webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [14]

_______________

Restaurant Echoes.

Seorang pria bertubuh tinggi dan atletis baru saja keluar dari dalam mobil Lamborghini Veneno Roadster warna silver miliknya. Kehadiran nya di tengah-tengah warga yang tadinya tengah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing mulai mengusik warga disana dan bahkan mulai terjadi sedikit kehebohan disana. Sosoknya yang penuh kharisma serta parasnya yang tak perlu diragukan lagi kadar ketampanannya membuat kehebohan terjadi dimana-mana.

Kemeja warna biru serta coat hitam yang melekat di tubuhnya membuat aura nya semakin menguar dari tubuhnya. Walaupun Axton berusaha menutupinya dengan kaca mata hitam dan berusaha berpenampilan sederhana tapi pesona nya yang luar biasa itu tak akan bisa dia tutupi dengan cara apapun. Sekeras apapun dia mencoba. Orang-orang akan tetap melihat nya sebagai seorang pria sempurna dengan wajah yang tampan. Dan jangan lupakan fakta bahwa kata hot selalu melekat padanya. Itu kata pertama yang pertama kali orang ucapkan saat mendengar nama Axton Mckenzie.

"Kau datang tepat waktu." Ucap Aiden setelah melihat Axton yang kini tengah mengambil posisi untuk duduk.

Dan beberapa pelayan langsung datang menuangkan wine ke masing-masing gelas yang sudah terletak di hadapan mereka dan dua piring makanan pembuka.

"As you know. I'm always on time." Balas Axton santai lalu menyesap wine miliknya sesaat setelah dituangkan.

"I know. Sejak saat itu kau jadi sosok yang berbeda dude." Ucap Aiden sebelum menyesap wine miliknya juga.

"Kau tau kalau kebiasaan buruk bisa membuat aku kehilangan sesuatu yang berharga dan aku tidak ingin itu terulang lagi." Ucap Axton dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seperti sedang menerawang sesuatu yang telah lama hilang tapi tetap ia ingat sampai sekarang. Sesuatu yang sangat berharga untuk hidupnya namun kini telah hilang.

"Apa kau tidak ingin mencoba mencari keberadaannya? Kau kan CEO perusahaan IT terbesar di New York city, man!." Ucap Aiden sambil ber-ckck ria seraya menatap Axton dengan tatapan aneh.

Aiden tidak habis pikir kalau Axton sangat bodoh dalam hal ini padahal dia dapat dengan sangat mudah menemukan wanita itu dalam hitungan detik tapi kenapa laki-laki tua ini malah tak melakukan tindakan apapun dan malah memilih terlarut dalam kesedihannya seperti ini.

" I do." Jawab Axton lemah dan putus asa.

"Terus apa masalahnya, Ax? Kau hanya harus menemuinya!. Be gentle dude!." Ucap Aiden gemas.

Axton mengusap wajah nya kasar lalu menghembuskan napasnya gusar. Nampak sekali di wajahnya kalau dia lelah dengan semua hal.

"Tidak semudah yang kau pikirkan, bro." Ucap Axton dengan geram.

"Terus apa masalahnya?." Tanya Aiden seraya menaikkan kedua alisnya keatas lalu kembali menyesap wine nya.

"Aku sudah terlalu menyakitinya dan mommy selalu melarang aku untuk menemuinya karena aku hanya bisa membuat Sarah sedih. Aku harus apa? Aku ingin menemuinya. Sangat ingin. I really miss her like crazy people. Tapi aku tak berdaya." Ucap Axton dengan nada putus asa.

Aiden melipat kedua tangannya di depan dada lalu menatap Axton yang nampak frustasi. Dia merasa kasihan pada sahabatnya namun dia juga tidak bisa membantu apa-apa. Karena nasib mereka hampir serupa.

"Kau tahu kenapa mommy Hana melarangmu menemui Sarah?. Dia ingin melihat seberapa keras kau berusaha untuk mendapatkan Sarah kembali dan seberapa keras perjuanganmu untuk meyakinkan Sarah kalau kau bukan lah Axton yang dulu. Just it." Ucap Aiden santai setelah melihat kekacauan sahabatnya Axton.

Axton menatap Aiden dengan tatapan terkejutnya. Dia tidak menyangka kalau dia sangat bodoh dalam mengartikan maksud mommy nya selama ini. Benar yang Aiden katakan. Axton hanya memikirkan kesalahannya tanpa mau memperbaikinya. Dia berkali-kali menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan selalu larut dalam penyesalannya. I'm so stupid. Bayangkan saja sudah 3 tahun dia menghabiskan waktu dengan sia-sia tanpa pernah berpikir untuk memperjuangkan kembali apa yang hilang dari hati nya.

"Thank's man. Aku akan berjuang sampai tetes darah penghabisan. Aku akan mendapatkannya kembali." Ucap Axton senang dengan mata yang berbinar serta sebuah senyuman hangat yang sudah lama tidak ia tunjukan.

Terkadang seorang manusia dengan IQ sangat tinggi seperti Axton bisa menjadi bodoh hanya karena cinta. Cinta memang sangat misterius dan berbahaya.

"Hey, aku sudah lama tak melihat ekspresi itu." Goda Aiden dengan usil.

"Mulai sekarang kau akan terus melihatnya." Jawab Axton dan dibalas dengan kekehan geli Aiden.

"So, bagaimana hubungan kau dengan chef Lova?." Tanya Axton penuh selidik dan kekehan Aiden langsung terhenti.

"Aku hanya ingin bermain-main dengannya." Jawab Aiden santai lalu kembali menyesap wine miliknya.

