"

Ia benar, tapi tidak sepenuhnya, sosok di hadapannya adalah sosok terlarang. Eksistensi yang asing bahkan di tengah-tengah para Elf, seorang elf dengan elemen ganda.

"Berisik!" Ujar Marc kemudian menghilang dari posisinya berdiri, ia seperti menghilang. Aura dan hawa keberadaannya seakan menyatu dengan alam.

Tiba-tiba, sekelebat kilat memancar dari belakang sosok itu. Kilat biru bercampur hijau itu berubah menjadi sosok yang tengah menarik busur petir, tanpa anak panah terpasang di sana.

Aksara tahen dan aksara bajra

[1] Tahen adalah kata sansekerta yang berarti batang atau pohon, kadang pula berarti derita.

[2] Bajra adalah kata sansekerta yang berarti halilintar, petir atau guntur.

"Teknik terlarang, panah pohon dan petir!" Ucapnya singkat dan dingin.

Kedua aksara itu kemudian melebur, meskipun petir adalah elemen yang berlawanan dengan pohon, di mana kedasyatan petir seringkali menyambar pepohonan tinggi dan membakarnya.

Tapi kedua elemen itu seakan melebur sempurna.

[3] Tahjra sebuah kata gabungan dua kata sansekerta tahen yang berarti pohon dan bahjra yang berarti petir. Kedua kata itu membentuk arti pohon petir!

Sebuah pohon terbentuk dari akar hingga cabang-cabang yang kemudian terbakar dan berubah menjadi petir. Pohon itu bergemuruh, ribuan carang dan cabang melesat, seperti cahaya kilat menyambar sosok ahengkara bernama Belatrix itu.

"Petir merenggut kehidupan, namun ia juga bisa memberikan kehidupan!" Ujar Marc, ia menarik busurnya lagi, kali ini petir yang membentuk gelang di tangan dan kakinya menyaka dan menyerap energi dari sekitar.

"Teknik terlarang, aksara pohon dan petir, bentuk kedua!"

"Dari kematian, lahir kehidupan!" Marc berbisik, petir mengguntur dari langit seakan terpanggil membakar tubuh Marc.

Seluruh hutan di penuhi kilat, Marc berpindah dari satu kilat ke kilat lain. Ia membidik Baltus,"Hei senior bodoh, tahan sedikit!"

Dhuaaar!

Petir menyambar Baltus, seketika tubuhnya mengejang hingga seakan bangkit berdiri, namun matanya kosong dan terjatuh lagi.

"Uhukk! Uhuk! Phuakk!"

Awalnya ia jatuh telentang, namun kemudian batuk dan memuntahkan racun dan darah berwarna hitam, petir itu membersihkan racun di tubuhnya.

Ia di basuh oleh petir.

"Lanika! Usir keluar makhluk jalang itu dari tubuhmu!! Cepat! Ini kesempatanmu satu-satunya." Marc masih dengan tubuh terbakar berujar, petir masih melilit tubuhnya. Hal itu disebabkan darah elf pepohonan yang terus memanggil petir akibat energi kehidupan yang terkandung dalam darahnya.

"Waktu perubahan tinggal 1 menit, menghitung mundur puru-puru!" Peri buku itu mengingatkan Marc lagi.

"59.."

"58.."

"Lanika!!"

"WAKE F*CKING UP!!" Umpat Marc dalam bahasa utara, teriakannya ia imbuhkan dengan jiha petie, sehingga menggelegar ke segala penjuru.

**

Figur kecil Lanika yang sesungguhnya masih tertidur di alam bawah sadarnya, seperti bayi di dalam kandungan ia mengapung-ngapung di alam bawah sadar yang seakan seperti lautan tanpa ujung dan dasar.

"Lanika!" Suara terdengar, figur kecil itu bergetar. Jemarinya mulai bergerak, berusaha keras untuk bangun.

"Wake F*cking Up!" Teriakannya terdengar kembali.

Kini figur itu membuka mata sepenuhnya, ia kemudian menabrakkan diri ke cermin berisi Bellatrix yang tengah terbakar.

"Marc serang aku sekali lagi!" Lanika merebut paksa tubuhnya untuk sekejap saja.

Tubuh yang sama kemudian berucap lagi,"Lanika kau jalang, aku akan membawa mu mati bersamaku Bellatrix!"

Marc tanpa ragu melepaskan serangan pamungkasnya, serangan yang menyerap seluruh energi kehidupan pepohonan dalam radius dua puluh meter itu menembus kening Lanika.

Roh Lanika seakan melonjak keluar, menyeret Bellatrix tepat di rambutnya.

"Kau mau mati bersama! Baiklah kita mati bersama!" Ia menarik roh itu keluar bersamaan dengan inti energi berwarna hitam yang keluar dari tubuh kosong itu.

"Kau membuatku merasakan hal yang lebih sakit dari kematian di hari pertama kau mengambil alih tubuhku!" Lanika mengamuk dan menangis, semua penderitaannya selama ini seakan hendak mengalami pembebasan.

"Berhenti Lanika! Kau akan mati bila menyambutnya begitu!" Marc telah kembali ke wujud aslinya, ia berusaha mencegah Lanika, namun tubuhnya sedang mengalami efek samping perubahannya.

Keduanya menyambut petir itu bersamaan, Lanika menoleh ke arah Marc, ia menggeleng dan tersenyum sangat manis,"Terimakasih, katakan pada David, aku meminta maaf!"

Marc tertegun, ia tidak pernah menyukai Lanika akibat sosok di dalam tubuhnya itu, namun ia mengerti betul seberapa David tergila-gila dengan gadis itu.

