6 Maret 2024
Seperti biasa Hiro bangun pagi untuk membuat sarapan. Omelet Rice, setidaknya itulah yang selalu dapat membuat perut mereka berdua kenyang. Seusai mandi, Hiro langsung menyiapkan semua peralatan sekolah karena hari ini adalah hari yang penting.
"Selamat makan!!" ucap serempak mereka berdua.
"Onii-chan, semoga sukses " Yuuki pun mengedipkan matanya dan juga memberikan acungan ibu jarinya.
Setelah mereka selesai makan, tidak lupa Hiro membereskanya terlebih dahulu lalu pergi kesekolah bersama adiknya. Seperti biasa, mereka berdua bertemu dengan Adachi yang telah menunggunya di pemberhentian bus.
"Selamat pagi Adaonee-san" ucap Yuuki dengan nada yang riang.
"Yuuki-chan!!! " Nampak Adachi berlari kea rah Yuuki dengan tujuan untuk mencubit pipinya yang cabi.
Melihat hal itu Hiro merasa aneh. Karena dilain waktu mereka bermusuhan layaknya kucing dan anjing. Namun hal itu seolah telah terlupakan oleh mereka berdua. Mungkin itulah yang dinamakan persahabatan.
Tidak lama setelah itu, bus yang biasa menghantarkan mereka bertiga ke sekolah telah tiba. Mereke segera menaikinya untuk mempercepat perjalanan. Yuuki turun di tengah perjalanan. Tepatnya di SMP Fukayama.
"Oke, ganbatte kudasai Oni-chan, Adaonee-san" ucap Yuuki seraya melambaikan tanganya.
Bus pun melanjutkan perjalanannya menuju SMA Fukayama. Butuh sekitar 20 menit untuk sampai ke tempat tersebut. Hal seperti itu sudah diantisipasi oleh Hiro agar tidak terlambat. Karena hari ini adalah
Pelaksanaan ujian smester kedua dan merupakan ujian kenaikan kelas.
"Aku sudah siap untuk menghadapi ini" ucap pelan Hiro. Namun hal itu terdengar oleh Adachi yang duduk di depanya.
"Tidak usah terlalu difikirkan. Ikuti saja arusnya" ujar Adachi.
Adachi tersenyum kecil melihat tingkahlucu Hiro seperti itu.
"Apa? arus katamu? Jika itu dirimu memang mudah untuk menjalankannya. Sementara aku yang telah dicap sebagai seorang Otaku dan Siscon olehmu, tidak bisa santai untuk hal seperti ini"
"Tenangkan dirimu, hirup nafas dengan perlahan dan buang lah dengan santai. Sebentar lagi kita sampai di sekolah, persiapkan dirimu"
Nampak dari kejauhan, sebuah bangunan yang megah nan tinggi itulah SMA Fukayama. Jika dilihat dari jauh maupun dekat memang SMA Fukayama nampak megah. Hal ini dikarena lokasinya yang tidak terlalu luas, maka dari itu sulit untuk membangun insfrastruktur baru. Akhirnya diputuskanlah pembangunan bertingkat.
Pembangunan bertingkat inilah yang membuatnya seperti sebuah perguruan tinggi. Namun jika dilihat sekali lagi, maka nampak seolah-olah luas, karena banyak sekali pepohonan dan juga taman sekolah yang memang disediakan, dan itu adalah salah satu hasil kerja Ekstrakulikuler di bidang biologi.
Bus berhenti tepat di depan gerbang masuk SMA Fukuyama. Mereka berdua turun dan berjalan menuju kelas. Matahari yang lumayan terik ditemanin dengan angin yang berhembus pelan dengan kicauan burung-burung meramaikan indahnya pagi itu.
"Aku selalu muak dengan suasana ini" ujar Hiro pelan namun dengan nada yang terlihat lesu.
Mereka berjalan melewati titik tengah sekolah itu, tepatnya pada aula SMA Fukuyama.