Axton menaikkan salah satu alisnya keatas. Dia nampak tidak terkejut lagi dengan kelakuan sahabatnya itu. Semenjak pria itu kehilangan teman masa kecilnya. Kelakuan Aiden semakin parah pada wanita dan setiap kali pria itu merasa sedih atau rindu pada teman masa kecilnya. Dia hanya akan menghabiskan semua waktunya didalam ruangan lukisnya dan melukis seperti orang gila.

"Aku bertaruh kau akan menyesali perbuatan mu sekarang." Ucap Axton lalu terkekeh geli.

Aiden langsung menggelengkan kepalanya mantap."Tidak akan. Sampai dia jatuh cinta padaku maka saat itu juga permainan akan selesai dan aku akan pergi dari hidupnya." Jawab Aiden cepat.

Axton menyeringai. "Aku tak akan memberimu wejangan orang tua disini tapi satu hal yang pasti berdasarkan pengalamanku." Kata Axton sambil menatap Aiden yang kini menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Pada akhirnya kalian akan saling jatuh cinta. Bukan hanya Lova tapi kau juga akan jatuh cinta padanya." Kata Axton mantap dan yakin.

Aiden mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Axton dengan tatapan geli. "Aku?? Tidak mungkin." Ucap Aiden lalu terkekeh.

"Saat dia benar-benar pergi darimu. Kau baru akan sadar dan menyesalinya. Saat kau sudah tersadar kau akan ingat bahwa kesempatan itu mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya." Kata Axton dengan tatapan lurus dan menerawang.

Aiden terdiam. Memikirkan semua kata-kata yang barusan Axton katakan. Membayangkan bahwa Lova benar-benar meninggalkan nya saja sudah membuat nya resah apalagi kalau itu benar-benar terjadi. Kalau sampai itu terjadi Aiden tak akan membiarkan nya. Kemanapun wanita itu pergi Aiden akan selalu menarik Lova kembali padanya.

"Kalau dia pergi, akan kucari sampai kemanapun. Dan aku pastikan aku akan selalu menemukan nya." Gumam Aiden pelan namun cukup jelas untuk didengar Axton.

Axton menyeringai senang. Perubahan pada sahabat brengsek nya ini sebentar lagi akan terjadi. Berarti tugas nya hanya tinggal meluruskan Aaron dan Ansel. Axton tidak ingin kisah cinta yang pahit miliknya terjadi pada para sahabatnya. Sudah cukup dirinya yang seperti ini jangan para sahabatnya. Yaa walaupun mereka brengsek dan pantas mendapatkan pelajaran seperti itu tapi percayalah ada alasan menyedihkan kenapa mereka jadi seperti itu dan sebenarnya sikap brengsek itu hanya untuk menutupi kesedihan mereka. Mereka juga hanya manusia biasa yang penuh kelemahan.

"Dimana Aaron dan Ansel?." Tanya Axton tiba-tiba.

"Aaron lagi mengawasi audisi agensi nya di Manhattan sedangkan Ansel lagi melakukan perjalanan bisnis menggantikan ayah nya. Besok mereka akan kembali dan kita akan kumpul di tempat biasa." Jawab Aiden sesaat sebelum menyesap kembali wine nya.

Axton hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu tanpa sengaja melihat sebuah ponsel yang nampak asing baginya. Dia menatap Aiden dengan tatapan misterius lalu kembali tersenyum.

"Aku baru pertama kali melihat ponsel itu." Ucap Axton sembari menunjuk sebuah ponsel yang terletak diatas ponsel Aiden.

Aiden mengikuti arah jari telunjuk Axton yang mengarah pada ponsel milik Lova. "Ini ponsel Lova." Ucap Aiden santai.

Axton menaikkan kedua alisnya keatas. "Kenapa bisa kau yang pegang?." Tanya Axton.

"Dia tidak sengaja meninggalkan nya di kantor dan anehnya ini sudah 12 hari sejak saat itu tapi dia tak pernah mencari ponsel nya ini." Ucap Aiden dengan nada tak percaya.

Axton mengangkat kedua bahunya. "Mungkin dia punya banyak ponsel?." Tanya Axton asal.

Aiden menggelengkan kepalanya cepat lalu menatap jam tangan miliknya yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya. "Tidak mungkin." Jawab Aiden.

"Shit!. Sekarang sudah jam makan siang aku harus kembali ke kantor, dude." Ucap Aiden gelisah dan otomatis tubuhnya langsung berdiri dari kursi.

"Ada apa?." Tanya Axton dengan wajah penuh tanya.

"Lunch." Jawab Aiden singkat.

Axton membuka mulutnya tak percaya. "Lunch disini kan bisa." Kata Axton heran dengan sikap aneh Aiden.

Sejak kapan pria ini memikirkan jam makan siang nya. Yang ada malah pria di depan Axton ini selalu melewatkan jam makan siang yang katanya menyita waktu bekerja nya. Aneh bukan. Tapi itulah Aiden. Dengan semua keajaiban nya.

"Tidak bisa. Aku cuman bisa makan di kantor." makan masakan Lova i mean. Batin Aiden.

Axton mengerutkan dahinya bingung lalu mengangkat bahunya acuh. "Oke, up to you." Ucap Axton sembari berdiri memberi salam perpisahan pada Aiden yang masih gelisah.

"Oke see you when i want to see you." Kata Aiden lalu pergi meninggalkan Axton yang baru ingin menjawab perkataannya.

Axton menggelengkan kepalanya sambil terus menatap punggung Aiden yang semakin menjauh

"Those bastard will regret it." Ucap Axton.

_____________

To be continuous

Siguiente capítulo