webnovel

Dasar Keinginan

Miya memasuki ruang kerja Estes setelah mengucapkan selamat tidur pada Nana di kamarnya. Di sana Estes nampak sedang memeriksa buku kode mantra Moonlight miliknya.

"Aku mengganggumu?" tanya Miya yang langsung duduk di depan Estes.

"Tentu tidak. Adikmu sudah tidur?"

"Ya, sudah."

"Baguslah," kata Estes yang masih belum mengalihkan pandangan dari bukunya. "Bagaimana perkembangan gadis kecil itu? Dia sudah mampu mengendalikan sihirnya?"

"Masih belum sepenuhnya bisa. Dia masih perlu banyak belajar."

"Kuharap dia cepat menguasainya. Dia akan jadi anak yang tak bisa diremehkan suatu saat nanti."

Miya menghela napas. "Hei, bukan itu yang ingin kubicarakan denganmu."

Estes hening sesaat. Dia mengalihkan pandangannya pada Miya dan segera menutup bukunya.

"Maaf, aku terlalu fokus dengan bukuku," ucapnya menyesal. "Oh, ya, kudengar Zilong dan Alucard menghadapi perselisihan hari ini?"

"Ya, itu benar. Tapi akhirnya aku tahu kalau pertarungan itu terjadi karena kesalahpahaman."

Miya jeda sejenak.

"Apa Kakak tahu tujuan Tuan Alucard datang ke sini? Dia datang untuk sebuah misi, bukan belajar ataupun berlatih. Kakak mengetahuinya, kan?"

"Kenapa kau ingin tahu sekali tentang pemuda itu?"

"Aku hanya penasaran. Tidak mungkin jika Kakak tidak tahu hal ini."

Estes menatap manik biru Miya. "Ya, aku tahu. Dan misi itu berhubungan dengan keselamatan banyak nyawa di dunia ini."

"Maksud Kakak?"

"Jika Alucard berhasil mencapai tujuannya, maka dia akan bisa menyelamatkan banyak orang. Dark Witch berusaha mengambil alih dunia ini dan menguasainya. Seperti yang ingin Dark Lord lakukan di masa lalu."

"A-apa?"

Akhirnya Estes menceritakan juga apa yang diketahuinya pada Miya. Dia tahu gadis itu akan terus menanyainya jika tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Dan Miya mendengarkan dengan seksama tanpa menyela sedikitpun. Rasa penasaran yang menghinggapinya kini sirna dan tergantikan dengan perasaan ingin membantu.

Entah kenapa, timbul keyakinan dalam diri Miya untuk membantu Alucard dan Ruby mencapai tujuan mereka.

***

Raja Tigreal tengah berdiri di balkon Istana. Langit sudah menampakkan sisi terangnya, menandakan malam sudah berlalu dan mulai berganti pagi. Dia masih bergeming dan termenung menatap jauh ke depan. Percakapan dengan sang Demon Hunter benar-benar membuatnya tak bisa memejamkan mata barang sejenak. Terlalu banyak pertanyaan yang membelenggunya saat ini.

"Yang Mulia..." Diantara para pengurus Mansion, hanya Aaron yang sangat dekat dengan Raja Tigreal. Orion juga tidak bisa terus berada di sisinya karena tugasnya yang lebih menyita banyak waktu di tempat pelatihan.

Aaron datang membawakan minuman hangat dan meletakkannya di sebuah meja kecil yang tersedia di sana. "Setidaknya minumlah sedikit," bujuknya.

Raja Tigreal masih berdiri tegap dan memandangi langit.

Aaron bisa memastikan, dibalik bahu yang tegap itu terdapat kesedihan yang teramat sangat. Dan dia pun ikut sedih karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menghiburnya.

"Akan kuminum nanti," kata Raja Tigreal kemudian.

"Yang Mulia, dari semalam anda tidak tidur. Tidurlah sebentar saja. Dengan beristirahat pikiran anda akan jadi lebih baik nanti."

