Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Lenny yang sedari pagi tadi gelisah ingin mengirimkan surat pengunduran diri itu kepada divisi personalia mendadak jadi bimbang. Perasaannya campur aduk sendiri, menjadi ragu dan takut dengan keputusan besar yang akan diambil. Oleh karena itu, dia mengurungkan niat mengirim suratnya pagi tadi, menjadi setelah jam makan siang. Gadis itu akan kembali memikirkan keputusannya didetik-detik terakhir ini.
Dia yakin, semua haters nya pasti akan berbahagia bila kabar pengunduran dirinya nanti tersebar. Bisa jadi mereka malah mengadakan pesta besar-besaran karena si pecundang bernama Lenny tersingkir dengan sendirinya, dengan semudah itu. Itulah yang menjadi bahan pertimbangannya, Lenny tidak ingin di cap sebagai pecundang. Omongan Eriska waktu itu ada benarnya juga, sebagai selebgram tentu dia tidak boleh punya mental seperti kerupuk yang kena angin. Gampang melempem. Karena dalam hidup ini pasti akan selalu ada orang yang membenci kita, sekalipun kita telah berbuat baik.
Lenny jadi serba salah sekarang. Gadis itu bangkit dari kursi kerjanya, pergi dengan wajah lesu. Dia ingin makan siang di caffe seberang kantor saja siang ini agar tidak banyak karyawan lain yang melihatnya.
Disebelahnya, Eriska diam-diam memperhatikan sahabatnya itu dengan pandangan prihatin. Eriska sebenarnya ingin sekali memeluk sahabatnya itu dan menghibur, tapi sepertinya Lenny masih marah padanya akibat kejadian kemarin. Selama dua tahun mengenal Lenny, baru kali ini mereka bertengkar. Jadilah Eriska mengurungkan niatnya menegur Lenny. Mungkin sahabatnya memang butuh waktu untuk sendiri, pikirnya.
Lenny berjalan gontai menuruni tangga kantor, melewati lorong, hingga sampai ke lobby bawah. Satpam yang setiap hari menyapanya pun terbaikan. Pikiran cewek itu memang sedang kemana-mana sekarang, jadi dia tidak fokus.
Dia terus saja berjalan ke luar gedung menuju jalan raya dan hendak menyebrang. Tapi karena Lenny tidak fokus, hampir saja dia akan terserempet sepeda motor begitu tiba-tiba tangan seseorang menariknya ke dalam pelukan, persis seperti adegan di sinetron.
"Aw!" Pekik Lenny.
Sesaat mereka berdua saling bertatapan.
"Are you okay?" tanya orang itu dengan mimik wajah serius. Lenny terkesima. Ganteng banget nih orang.
"Pak David?"
Surprise banget ketemu David dua kali secara nggak sengaja. Padahal kan domisili cowok itu jauh di Bali.
"Oh please..." David segera melepaskan pelukannya. Wajahnya memerah sekarang, "Can you call me 'David' aja without 'Pak'? soalnya gue ngerasa mendadak tua."
"Oke, David." Lenny tersenyum, "Thanks lo udah nyelamatin gue barusan. Gue bener-bener gak ngeliat ada motor"
"Well, you're welcome.."David ikut tersenyum, "By the way, lo mau kemana?"
Lenny menunjuk sebuah caffe yang cukup ramai diseberang jalan, "Mau ikut?" ajaknya.
"Dengan senang hati!"
Mereka berdua berjalan bersama menyebrangi jalan raya yang cukup ramai di siang hari. Memutuskan makan siang bersama di caffe itu.
***
"Elo lagi di Jakarta nih sekarang?" tanya Lenny setelah mereka berdua menyelesaikan makan siang. Di depannya, David mengangguk-angguk.
"Ya, buat kerjaan. Gue juga ketemu Reyhan sebentar tadi, nanti malem kita bakalan flight bareng ke Bali. Dia mau survei untuk proyek disana." Jelasnya panjang lebar tanpa diminta.
"Berapa hari dia ke Bali?" tanya Lenny tanpa minat. Dia masih meneruskan kunyahannya.
David mengangkat bahu, "I don't know, maybe satu atau dua harianlah. Lo tau kan Reyhan itu workaholic, dia pasti gak akan ke Bali sambil liburan, cuma buat kerja aja. Jadi gak akan lama."
