webnovel

Lepaskan dia 4

Kedua penjaga yang diteriaki oleh Jimmy buru-buru masuk kedalam kamar. Mereka sebenarnya tidak mengira akan dipanggil karena dibenak mereka adalah pergantian shift yang sebentar lagi. Tapi sepertinya hal itu hanya akan tetap menjadi khayalan semata karena mereka melihat wajah murka Jimmy yang seakan ingin melahap mereka hidup-hidup.

"Ada apa b.." tanya salah satu diantara mereka tapi belum lagi kalimatnya selesai sebuah tamparan keras mendarat di rahang mereka satu persatu. Mereka hanya tertunduk pasrah tanpa tahu kenapa bos mereka sampai semarah itu.

"Kalian ngapain aja diluar hah...!!! lihat ini, menjaga satu perempuan pun kalian tidak bisa. Dasar tidak berguna..!!. ucap Jimmy dengan bengis. Kedua pengawal itu hanya bisa tertunduk, mereka masih tidak percaya kalau gadis seperti Alesha bisa nekat memanjat keatas plafon.

"Temukan dia sekarang juga..!!" ucap Jimmy lalu keluar meninggalkan kedua penjaga yang mulai berusaha mengejar Alesha ke atas plafon.

Sementara itu, Alesha sedang berupaya menggapai tiang besi penyangga yang ada didinding samping untuk memudahkannya turun kebawah. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Dengan susah payah dia memegang setiap sudut tembok penyangga sehingga tubuhnya bisa tertahan dan tidak jatuh. Sesekali Alesha melirik kebawah dan wah masih terlalu tinggi posisinya sekarang, untuk sampai kebawah masih ada 4 blok bangunan lagi yang harus dia lewati.

Perlahan tapi pasti Alesha menuruni bangunan itu dengan sangat hati-hati. seumur hidupnya dia tidak pernah sedikitpun mengira akan menghadapi situasi seperti ini. Berusaha menyelamatkan diri dengan menuruni dinding bangunan berlantai tujuh, sangat sulit dipercaya tapi faktanya adalah dia benar-benar melakukannya sekarang.

Untungnya dengan sedikit keahliannya yang suka dengan olah raga panjat tebing dia sedikit terbantu. Tapi tetap saja, ini sangat mengerikan dan dia akan melakukan apapun agar bisa keluar dari tempat itu.

"Aku harus sampai kebawah...aku harus! dia berusaha menguatkan diri agar tidak terpengaruh oleh rasa takut yang hampir membuatnya menyerah.

Dia sudah hampir sampai kebawah ketika terdengar seseorang berteriak.

"Hei kau.. cari disebelah sana, aku akan cek sebelah sini". Alesha seketika membeku, kalau sampai dia ketahuan tamatlah riwayatnya. Untungnya setelah beberapa lama, dia tidak lagi mendengar suara apa-apa lagi. Dengan hati-hati dan perlahan dia melompati kebawah akan tetapi sialnya pendaratannya tidak mulus karena kayu penyangga tiba-tiba terlepas sehingga tubuh Alesha terhuyung kesamping dan jatuh tepat di atas tumpukan drum kosong. Alhasil suara bising pun tidak bisa terelakkan.

Suara ribut dari balik dinding membuat beberap penjaga yang tengah sibuk mencari keberadaan Alesha berlari mencari sumber suara itu. Sementara itu Alesha segera berlari mencari tempat sembunyi sebelum para penjaga itu benar-benar menangkapnya.

Alesha bisa melihat dibalik celah-celah tempat persembunyiannya dua orang penjaga sibuk menyisir tempat dimana drum berserakan tadi.

"Kita harus segera menemukan gadis itu, bos benar-benar akan menghabisi kita kalau gagal kali ini. Jack, cari lagi di bagian sana". ucap laki-laki bertato dan berkepala botak. Alesha hanya bisa menutup mulutnya menahan agar suara nafasnya tidak terdengar. Jantungnya berdebar tidak karuan menahan ketegangan yang menyelimutinya. Dia tidak boleh tertangkap.

Akan tetapi belum sempat Alesha sempat bernapas lega, tiba-tiba saja tempat persembunyiannya dibongkar dari arah belakang. Sontak saja dia berbalik lalu berdiri dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Jimmy sudah menatapnya tajam. Alesha membeku seketika, cuma itu saja? semua pengorbanan menuruni dinding bangunan tujuh lantai dan hanya berakhir seperti ini? benar-benar nasib yang sial.

Tanpa berkata apa-apa Jimmy melangkah kearahnya dan menarik tangannya lalu meninggalkan tempat itu. Tapi Alesha tidak menyerah begitu saja, dia tidak rela usahanya melarikan diri hanya berakhir seperti ini. Dengan sekuat tenaga dia menghentakkan tangannya sehingga genggaman tangan Jimmy yang memang tidak begitu erat karena tidak menyangka akan mendapatkan perlawanan itu pun terlepas. Alesha tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung berlari sekuat tenaga tanpa tahu entah sampai dimana dia harus berhenti. Jimmy yang terhenyak beberapa saat akhirnya tersadar dan memerintahkan orangnya untuk segera mengejarnya.

