webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [38]

Selamat idul adha untuk semua moeslim yang merayakannya.

Peringatan untuk semua jomblo di muka bumi ini untuk menguatkan hati saat membaca bagian ini

Karena mengandung perasaan kuat ingin memiliki memiliki pasangan, iri pada yang memiliki pasangan dan iri ingin melakukannya juga hahaha.

Jangan lupa seperti biasa vote,share,coment dan dukung terus cerita ini.

See you.

Happy reading!

__________

"Tepat lima menit." Ucap Aiden sambil memperhatikan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya lalu menatap Lova dengan tatapan tajam.

Lova yang baru saja memasuki ruang kerja Aiden hanya bisa menghela napasnya melihat tingkah pria itu. Ingin marah tapi tidak bisa. Ingin berteriak tapi sadar diri. Yang bisa ia lakukan hanyalah bersabar dan bersabar.

"Mendekat." Perintah Aiden.

Here we go again. Aiden mode Bossy telah muncul. Entah apa lagi yang membuat mood pria itu menjadi buruk sekarang. Tapi kalau diingat-ingat hari-hari pria itu selalu diisi dengan amarah dan perintah jadi hal seperti ini sudah tidak asing lagi untuk orang-orang yang mengenalnya. Apa karena sifat bossy nya itu yang sudah mendarah daging? Entahlah.

Lova menatap Aiden dengan tatapan bertanya. Untuk apa dia mendekat kepada pria itu disaat mood pria itu sedang buruk?. Hell no!. Itu sama saja seperti menggali kuburan nya sendiri. Entah apa yang akan terjadi jika dia menuruti perintah pria itu. Sudah bisa dipastikan akan terjadi hal yang buruk.

"Lova." Panggil Aiden dengan penuh penekanan.

"I-Iya?." Jawab Lova penuh keraguan.

"Apa aku harus mengulanginya dua kali?."

Lova menggigit bibir bawahnya sambil menatap Aiden yang juga tengah menatapnya dengan tajam. Aiden benar-benar sangat marah sekarang dan dia takut kalau kemarahan pria itu berada di batas maksimal oleh karena itu dia memutuskan untuk berjalan mendekat ke tempat Aiden berada. Pria itu kini tengah duduk di kursi kerja besar dibalik sebuah meja yang tak kalah besar.

Perlahan namun pasti, Lova telah berada di depan meja dan saling berhadapan dengan Aiden yang menatapnya dengan tatapan tak sabaran.

Pria itu memberi kode pada Lova bahwa wanita itu harus memutari meja kerja nya dan berdiri tepat disamping nya. Lova menatap pria itu dengan tatapan cemas. Karena berdasarkan pengalaman nya hal seperti ini tidak akan membawa dampak baik untuknya.

"A-Aku disini saja."

"Dalam hitungan ketiga kau tidak mendekat maka aku akan menyeretmu secara paksa." Ucap Aiden geram.

Lova membuka kedua matanya lebar-lebar. Seketika dia mulai merasa panik. Otak nya mendadak tak bisa berpikir dengan jernih dan benar. Bagaimana jika pria itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan?. Aiden kan selalu melakukan apa yang dia katakan tanpa memikirkan nya dua kali. Kalau dia bilang dia akan melakukan nya maka pria itu akan benar-benar melakukannya. Oh tidak jangan lagi.

"1."

Lova bergegas mendekat kearah Aiden dan pria itu tersenyum senang saat Lova sudah berdiri tepat di sampingnya. Dengan gerakan cepat Aiden menarik pinggang Lova keatas pangkuan nya. Kedua tangan pria itu langsung mengunci pinggang Lova dengan erat. Lova yang terkejut hanya bisa menjerit tertahan karena perlawanan tidak akan bisa berhasil untuk pria yang tengah memangkunya.

"A-Apa yang kamu lakukan?!." Tanya Lova panik saat Aiden mendekatkan wajahnya ke dada Lova lalu menenggelamkan seluruh wajahnya.

"Kau bisa melihatnya sendiri." Ucap Aiden sambil menghirup aroma khas tubuh Lova.

"H-Hentikan." Ucap Lova tidak nyaman sambil mencoba menjauhkan wajah Aiden.