Lenny tersenyum kecut. Dalem hati sih dia bodo amat, kagak ada untungnya juga tau jadwal kehidupan Reyhan. Malahan dia pengen Reyhan kalau bisa gak balik lagi, pergi buat selama-lamanya. Ke kutub kek, ke laut kek, ke gunung, atau kemana aja asalkan dia enyah dari pandangan.
"Gue perhatiin dari tadi, lo itu melamun terus.. Bahkan sampai mau ketabrak motor loh! Ada apa sih?" David menatap dengan tatapan menyelidik. Gadis dihadapannya tergagap.
"Eng.. anu.. enggak, gue tuh... cuma... cuma.. gak papa, perasaan lo doang mungkin!"
"Serius?"
Buru-buru Lenny mengacungkan dua jari tanda peace.
"Suer! Gue gapapa!"
"Tapi gue gak percaya..." David tertawa. "Kalo lo lagi ada masalah, feel free buat sharing sama gue. Siapa tau gue bisa bantu, atau setidaknya beban lo akan berkurang sedikit karena udah berbagi sama gue." Dia mencoba meyakinkan. Tatapan David itu sangat hangat seperti layaknya seorang teman.
"Enggak kok, beneran!"
Lenny masih mengelak. Dia memang bukan tipikal orang yang suka berbagi cerita dengan orang lain, apalagi orang yang baru dikenal. Selama ini dia hanya akan bercerita kepada Eriska saja, itu juga cuma sebagian. Yang lainnya, dia lebih suka memendamnya sendiri. Lagi pula David ini kan sahabatnya Reyhan, mana mungkin dia akan menceritakan kejadian nikah kaget dan segala bullying yang dia terima gegara sohibnya itu. Dia harus antisipasi siapa tau David ini bakalan 'bocor' ke Reyhan. Malah bikin masalah baru aja.
"Oke kalo gitu gue gak akan maksa.." David menatap Lenny lekat-lekat. "Tapi gue harap, mulai sekarang lo jangan anggap gue kayak orang lain, anggap gue sahabat lo!"
"m-maksud lo?" Lenny tidak mengerti.
"Maksudnyaaaa..." Cowok itu membenarkan posisi duduknya. Sekarang dia mencondongkan tubuhnya kedepan, lebih dekat ke Lenny, "Gue pengen jadi sahabat lo, kita bersahabat!"
Lenny ternganga. Gila apa, gue di ajak sahabatan sama David?
David Tama Pilar, seorang pebisnis muda yang juga udah tajir mlintir dari lahir. Sekarang dia menjabat sebagai manager operasional Pilar Corp, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa konstruksi yang berkantor di Bali. Sama seperti Reyhan, David ini digadang-gadang akan mewarisi tahta Pilar Corp. Sekarang yang berkuasa masih bapaknya, tapi sebentar lagi bapaknya akan pensiun dan digantikan dia. Info ini tentu sudah menjadi berita umum yang wara wiri dikalangan para pebisnis. Dan Lenny udah tau soal itu sejak pertemuannya pertama dengan David waktu itu, pertemuan di jam makan siang dengan Reyhan yang tanpa sengaja. Berbekal dari situlah dia yang agak kepo browsing sedikit, soalnya David ini ramah banget. Beda jauh sama Reyhan yang songong.
"Sori, gue gak salah denger?"
"Tentu aja enggak lah.. Kenapa? Apa gue gak pantes bersahabat sama orang secantik elo?"
"Bukan gitu.." Lenny jadi ngerasa gak enak, "Gue yang ngerasa gak pantes bersahabat sama orang terpandang kayak lo, gue minder."
David tertawa lagi. Kayaknya cowok ini emang hobi ketawa.
"Lo jangan ngerendah terus dong, nanti bisa direndahin orang. Justru gue bangga banget kalo bisa lebih deket sama elo. Elo itu cerminan wanita masa kini banget."
David blak-blakan mengungkapkan kekagumannya pada Lenny. Usut punya usut, dia emang udah lama jadi followers Lenny di Instagram. Dan dari dulu, dia selalu mengangumi cewek itu diam-diam. Menurutnya, Lenny adalah refleksi dari wanita ideal : tinggi semampai, rambut lurus sebahu, cantik, kulitnya bening, muda, berbakat. Dan poin plusnya baru dia ketahui beberapa hari lalu, cewek itu juga tipikal wanita pekerja keras dan pintar. Jelas saja dia pintar karena untuk menembus masuk Deandra group itu melalui proses seleksi yang ketat dan sangat panjang. Dia juga baru tau kalau gadis itu akan dapat promosi kenaikan jabatan. Duh, David jadi semakin kesengsem.