Raja Tigreal mengembuskan napas. "Bagaimana aku bisa tidur setelah tahu apa yang kudengar dari pemuda itu? Aaron, aku sering berpikir aku ini adalah raja yang buruk."

"Yang Mulia, apa yang anda katakan? Anda adalah raja yang paling kami kagumi dan hormati. Bahkan anak-anak, jika saja anda tahu, mereka terus berlatih keras supaya bisa sekuat anda. Mereka menjadikan anda tokoh idola mereka."

"Benarkah?" Raja Tigreal tersenyum kecil mendengar ungkapan Aaron. "Jika dipikir-pikir, mereka anak-anak yang baik. Aku bersyukur para Nobilium itu benar-benar memiliki jiwa kesatria yang sebenarnya. Tetaplah dampingi mereka, Aaron."

"Sudah pasti, Yang Mulia."

"Fajar tadi aku langsung mengirimkan pesan pada Eudora. Aku sudah meminta ijin untuk meminjam Flavian sebentar kembali ke Calestine Land."

Aaron mengangguk. "Yang Mulia, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Katakan saja."

"Bagaimana jika semua yang dikatakan Alucard itu benar? Bagaimana jika Flavian sudah mengelabuhi anda? Dan apa mungkin seorang Flavian telah berbohong pada anda waktu itu?" berondong Aaron. Dia tidak tahan menanyakannya karena terlalu mencemaskan Raja Tigreal.

"Aku masih memikirkannya, Aaron. Daripada itu, aku lebih memikirkan hal apa yang ingin disampaikan kakak angkat Alucard sehingga membuat Flavian harus membodohiku."

"Itu artinya anda percaya penuh pada Alucard? Atau bisa saja iblis itu memang mengatakan apa yang Flavian sampaikan pada anda waktu itu. Biar bagaimanapun aku masih tidak menyangka Alucard bisa memiliki hubungan dengan iblis dan menjadikannya sebagai kakak angkatnya."

Raja Tigreal memahami kebingungan Aaron. "Bagiku, Alucard bukanlah orang asing. Dulu aku punya hubungan yang kuat dengannya. Meskipun kami sudah lama tidak bertemu, tetapi entah kenapa keyakinanku masih tetap sama seperti dulu. Bahwa aku selalu memercayainya."

Aaron tak mendebat. Dia masih mendengarkan dengan baik.

"Tentang iblis itu aku juga tidak mengerti benar. Kenapa dia menjadikan iblis itu keluarganya, dia pasti punya alasan yang kuat."

"Kuharap pemuda itu memang bisa dipercaya," gumam Aaron bimbang.

"Kau akan melihatnya sendiri nanti. Flavian adalah kesatria yang selalu loyal padaku sejak lama, sedangkan Alucard adalah seseorang yang gagal kujaga di masa lalu. Karena kesalahanku, dia jadi seperti ini. Dan aku percaya pada keduanya, Aaron. Kita akan buktikan ucapan Alucard itu benar atau tidak setelah Flavian tiba di sini."

Aaron mengangguk. Dia menghormati keyakinan Raja Tigreal tentang dua pemuda itu.

"Jika saja aku boleh tahu lebih lagi, apakah benar anda yang telah menyebabkan kedua orangtua Alucard tiada? Maaf aku lancang menanyakan ini karena sejujurnya aku masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan."

"Tidak, Aaron. Apa yang dia katakan memang benar. Hanya saja aku memang tidak pernah menceritakannya padamu. Aku bersumpah menjadikan masa laluku hanya sebagai mimpi burukku dan akan memperbaikinya hanya setelah anak itu muncul kembali di hadapanku."

Raja Tigreal kembali menatap langit. Dia teringat akan saat-saat yang ingin sekali dia perbaiki.

"Dulu... ada sebuah organisasi. Dan organisasi itu bernama Order of Imperial Knight...."

*Next chapter: Flashback*

Siguiente capítulo