"Katakan padaku kau tadi kemana." Ucap Aiden yang sudah menarik kembali kepala nya ke belakang sambil menatap Lova dengan intens.

"Bukannya para anak buah mu sudah melaporkan semua nya secara detail?." Ucap Lova dengan nada sedikit mengejek.

"Aku mau dengar langsung dari sumber nya langsung."

"Aku hanya ke taman yang tak jauh dari sini." Ucap Lova jujur.

"Kau melihat apa disana?." Tanya Aiden penasaran.

"Semua hal yang berada disana sama seperti taman lainnya. Aku rasa aku tak perlu menjelaskannya."

"Apa ada yang ingin kau jelaskan padaku?." Tanya Aiden menyelidik.

Lova menatap Aiden dengan tatapan bingung. Dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Aiden. Menjelaskan apa?. Apa dia melakukan kesalahan tadi?. Apa maksudnya?. Lova benar-benar tidak tau.

"Aku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan." Jawab Lova yakin.

"Bagaimana dengan coklat ini?." Tanya Aiden sambil memegang sebatang coklat yang entah sejak kapan sudah berada di tangan pria itu.

"Kenapa bisa ada di tanganmu?!." Tanya Lova kembali pada Aiden.

"Aku perlu jawaban bukan pertanyaan, Lova." Ucap Aiden kesal.

"Aku juga perlu jawaban darimu." Ucap Lova yang sukses membuat Aiden bertambah kesal.

"Dari siapa coklat ini berasal?!." Tanya Aiden penuh penekanan.

"Sampai hal itu juga dilaporkan." Gumam Lova yang kini mengerti kenapa Aiden bisa mengetahuinya.

"Jawab aku Lova!." Ucap Aiden dengan nada tinggi.

Lova terkejut karena Aiden mencengkram kuat kedua lengannya. Wanita itu menatap Aiden dengan tatapan takut. Mulutnya sedikit bergetar karena dia bimbang ingin menjawab atau tidak. Raut wajah Aiden yang menegang semakin membuat Lova semakin merasa takut.

"Kau tidak mau jawab? Baiklah akan aku cari siapa bajingan itu!." Ucap Aiden penuh kemarahan.

Lova dengan cepat menangkup wajah Aiden dengan kedua tangan nya. Dia takut Aiden akan melakukan hal yang buruk pada orang lain yang bahkan tidak ia kenal. Sebenarnya Lova bingung ingin menjelaskan apa pada laki-laki itu. Pria bernama Rain yang ia temui di taman tadi benar-benar orang asing yang tidak ia kenal sebelumnya. Jadi sebenarnya dia harus berkata apa pada Aiden?.

"Aiden dengarkan aku." Ucap Lova panik.

"Aku tidak mau dengar pembelaan mu untuk bajingan itu."

"Dengarkan aku. Aku bahkan tidak mengenal nya, Aiden. Dia hanya memberiku coklat sebagai rasa terima kasih nya karena aku membiarkan dia menyimpan fotoku."

"Menyimpan fotomu?." Tanya Aiden penuh penekanan.

"Tadinya dia memotretku diam-diam tapi akhirnya dia memberitahu ku kalau dia memotretku dengan sopan dan minta maaf juga."

"Dan kau biarkan saja?." Tanya Aiden tak percaya pada kepolosan Lova yang bisa-bisanya tidak menaruh curiga pada orang asing yang baru dia temui.

"Aku mungkin tidak akan bertemu lagi dengan nya karena aku tidak mengenalnya jadi aku pikir tidak ada salahnya." Ucap Lova sambil melirik kearah Aiden takut.

Aiden meremas coklat yang berada di tangan nya lalu melemparkan benda itu kedalam kotak sampah dengan marah. Ini lah yang membuatnya takut kalau Lova pergi tanpa pengawasan darinya karena wanita itu seperti magnet. Daya tarik nya sangat kuat. Siapapun yang melihatnya akan tertarik mendekatinya lalu jatuh kedalam pesona wanita itu. Dan ketakutan Aiden itu terjadi hari ini dan dia tidak bisa membiarkan itu terjadi lagi. Tidak akan pernah.

