webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [30]

Kejutan! Update lagi hari ini. Pasti kalian seneng kan? Yayaya saya paham hahaha.

Oh ya! mau pamer dulu. Akhirnya novel saya punya cover hahaha. Bagus gak?.

Happy reading!.

_________

Kedua mata milik Aiden perlahan mulai terbuka lebar. Sinar matahari mulai menusuk matanya hingga membuat ia terpaksa menutup kembali matanya sejenak. Aiden memperbaiki posisi duduknya karena punggung nya mulai terasa sakit dan pegal. Dia baru menyadari kalau ternyata dia ketiduran diatas kursi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Aiden melakukan sedikit perenggangan sebelum berdiri lalu mulai melakukan rutinitas olahraga pagi nya seperti biasa sebelum mandi.

Setelah melakukan push up dan segala macam gerakan olahraga lainnya, Aiden memutuskan untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ah iya. Bukan kamarnya lagi. Tapi lebih tepatnya kamar kami. Kamar Aiden dan Lova.

Dengan sangat hati-hati Aiden membuka pintu kamarnya karena takut membangunkan Lova yang mungkin sedang tidur dan kembali menutupnya dengan hati-hati.

Kosong.

Itulah yang pertama kali Aiden lihat dari kamarnya. Tidak ada Lova diatas tempat tidur ataupun dimana pun. Ah mungkin dia di kamar mandi. Batin Aiden.

Aiden memutuskan untuk duduk diatas kasur sambil menunggu. Tapi sudah satu jam ia menunggu Lova tak kunjung juga keluar dari dalam kamar mandi.Aiden memutuskan untuk berjalan menuju kamar mandi lalu mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup.

"Lova?." Panggil Aiden.

Namun hening.

"Kau ada di dalam?." Tanya Aiden.

Tak ada jawaban.

Dia membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci.

dan lagi-lagi tidak ada Lova di dalamnya. Kamar mandi nya juga kosong. Tidak ada tanda-tanda ada Lova di dalamnya. Aiden mulai panik dan cemas karena tidak menemukan Lova dimanapun.

Aiden memeriksa walk in closet dan disana juga kosong. Tidak ada tanda-tanda juga bahwa ada Lova disana.

"Tidak mungkin." Gumam Aiden cemas.

Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Lova tidak pergi kan?. Aiden berlari keluar kamar dengan wajah panik.

Ini memang salahnya. Berkata kasar pada wanita yang telah menjadi istrinya kemaren. Tidak sewajarnya ia berkata kasar seperti itu pada Lova.

Tanpa sadar ia malah terbawa suasana tadi malam dan meninggalkan Lova sendirian di malam pertama pernikahan mereka. Tapi disisi lain Aiden tidak dapat mengatasi emosinya saat ia kembali mengingat tentang Rose. Cinta pertama dalam hidupnya.

Cinta pertama memang tidak dapat dilupakan kan?. Akan terus terkenang selamanya di dalam ingatan dan apalagi kalau cinta pertama mu sangat berkesan.

Dengan wajah cemas Aiden berlari ke lantai bawah. Dia melihat ke kanan dan ke kiri. Dapur. Benar pasti dia ada disana. Ucap nya yakin dalam hati.

Dan benar saja.

Seorang wanita dengan rambut yang tersanggul acak keatas dan apron berwarna biru muda yang melingkari tubuh kecilnya tengah mengolah makanan dengan telaten sambil bersenandung kecil.

Aiden menghembuskan napasnya lega. Ternyata Lova ada di dapur. Padahal dia sudah membayangkan hal yang tidak-tidak seperti Lova pergi meninggalkanya karena perkataannya atau pergi lalu tersasar. Atau yang lebih buruknya lagi diculik. Ah tidak mungkin. Sistem keamanan rumah ini sangat canggih. Hasil program sahabat baiknya. Axton.