"Owh,,, maksudmu itu. Harusnya kamu bersyukur dapat berjalan bersamaku tanpa meminta sedangkan yang lain berusaha keras untuk memintanya"
Hiro sangat kesal dengan semua tatapan mereka, tatapan atas kecemburuan. Mereka berdua selalu digosipkan dan selalu menjadi tranding topik di sekolahnya.
"Bagaimana mungkin aku bersykur, musuhku adalah semua laki-laki di SMA ini. Kau tau itu kan?. dan bagaimana jika mereka semua menyerangku secara bersamaan" ujar Hiro dengan gesture tubuh seperti sedang di hajar banyak orang.
Namun Adachi hanya dapat tertawa kecil milahat kelakuan Hiro yang sedari dulu tidak pernah berubah.
"Kau ini, tidak pernah sedikitpun berubah" ucap Adachi seraya tersenyum ke arahnya.
Muka Hiro menjadi merah padam dan dia tidak dapat bertingkah seperti biasanya. Perasaan berdebar di dada dan juga bingung dengan apa yang ingin dikatakanya, semua tercampur menjadi satu.
"hassyuuaaah" Hiro menepuk kedua pipinya hingga muncul rona merah di sekitarnya.
Hal ini pernah terjadi kepada Hiro ketika ia masih kecil saat berada di sebuah taman.
*Flashback
Sore itu Hiro tengah berjalan pulang dari bermain sepakbola. Mentari sore yang indah membuat suasana terasa nyaman, apalgai/ditambah hembusan angin yang pelan menjatuhkan bunga-bunga, bunga yang mereka sebut adalah bunga sakura. Ketika Hiro melintasi sebuah taman, ia mendengar suara tangis dari seorang anak perempuan.
Lalu Hiro mencoba mencari sumber dari tangisan itu. Terlihat seorang anak perempuan tengah duduk di sebuah ayunan dengan tangis yang membasahi kedua pipinya. Hiro memutuskan untuk berjalan menghampirinya.
"Eto,, kenapa kau menangis disini" ucapnya polos.
"memang ada tempat khusus untuk menangis hah"
Matanya berkaca-kaca seolah semua penderitaan sedang ia alami.Hari itu adalah hari dimana mereka berkenalan. Semenjak saat itu mereka saling bertemu di taman, berbagi tentang cerita kehidupan mereka.
Namun tidak lama setelah pertemuan pertama itu,tepatanya satu bulan kemudian anak perempuan itu kembali datang dengan sebuah tangisan.
"Kenapa kau menangis lagi?" ucap Hiro.
"Aku tidak dapat menahnya lagi. Aku ingin pergi dari dunia ini ke tempat yang dapat membuatku tenang dan damai. Namun menurutku damai itu tidak akan pernah ada bahkan disurga sekalipun"
"tidak baik berbicara seperti itu, Tuhan selalu ingin yang terbaik untukmu. Dia memiliki solusi setiap masalahmu, lega untuk setiap kesedihanmu, dan bahagia yang siap menantimu" jelas Hiro seraya memberikan sebuah motivasi kepadanya.
Hiro adalah teman curhatnya ketika ia merasa sedih, jadi Hiro tahu apa yang tengah dialaminya. Dia tahu hal itu adalah sebuah penderitaan yang amat membuatnya sangat bersedih.
Masalah yang tengah dialaminya adalah masalah keluarga. Hiro adalah orang yang dapat dipercaya oleh anak itu, dia menceritakan semua hal yang dialaminya. Kini masalah tersebut telah sampai puncaknya. Kedua orang tua anak perempuan itu akan berpisah dan kini anak itu mengikuti ibunya.
Namun sebelum dia berpisah denganya, Hiro berjanji akan membuatnya merasa bahagia walau itu hanya satu detik. Tapi janji itu tidak di tepati karena saat Hiro menunggunya, anak perempuan itu tidak datang kembali.
Ada satu hal yang Hiro selalu ingat
(Jangan biarkan hidupmu penuh dengan kesedihan,kemarahan,dan kebencian. Lupakan rasa sakit dari masa lalu dan bukalah lembaran baru untuk memulai kehidupan yang baru. Apapun yang terjadi kau harus kuat) kata-kata terakhir yang Hiro ucapkan sebelum dia berpisah.