"Alesha..Alesha, kau memang pantas menjadi pendampingku. Sikapmu ini membuktikan kalau kau memang hanya akan menjadi milikku, aku semakin tergila-gila kepadamu". Gumannya sambil tertawa menakutkan. Dia lalu duduk dengan santai di kursi yang ada ditampat itu. Jimmy tahu kalau Alesha tidak bisa lari kemana-mana karena semua akses jalan keluar sudah tertutup, sehingga sekarang dia duduk menunggu Alesha menyerah dan kembali. Dan benar saja, selang setengah jam menunggu, akhirnya Alesha pun datang dengan dikawal oleh dua orang penjaga.

Senyum Jimmy pun mengembang, dia lalu bangkit dan mendekap Alesha dengan erat tanpa menghiraukan rontaan gadis itu. Setelah puas Jimmy pun melepasnya. Alesha yang murka langsung menampar muka Jimny dengan keras.

"Kau bajingan...!! lepaskan aku, kau tidak bisa memaksaku seperti ini, sampai matipun aku tidak akan setuju menikah denganmu". ucap Alesha penuh emosi. Tapi Jimmy hanya terkekeh, dia kemudian menggenggam erat tangan Alesha lalu membawanya meninggalkan tempat itu. Alesha yang masih berusaha menolak hanya bisa meronta.

Sesampainya di kamar Alesha kembali berusaha untuk kabur tetapi kali ini reaksi Jimmy sedikit kasar dan menakutkan. "Jangan pernah mencoba untuk kabur lagi, sweet heart. Atau kau akan melihat siapa Jimmy yang sebenarnya. Akan lebih baik untukmu untuk tetap diam dan menuruti keinginanku kalau tidak ingin orang tuamu celaka". ucapnya pelan tapi dengan wajah yang buas menakutkan.

Alesha tidak pernah melihat sisi Jimmy yang seperti ini, selama dia mengenalnya Jimmy adalah pemuda yang lembut. Akan tetapi sekarang kelembutan itu bahkan tidak pernah terlihat lagi semenjak dia mengetahui kalau ternyata Jimmy menipunya.

Alesha hanya menelan ludahnya, dia sangat ketakutan dengan sikap Jimmy yang tiba-tiba berubah 180 derajat. Ditambah lagi dia berani mengancamnya dengan menggunakan orang tuanya. Alesha benar-benar tidak menyangka, air matanya pun akhirnya jatuh membasahi pipinya yang merona. Melihat hal itu sorot mata Jimmy melunak, dia lalu pergi meninggalkan Alesha yang mulai menangis tersedu.

Sementara itu

George kini sudah berada di depan pintu mansion orang tua Alesha, setelah memencet bel terlihat pintu perlahan terbuka dan muncullah wanita muda berseragam pelayan. George tersenyum sebelum menyapanya dan menanyakan apakah tuan rumah ada di rumah atau tidak. Pelayan itu terdiam untuk beberapa saat karena mengagumi sosok bule tampan yang ada didepannya. Dia merasa familiar dengan bule ini, tapi siapa dia.

"Permisi, apa tuan rumah ada?" untuk kedua kalinya George bertanya sambil melambaikan tangannya di depan wajah pelayan itu kerena rupanya pelayan itu tidak menunjukkan reaksi dengan pertanyaannya. seketika pelayan itu terkaget dan meminta maaf. Akan tetapi sebelum pelayan itu menjawab pertanyaan George, muncul lagi seorang wanita paruh baya cantik. Raut wajahnya yang begitu mirip dengan Alesha membuat George yakin kalau dia pasti ibunya Alesha.

"Siapa yang datang Lis..." tapi ucapannya tertahan ketika melihat pria bule tersenyum ramah kepadanya.

"Selamat siang bu..." Sapaan George membuat senyum wanita itu berkembang, tapi sesaat kemudian dia seperti menyadari sesuatu. Matanya terbelalak. "Oh Tuhan, apakah anda pangeran inggris itu? pa..pangeran George Alexander louis..!?" ucapnya dengan antusias. Dia mencubit lengannya sendiri untuk memastikan apa yang dilihatnya benar-benar nyata. Dia bahkan menyentuh lengan George karena masih tidak percaya dengan penglihatannya. Bagaimana bisa seorang pangeran inggris tiba-tiba muncul dihadapannya seperti ini.

"Benar Bu, saya George" jawab George sambil tersenyum.

"Kyaaaaa... Papa..!! cepat kesini ada tamu penting datang ke rumah kita. Ayo nak pangeran silakan masuk, selamat datang di rumah sederhana kami. Pa.. ayo cepatan keluar". ucap ibu Alesha dengan heboh sebelum akhirnya mempersilahkan George untuk duduk. Tidak lama kemudian Ayah Alesha muncul dan seperti istrinya, pak irawan pun terkejut bukan main ketika melihat pria bule yang sedang duduk namun kemudian berdiri setelah melihatnya muncul untuk berjabat tangan.

"Selamat siang pak" sapa George dengan ramah, pak irawan pun membalasnya dengan ucapan yang sama sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk kembali.

Setelah berbincang-bincang ringan beberapa saat, raut wajah George berubah menjadi serius. Kedua orang tua Alesha menjadi sedikit bingung.

"Sebenarnya ada hal penting yang ingin saya sampaikan kepada bapak dan ibu" George memulai pembicaraan.

" Hal apakah itu pangeran" tanya ayah Alesha. George menghela napas panjang kemudian menjawab "Saya datang kesini untuk melamar Alesha".

Siguiente capítulo