Lova menolehkan kepalanya lalu menatap Aiden yang terdiam sambil menatapnya dengan tatapan khawatir?. Tak hanya itu. Keringat juga memenuhi wajah Aiden. Lova hanya menatap Aiden dengan tatapan bingung.

"Selamat pagi." Ucap Lova dengan sebuah senyuman hangat.

Aiden sedikit terkejut tapi langsung menutupinya dengan berusaha terlihat cool dan kalem. Ia tidak menyangka kalau Lova akan bersikap seolah tidak pernah terjadi hal yang tidak menyenangkan tadi malam diantara mereka berdua.

"Selamat pagi." Balas Aiden dengan nada santai.

"Ayo duduk! Aku sudah memasak sarapan untuk kita berdua." Ucap Lova sambil membawa dua piring nasi goreng seafood yang terlihat sangat lezat.

Aiden hanya berdehem singkat lalu duduk di meja makan sambil memperhatikan ketelatenan Lova menyajikan makanan diatas meja. Sesekali Aiden melirik kearah Lova yang dari tadi tidak sedikitpun melihat kearah nya. Tanpa sadar Aiden mengulum bibirnya kedalam karena bingung ingin berbicara apa. Akhirnya Ia memutuskan untuk menanyakan suatu hal yang sebenarnya sudah ia ketahui jawabannya. Bisa dibilang ini seperti basa-basi. Oh god. Sejak kapan aku suka basa-basi gini?. Batin Aiden.

"Ini.. apa namanya?." Tanya Aiden pada Lova yang baru saja duduk.

"Nasi goreng." Jawab Lova singkat.

Aiden hanya ber-oh ria sembari menganggukkan kepalanya lalu menyendok makanan nya penuh minat kemudian memasukkan nya kedalam mulut. Kedua mata nya langsung terbuka lebar karena cita rasa yang meledak di dalam mulutnya. Sangat luar biasa. Lezat.

"Sangat enak. Aku suka." Ucap Aiden singkat tapi berhasil membuat Lova tersipu malu.

"Terima kasih." Jawab Lova yang lagi-lagi memamerkan senyuman manis nya.

Aiden menatap Lova dengan tatapan yang sulit diartikan. Disisi lain dia tertegun dengan kecantikan Lova yang bertambah berkali-kali lipat saat ia tersenyum tapi disisi lain Aiden merasa terganggu dengan kedua mata Lova yang terlihat membengkak. Apa tadi malam dia nangis?.

"Maaf." Ucap Aiden tanpa sadar. Biasanya ia tidak pernah mengatakan kata itu tapi entah kenapa hatinya mengatakan kalau ia harus mengatakan nya.

Lova kembali tersenyum dan Aiden kembali tertegun untuk yang ketiga kalinya di pagi hari ini. Kenapa sih Lova tiba-tiba berubah jadi sering senyum gini?. Aku kan malah jadi kecanduan senyuman milik nya. Batin Aiden.

"Ayo kita lanjutkan sarapan kita sebelum nasi goreng nya dingin." Ucap Lova sebelum melanjutkan kembali kegiatan sarapan nya.

"Tadi malam aku.. tidak bermaksud untuk.." Ucap Aiden ragu.

"Aku mengerti." Ucap Lova dengan senyuman tulus.

Tunggu dulu.

Rasanya Aiden pernah melihat senyuman itu sebelumnya.

Aiden memperhatikan Lova dengan seksama sambil berpikir dimana ia pernah melihat senyuman itu. Siapa yang punya senyuman yang persis seperti itu. Rasanya sangat familiar dan nyaman.

"Ada apa?." Tanya Lova dengan nada gugup saat melihat Aiden menatap nya dengan intens.

"Apa kau pernah tinggal di California?. Tanya Aiden dengan penasaran.

Kedua pupil bola mata Lova membesar. "Pernah waktu aku masih kecil. Darimana kau tau aku pernah tinggal di California?."

"Hanya menebak saja." Jawab Aiden asal padahal dia berharap kalau Lova adalah teman masa kecilnya.