*Flashback Off
"Hoi hoi, ada apa dengan mu?" ucap Adachi yang mendekatkan wajahnya ke Hiro.
Saat Hiro tersadar dengan lamunanya, dia terkejut melihat muka Adachi yang sangat dekat denganya. Hal oti membuat Hiro terkejut lalu jatuh terduduk.
"Hei, kenapa kau terkejut?"
"Mukamu sangat dekat" Hiro mencoba berbicara jujur.
Namun Adachi hanya tersenyum kecil yang membuat pipinya merah merona. Setelah itu mereka pergi ke kelas untuk melaksanakan ujian semester. Sebentar lagi masuk ujian yang pertama, yaitu yang sangat Hiro tidak suka. Fisika, itulah mata pelajaran yang diuji hari ini.
Hiro sejak dulu memang tidak terlalu paham tentang fisika namun berbeda lagi jika mata pelajaran itu adalah Teknologi. Seolah berberbanding terbalik, mata pelajaran teknologi seperti halnya iya membaca artikel. Tidak ada kata sulit yang terdapat dalam benaknya.
Bel berbunyi menandakan dimulainya ujian. Salah seorang murid membagikan lembar soal dan satu lagi membagi lembar jawaban. Setelah itu mereka semua mulai menjawab soal-soal yang tersedia.
(Bagaimana ini, aku tidak paham...) Ucap Hiro dalam benaknya.
Lalu dia melihat Adachi yang mengerjakan soal-soal itu dengan penuh percaya diri. Tiba-tiba Hiro mempunyai ide yang cukup gila. Setelah memikirkan ide itu, dia terlihat percaya diri dalam mengerjakan soal Fisika yang memang dia tidak paham.
Tidak lama kemudian pengawas itu pergi meninggalkan ruangan. Hal itu membuat para siswa dengan kategori C (Siswa yang dikategorikan curang )berusaha mendapatkan jawaban.
Salah seorang murid menepuk pundak Hiro dan hal itu membuatnya terkejut.
"Araka!! Ada apa?"
"Tumben sekali kau terlihat percaya diri mengerjakan pelajaran sesulit ini" ujar Araka penasaran.
"Hahaha, memang sih namun tidak selulit yang kau bayangkan. Coba lihat Adachi?" Ucap Hiro pelan.
Kemudian mereka berdua menoleh kearah Adachi yang berada di pojok kanan depan ruangan tersebut.
Hiro mencoba berdiri dan memeriksa keadaan, apakah pengawas berada di depan kelas atau tidak.
"Memang kenapa kau memintaku melihatnya?"
"Sudah kau diam dan ikuti aku. Hey Adachi!! Sekarang kamu nomor berapa?" Ucap Hiro yang sedikit keras kepada Adachi.
"Heh aku, aku sampai nomor 13"
Hiro nampak tersenyum karena Adachi masih sampai nomor 13.
"Araka, lihat geraka tangan Adachi saat mengisi jawaban. Perhatikan dengan seksama dan jangan protes" ujar Hiro kepadanya.
"Haaaah, ide gila macam apa itu" jawab Araka.
Kemudian mereka berdua dengan seksama melihat gerakan tangan Adachi. Mula-mula Araka terlihat khawatir dengan jawabanya, namun lama kelamaan dia mulai terbiasa dengan hal tersebut. Baginya ini adalah ide Hiro yang tergila dengan ide-ide sebelumnya.
Tidak lama kemudian, pengawas ruangan kembali. Dia memberitahukan bahwa ujian sebentar lagi akan selesai dan dilanjutkan dengan ujian Bahasa dan Sastra Jepang. Namun sebelum itu, para murid menikmati waktu istirahatnya.
"Whoi, Hiro. Apa kau yakin dengan hal itu?" protes dari Araka.
"Sudah-sudah, percayakan semua dengan jawabanmu. Semoga apa yang Adachi isi, sama dengan kita"
"Ngomong-ngomong, bagaimana untuk selanjutnya. Apakah Guild besar akan melawan Boss Dunia nanti malam?" ujar Araka.