Marc mencoba meraih tangan Lanika, namun kedua roh itu hilang di balik cahaya yang begitu terang ketika petir itu menyentuh roh dan uma kegelapan itu.

Marc memalingkan wajahnya, cahaya itu menyakitkan mata. Namun ia tidak menyadari, sebuah benih melayang keluar dari botol kaca di baju Baltus, biji kering yang sebelumnya tak memiliki berat, dan tidak terlihat. Hanya Baltus dengan penciumannya yang mampu menemukannya.

Benih itu melayang, menyerap serpihan terakhir dari roh Lanika dan masuk ke tubuh Lanika menghilang bagai cahaya terserap ke dalamnya.

Ketika cahaya itu menghilang, Baltus tersadar kemudian mendekati Marc berusaha membantunya berdiri.

"Apa kau bilang tadi, senior bodoh?!" Ujar Baltus tersenyum jahat.

"Akan ku balas!" Ujar Baltus, Marc menelan ludah.

Keduanya kemudian bergulat, meski Baltus menahan diri karena seluruh tubuh Marc terbakar, dan mereka berdua tidak mengenakan pakaian.

"Lepaskan aku, kau makhluk menjijikkan!" Marc mendorong kepala Baltus, ia merasa jijik karena tubuh telanjang mereka beradu begitu.

"Shit! Shit!" Marc mengumpat dengan bahasa utara tanpa henti.

"Ayo cepat minta maaf!"

"Atau aku akan membekapmu hingga besok pagi!" Ujar Baltus

Marc bergidik, hampir-hampir ia muntah.

"You f*cking shit!"

"Senior Baltus yang agung! Aku minta maaf! Aku sungguh minta maaf!"

"Kau tidak bodoh! Aku yang bodoh, tolol dan buta!" Marc menahan tangis, seakan kehilangan harga diri dan keperjakaannya.

"Lain kali jaga omongan mu atau aku akan melakukan yang lebih parah!"

"Hahaha, akan kuceritakan pada semua orang tentang kemesraan kita ini!" Baltus mengedipkan mata dan berujar. Ia normal, hanya saja ia sadar tidak sekuat Marc dan menggunakan serangan psikologis pada Marc.

Hal ini ia pelajari dari Hans, meski Hans mustahil melakukan itu.

Baltus menguliti pohon besar dan menggunakan kulitnya untuk menutupi tubuhnya, ia kemudian memeriksa tubuh Lanika yang gosong, sebagian tulangnya bahkan menjadi arang.

Marc tersungkur, menggunakan kulit kayu sebagai pakaian. Ia melamun,"Apa yang akan aku ucapkan pada David, aku baru saja membunuh pacarnya!"

Ia menempelkan kepalanya ke tanah, berdoa dan bersujud. Keduanya menguburkan tubuh yang setengah arang itu ke dalam tanah. Mereka tidak merasakan detak jantung sehingga mereka sepakat bawa Lanika sudah mati.

Setelah cukup lama berdoa dan bersujud keduanya bangkit dan meninggalkan tempat itu, Marc beberapa kali menengok ke belakang. Penyesalan yang besar menyelubunginya.

Ini bukan kali pertamanya ia membunuh seseorang, tapi baru kali ini ia membunuh teman sendiri.

Ketika mereka tengah jauh, petir menyambar tanah itu, terserap ke dalam benih yang berada di Uma milik Lanika.

Serat dan akar terbentuk dan energi kehidupan besar mengalir ke seluruh tubuh yang terbakar. Jaringan otot, daging dan bahkan tulang tebentuk kembali.

Pepohonan mulai kekeringan, awalnya dalam radius sepuluh meter, kemudian menjadi dua puluh dan berhenti di radius seratus meter.

Pohon-pohon di tempat ini berukuran dari diameter satu meter hingga sepuluh meter, dan pohon-pohon raksasa itu mulai mengering dan mati akibat daya serap yang luar biasa.

**

Aksi Benaya memicu rantai reaksi, satu persatu para ex napi mempelajari cara menggunakan energinya.

Di sisi lain, Benaya berusaha mengingat teknik yang Hans ajarkan.

"Ayunkan dari bawah, kemudian berputar! Ah tidak salah!"

"Horahhh!" Gordon mengayunkan pedangnya, menggabungkan teknik kesatria biasa dengan aliran jiha.

Di sisi lain Abner dan Reinald terlihat lebih piawai, mereka menjadi ujung tombak pertahanan.

Nerda justru kesulitan,"aaarraraa! Sulit-sulit!"

"Hei Nerda, tenangkan dirimu! Atur nafasmu, ketika engkau mengalirkannya kau harus tenang!" Ujar Georgio, ia membantu Nerda bertahan di sisi selatan sedang Abner dan Reinald di sisi utara.

"Kita bisa melakukannya! Jangan menyerah! Hohoho aku tidak pernah merasa sekuat ini!" Ujar Theo sang pandai besi, mengayunkan palu besarnya seakan tengah menempa besi.

Ketika mereka mulai percaya diri, hal mengejutkan terjadi. Legion yang sebelumnya berada jauh di sana, seakan berpindah tempat.

Sosok itu bertukar dengan roh lain yang tengah menyerang Nerda.

Saat hal itu terjadi, dunia seakan runtuh. Setiap pasukan merasakan hati mereka menjadi dingin.

**

Author's Notes

Maaf ya, saya sedang fokus test cpns untuk hari ini. Minggu depan akan mulai sesuai speed.

Siguiente capítulo