"Apa kau ingat punya teman masa kecil? Hmm maksudku teman bermain.. Waktu kecil? Anak laki-laki misalnya?." Tanya Aiden penuh harap.

"Hmm... Aku tidak ingat. Tapi aku rasa aku tidak punya teman waktu kecil." Jawab Lova sambil mengingat masa kecil nya yang sebenarnya tidak ingin ia ingat kembali. Terlalu suram dan mengerikan.

Aiden hanya diam dalam kecewa dan kembali melanjutkan sarapan nya. Tidak mungkin Lova adalah Rose. Ya. Itu hanya perasaan nya saja. Tidak mungkin. Dan bodoh nya aku malah menaruh harapan pada Lova. Berharap dia adalah Rose. Sangat bodoh sekali. Sadarlah Aiden. Mereka adalah orang yang berbeda dan mereka juga memiliki tempat yang berbeda.

Setelah itu mereka menyelesaikan sarapan dengan tenang dan hening. Tidak ada yang berbicara kembali ataupun mencoba membuka topik pembicaraan yang baru. Baik Aiden ataupun Lova memilih larut kedalam pemikiran mereka masing-masing.

Aiden sudah pergi ke kamar untuk mandi sedangkan Lova memilih untuk membereskan dapur sendirian tanpa bantuan para asisten rumah tangga. Lova memang melarang mereka membantunya di dapur. Menurutnya urusan dapur biarlah menjadi urusan Lova apalagi kalau menyangkut untuk tuan rumah, Aiden. Tapi kalau mereka ingin menggunakan dapur untuk memasak makan untuk mereka. Lova tidak pernah melarang nya dan bahkan dengan senang hati membantu mereka menyiapkan makanan.

Antara Lova dan yang lainnya tidak ada kesenjangan kedudukan. Mereka semua sudah dianggap sebagai keluarga oleh Lova oleh karena itu para maid bahkan bibi Edora sangat menyayangi Lova. Mereka bahkan sangat menghargai Lova dan selalu memperlakukan Lova dengan penuh kasih sayang layaknya keluarga. Bagi mereka. Lova adalah sosok sederhana dan juga baik hati. Memiliki sifat penyayang dan juga tulus. Berbanding terbalik dengan tuan mereka Aiden yang terkesan dingin dan berkuasa.

Bisa dibilang kehadiran Lova membuat kekurangan tuan mereka, Aiden terlengkapi.

Setelah menyelesaikan pekerjaan nya Lova keluar dari dapur. Saat baru melangkahkan kakinya beberapa langkah lova tak sengaja melihat Aiden yang baru saja masuk kedalam sebuah ruangan. Dengan rasa penasaran, Lova mendekati ruangan itu dengan langkah yang hati-hati. Melalui celah kecil pintu yang terbuka, Lova dapat melihat punggung lebar milik Aiden. Dia sedang duduk di depan kanvas putih besar yang sudah terlukis seorang anak perempuan cantik.

Tidak begitu jelas rupanya karena sebagian besar terhalang tubuh Aiden tapi yang jelas bahwa Aiden sedang melukis seorang anak perempuan cantik.

Lova melirik bagian lain yang dapat ia jangkau dalam penglihatan nya. Banyak sekali lukisan-lukisan indah yang Aiden buat. Ini sebuah fakta baru untuk Lova. Bahwa Aiden gemar melukis.

"Wahh." Gumam Lova pelan.

Aiden menghentikan gerakan nya tiba-tiba dan Lova terkejut karena Aiden tiba-tiba berhenti melukis. Apa aku ketahuan mengintip?. Ah dasar bodoh!. Kalau Aiden marah bagaimana?. Gawat!. Aku harus kabur!. Lova langsung berlari menuju tangga dengan kecepatan tinggi sedangkan Aiden ternyata menghentikan kegiatan nya sejenak karena ingin bersin. Hahaha

__________

To be countinous

Siguiente capítulo