"Aku tidak tahu mengenai hal itu. namun ada berita buruk. Aku tengah diincar seseorang. Aku lupa dengan namanya. Tapi menurutku dia orang yang hebat. Bahkan dengan kekuatanku sekarang masih jauh dari seimbang"
Raut muka Araka mulai serius. Walaupun pembicaraan tentang Myth of Ragnarok selalu beredaar, namun karena game tersebut adalah game terbaik saat ini, memungkinkan hal kecil menjadi besar. Bahkan para pemainpun juga ada yang memiliki pekerjaan sampingan, yaitu sebagai Informan.
"Apa katamu, apa dia salah satu Ten of Chivalry yang mendapatkan Divine Ability?"
"Aku masih belum mengetahui akan hal itu, yang aku tahu dia menyebutku dengan sebutan sang Irreguler. Mungkin dia akan mem-PK ku"
Obrolan mereka berdua tidak terselesaikan kerena jam masuk ujian telah tiba. Seperti biasanya salah seorang murid yang piket membagikan lembar soal dan satu lagi lembar jawaban. Kini mata pelajaran yang diuji tidak terlalu sulit, yakni Sastra dan Aksara. Walaupun tulisan Hiro terlihat jelek saat menggambarkan aksara, hal itu tidak membuatnya kesulitan dalam belajar.
Mengucapkan hal itu membuat Hiro teringat pada malam itu.
"Siapa kau dan mau apa kau?" Seru Hiro
"Hoo,, inikah sang Irregular. Berbeda dengan apa yang aku pikirkan" ucap sosok di balik kabut hitam tebal yang berada di depan Hiro.
"Siapa, apa maksudmu. Aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan" ujar Hiro dengan tangan yang telah mengambil pedang di punggungnya.
Saat kabut hitam yang berada di depan Hiro mulai samar-samar menghilang, nampak dari kejauhan terlihatlah sosok pria yang menggengam dua buah pedang di tanganya.
"Yu-Alice, Tolong mundurlah. Jika aku kalah dalam pertarungan ini segeralah kau gunakan Crystal Teleport ke Kota, kau mengerti" jelas Hiro kepada Yuki seraya memberikan Crystal Telerport itu kepada adiknya.
Seketika itu dan nyaris tak dapat terlihat oleh mata, pedang mereka berdua beradu dengan dengung suara yang terjadi begitu keras. Sosok dari kegelapan itu kini berada tepat di depan Hiro.
"Whoa, reflek yang bagus. Namun kalah cepat dengan gerakanku" ucapnya.
Hiro terkejut saat melihat nama dibalik sosok yang yang menyerangnya itu.
Akait
Lv. 54
Swordman
(Hah! aku tidak menyangka bahwa yang sedang menyerangku adalah si nomor 1. Lalu apa maksud dan tujuanya dia menyerangku? Perasaanku tidak enak. Mungkin urusan ini tidak akan berakhir begitu cepat) gumam Hiro dalam hatinya.
"Apa tujuanmu datang dan menyerangku, padahal kau adalah sang nomor 1" seru Hiro sembari menahan gerakan keuda pedangnya.
Hiro tertinggal satu langkah dari Akait yang menyebabkan celah kosong di bagian tubuh kirinya. Akait memanfaatkan hal itu untuk menendang dengan kaki kanannya.
Setelah dia tersadar dari lamunanya, barulah dia mengingat sosok pria yang ingin mem-PK dirinya.
"Akait!!" ujar Hiro agak keras.
Hiro tidak sadar bahwa dia telah melamun tadi. Dan Hal itu membuat pengawas yang duduk di depan menghampirinya. Seketika itu juga pukulan lumayan keras mendarat di kepalanya.
"Diam kau!!!" ujar Pengawas itu.
.
.
.
Safe Zone
Kota Amatzu
Hiro berada di kota Amatzu, kota terakhir saat dia login. Malam itu, nampak para pemain bertambah banyak. Hal itu teradi karena memang beberapa guild telah singgah di kota tersebut.