"Wanita masa kini?" Lenny terkekeh. "Bisaan aja nih elo ngehibur gue."
"Nah gitu dong ketawa.." David ikutan ketawa. Bahagia banget bisa ngelihat senyum di wajah ayu itu. "Kalo gitu deal kita sahabatan?" cowok itu mengacungkan jari kelingkingnya. Dengan senang, tentu saja Lenny menyambutnya. Meskipun dia belum bisa menerima 'sahabat' seutuhnya layaknya hubungan sahabat dengan Eriska. Dia tetep harus waspada nih!
"Sahabat!"
"Oke karena kita udah resmi sahabatan, gue mau nanya hal penting!"
"Apaan tuh?"
"Kenapa laman Instagram lo diserang banyak haters?"
Mendadak raut wajah Lenny jadi bersedih. Dia teringat lagi pada kasus bullying yang menimpanya. Kasus yang membuat hidupnya kacau sekarang, bahkan membuatnya ingin resign.
Apa? Resign?
Bahkan gadis itu hampir lupa untuk menyerahkan surat pengunduruan dirinya ke divisi personalia!
"Em itu.. biasalah namanya selebgram pasti ada aja yang gak suka!" jawabnya diplomatis. Lenny buru-buru melirik arloji ditangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul 13.00, jam kerja akan dimulai lagi. Dia harus bergegas.
"You're right, tapi gue bisa bantu sih kalo elo gak keberatan.."
"Caranya?"
"Jadi waktu kuliah dulu, gue punya temen yang jago banget sama IT.. Nah, gue bisa minta tolong dia buat ngapusin akun-akun bodong itu. Gimana menurut lo?"
Cewek itu berpikir sejenak.
Bagus juga nih idenya David. Dengan begitu setidaknya beban dia jadi agak berkurang. Ini baru namanya Laki, melindungi dan penuh inisatif. Gak kayak si Reyhan.
"Oke gue setuju!" Dia mengacungkan jempolnya, "By the way gue harus cabut duluan nih, bentar lagi masuk. Gak papa kan?"
"It's okay, santai aja gue ngerti. See you soon ya!"
"Oke, See you! Take care ya ke Balinya. Have a safe flight!"
***
"Udah kamu kerjain yang saya suruh?" Tanya Reyhan dingin. Cowok macho itu memasang arloji mewah favoritnya yang tadi di rumah tidak sempat dia pasang.
Di sebelah sang driver, Bambang menoleh ke belakang, menjawab pertanyaan si boss.
"Sudah boss, semua yang boss minta tadi malam sudah lengkap!"
"Kalo gitu kamu kirim sekarang ke saya lewat whatsapp, biar bisa saya baca"
"Siap boss!"
Bambang yang super cekatan dan multifungsi langsung mengirim semua yang di minta bossnya. Dalam hal apapun lelaki bertubuh kekar ini memang selalu bisa diandalkan. Termasuk mencari informasi penting kayak sekarang ini.
Sementara di kursi belakang, Reyhan mengatur posisi duduknya agar lebih santai. Dia ingin memanfaatkan waktu dalam perjalanan menuju bandara ini menjadi waktu yang berfaedah bagi hidupnya. Sampai di Bali nanti, tentu dia akan dipusingkan dengan urusan pekerjaan disana. Sementara di lain sisi, dia secepat mungkin harus menyusun strategi demi mewujudkan ambisi dadakan.
Reyhan yang telah menerima soft file yang diinginkan via whatsapp, segera membaca informasi didalamnya dengan saksama dan konsentrasi tinggi. Matanya melirik ke kanan kiri ponsel dengan cepat. Ya, dia memang terlatih membaca cepat sejak kecil. Apalagi untuk hal urgent, cowok itu bahkan bisa mencerna informasi yang dianggap penting bahkan dalam hitungan detik saja!
Dan kini, dalam hati Ia bersorak senang. Ternyata untuk menghancurkan musuh tidak sesulit yang di bayangkan. Informasi ini saja sudah lebih dari cukup untuk menentukan langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya. Setelah ini, tentu Bambang harus diberikan bonus yang besar karena bisa menuntaskan pekerjaan ini dengan cepat dan tepat.