Aiden menghela napasnya kasar. Ingin sekali dia memaki dan memarahi wanita yang ada dipangkuannya. Tapi kelak wanita itu akan menangis lagi seperti dulu dan Aiden paling tidak tahan dengan tangisan Lova yang entah kenapa itu membuat hatinya sakit. Rasanya dia telah gagal sebagai seorang pria dan suami.

"Buat aku tidak marah lagi padamu." Ucap Aiden sambil menatap Lova yang berada diatas nya.

"B-Bagaimana caranya?." Tanya Lova panik saat Aiden terus menatapnya tanpa henti.

"Pikirkan." Ucap Aiden sembari mengangkat kedua bahunya keatas.

Lova menatap Aiden yang telihat sangat tampan dengan kemeja yang dua kancing atas nya sudah terbuka. Rambutnya yang tadi pagi rapi kini terlihat sedikit berantakan tapi pria itu tetap terlihat tampan seperti biasanya. Semua yang ada pada pria itu memang membuat semua terasa tidak adil. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan pria ini dengan semua kesempurnaan yang dia miliki?.

"Aku beri waktu sampai 5 detik." Ucap Aiden tiba-tiba.

"Bagaimana bisa? Itu sangat tidak adil." Ucap Lova panik.

"5." Ucap Aiden tak peduli dengan protesan yang Lova buat.

"Aiden!." Teriak Lova kesal.

"4." Ucap Aiden

"Ya Tuhan apa yang harus aku lakuakan?!." Ucap Lova bingung.

"3." Ucap Aiden ditengah kepanikan Lova.

"Tunggu!."

"2."

Lova menggigit bibir bawahnya lalu memejamkan kedua matanya. Perlahan namun pasti dia mendekatkan wajahnya kedepan wajah Aiden dan.

"1."

Cup!

Bibir mungil Lova mendarat tepat diatas bibir tipis Milik Aiden. Kedua mata Aiden terbuka lebar karena terkejut dengan tindakan yang tiba-tiba dilakukan oleh Lova. Dia tidak menyangka wanita itu akan mencium nya duluan. Biasanya Aiden yang akan berinisiatif mencium wanita itu tapi kali ini Lova mencium nya duluan. Tapi bolehkah dia merasa senang?.

Debaran jantung milik keduanya terdengar di sela-sela kegiatan mereka. Semburat merah juga menghiasi pipi Lova yang kini telah menarik wajahnya menjauh dari Aiden.

"Apa barusan kau menciumku?." Tanya Aiden dengan nada senang.

"M-Menurutmu bagaimana?." Tanya Lova malu.

"Menurutku itu bukan ciuman."

"M-Maksudmu?." Tanya Lova bingung.

"Ciuman itu seperti ini." Ucap Aiden sambil menarik tengkuk Lova.

Dengan gerakan cepat Aiden sudah mendaratkan bibirnya keatas bibir hangat milik Lova. Dengan gerakan ringan Aiden mulai menyapu permukaan bibir Lova dan sesekali menyecap bibir pink milik wanita itu. Akibat permainan pria itu tanpa sadar Lova mulai membuka mulutnya sehingga Aiden dapat lebih leluasa menguasai permainannya. Lidah pria itu bergerak liar mengabsen setiap inchi mulut Lova. Setelah beberapa saat Lova mulai membalas permainan pria itu. Sebuah kemajuan yang pesar untuk wanita polos seperti Lova dan Aiden merasa bangga terhadap itu. Mungkin nanti dia akan mengajari hal lain yang akan membuat wanita itu lupa akan dunia. Memikirkan nya saja sudah membuat dia gerah.

Aiden melepas tautannya lalu menatap Lova yang kini tengah menghirup oksigen dengan terburu-buru. Sepertinya wanita itu menahan napasnya tadi dan sejenak lupa cara bernapas. Aiden terkekeh senang. Baginya Lova sangat menggemaskan. Aiden menjulurkan tangan kanan nya kearah wajah Lova. Jempol tangan nya mengusap bibir Lova yang terlihat basah karena ulah nya tadi lalu tersenyum puas.

"Hanya aku yang boleh menyentuh bibir ini. Ingat itu selalu"

____________

To be continuous

Siguiente capítulo