Dia harus menang. Ya, tidak akan dibiarkan gadis itu membuatnya terlihat seperti pecundang. Apapun caranya, Reyhan akan membuat perhitungan keras atas penolakan mentah-mentah dan pelecehan yang telah diterima. Ambisinya saat ini sudah memuncak, menguasai kepala dan seluruh relung hatinya. Dia hanya perlu sedikit terlihat manis sampai waktu beberapa hari dan tentu sedikit bersabar. Karena ada pepatah bilang 'orang sabar adalah orang yang menang'. Tidak apa saat ini dia mengalah dulu, tapi lihat saja nanti. Kejutan yang akan diberikan ini tentu akan membuat gadis itu bertekuk lutut dihadapannya.
Reyhan menyeringai lebar. Akhirnya satu langkah ini akan semakin mendekatkannya pada pintu kemenangan. Dia sangat yakin akan menang!
"Bambang, saya mau kamu pesan tiket pesawat pulang ke Jakarta besok sore atau malam, terus kita akan lanjut penerbangan ke Jambi."
"Baik boss!" Ucap Bambang. Langsung saja ajudan itu memesan tiketnya saat ini juga. Bahkan mereka saja belum berangkat ke Bali, benar-benar the power of tajir!
***
"Jadi itu pak skhedule bapak besok. Terus untuk hari berikutnya..."
"Kamu kosongin!" Potong Reyhan. Padahal belum selesai Fio menjelaskan jadwalnya selama di Bali. "Saya mau off tiga hari, pengen liburan. Tapi kamu jangan bilang sama siapapun terutama mama saya"
"Tapi lusa bapak ada jadwal pertemuan dengan klient penting dari Singapore, pak."
"Kamu reschedule dong, gitu aja ribet.." cibir Reyhan, "Itulah gunanya saya bayar kamu jadi sekertaris saya, fungsinya ya buat itu!"
Diomong begitu wajah Fio jadi merah padam. Dia memang sudah agak lama bekerja menjadi sekertaris Reyhan, kena omel juga memang sudah biasa. Makanan sehari-hari. Tapi baru kali ini dilakukan di depan Bambang, bikin malu saja!
"Baik pak, berati kegiatan kunjungan kerja kita hanya satu hari di Bali?"
Reyhan manggut-manggut, "Karena rencana awalnya kita akan di Bali selama dua hari, jadi di hari kedua kamu boleh jalan-jalan sesuka kamu.. Baru kembali ke Jakarta."
Mendadak raut wajah muramnya berubah menjadi senang. Ini baru namanya jackpot, gak papa deh barusan kena omel.
"Baik pak, terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu."
Fio segera balik badan, keluar meninggalkan kamar tempat Reyhan bermalam. Ya, sekarang mereka sudah berada di pulau dewata dan Reyhan memilih menginap di hotel bintang lima ketimbang menerima tawaran David untuk menginap di rumahnya. Bukannya apa, jika menginap disana pasti mereka akan ngobrol semalaman ngalor ngidul muter-muter. Dan kegiatan itu sedang tidak dia inginkan sekarang. Reyhan butuh waktu untuk memantapkan strategi nya dalam berperang melawan Lenny. Pokoknya, cewek itu akan ditakhlukkan dengan cara apapun.
"Bambang, kamu sekarang boleh istirahat. Silahkan!"
"Baik boss!"
Bambang segera meninggalkan room Reyhan. Kini cowok itu sendirian di dalam kamarnya. Dia merebahkan diri di bed king size itu. Perlahan matanya mulai terpejam.
Namun baru beberapa detik matanya terpejam, mendadak suara handphone nya berbunyi. Dari layarnya muncul nama pak Anwar, divisi personalia.
"Selamat malam pak Anwar, bagaimana? Apa dia sudah mengirimkan surat itu? Oh... baru tadi siang. Baik, kalau begitu silahkan tahan dulu... Jelaskan sama dia bahwa surat itu baru bisa diproses setelah ada persetujuan dari saya... Yaaa, buat aja alasan yang agak logis. Oke baik terimakasih".
Klik. Telepon dimatikan.
Pupil mata Reyhan membesar ssekarang.
Ternyata prediksi dia tidak meleset. Gadis itu...benar-benar cari masalah!
***