Kini Hiro tengah berjalan menuju Market Place. Berbeda dengan siang hari, market place di kota Amatzu saat malam hari layaknya sebuah taman hiburan yang selalu ramai pengunjung dari berbagai tempat.
Sekarang Hiro berhenti di salah satu pedagang, baik itu player maupun NPC. Dia tengah mencari beberapa peralatan untuk kelas B.
Dalam game ini, berbagai peralatan dibagi menjadi beberapa tingkat. Yaitu dari yang terkecil D dan C. setelah itu senjata tingkat menengah diantaranya B dan A serta S. Terakhir adalah senjata kelas atas yang di bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu Rare, Epic, Legend dan Mythc. Lalu yang bertengger pada top class adalah Divine atau bisa disebut God Arc dan Demon.
"Hai paman, aku ingin membeli sebuah pedang bermata ganda" uajr Hiro.
Melihat bahwa sang penjual adalah pemain juga, Hiro langsung to the point ke topik utama untuk mencari senjata yang pas.
"Coba kau lihat beberapa senjata ini. Apakah ada yang kau pilih?" ujar penjual itu yang bernama Louxciz.
Hiro mengambil sebuah pedang berwarna merah bercampur gelap. Pedang itu juga memiliki berat yang sama dengan pedang dua tangan.
"Oke paman, aku ambil ini"
"Pilihan yang bagus, itu adalah pedang kelas menengah tingkat B, Black Scaled Red Dragon, harganya mencapai 40.000 Gil dan karena kamu adalah pembeli ke 70 hari ini, aku akan menambahkan sebuah item gratis" jawab paman itu.
Are you want to buy this item
[yes]/[no]
Mungkin hari ini Hiro sedang hoki mendapatkan pedang berkualitas dengan harga yang ramah. Biasanya pedang tingkat menengah memiliki harga di atas 50.000 gil.
"Wah paman, terimakasih banyak atas hadiahnya"
Setelah transaksi pembelian selesai, Hiro membuka menu utama dan menambahkan paman itu ke daftar Friend Listnya. Dengan senang hati paman itu menerimanya.
Dalam Myth of Ragnarok, hal itu memang biasa dilakukan antara pemain. Karena hal tersebut dilakukan untuk kontak pemesanan item dari jarak jauh.
"Sampai jumpa anak muda" ucapnya.
Selanjutnya, Hiro berjalan membeli beberapa peralatan pertempuran. Karena mungkin, malam ini adalah penyerangan World Boss. Pasalnya banyak para guild yang singgah, lagi pula pintu menuju dunia berikutnya terletak dekat dengan kota Amatzu. Hal tersebut menjadikan Kota Amatzu mempunyai berbagai jenis Field Mission dan berbagai Boss Area dengan level yang tinggi.
Setelah lelah berputar mencari perlengkapan, Hiro duduk di dekat pohon sakura yang menyala. Pohon sakura itu dihiasai oleh lampu-lampu kecil yang indah. Gemerlap terangnya lampu itu membuat suasana malam di kota Amatzu sangat menyenangkan.
"Oniiii-chaaaannnnn!!!!" teriak Yuuki dari kejauhan.
Hiro hanya duduk bersantai melihat Yuki datang. Anehnya Yuuki tidak menyadari bahwa Hiro tengah duduk di samping pohon sakura, dia terus berlari lurus mengira Hiro berjalan ke arah lain.
"Huft Dasar" Hiro hanya tersenyum kecil.
Tiba-tiba pipinya dicubit dari arah belakang. Dia tak sadar bahwa Adachi telah berada di belakangnya.
"Kau mungkin bisa mengelabuhi adikmu, tapi tidak dengan aku" ujarnya.
"Huh kau ini mengagetkanku saja. Apakah kau sudah siap dengan penaklukan nanti?"
Terlihat beberapa perubahan dari tampilan Adachi tidak terlalu menonjol. Akan tetapi, dia terlihat sudah siap dengan pertempuran nanti.
Adachi member tahu bahwa berita penyerangan World Boss yang pertama kali dilakukan tepat tengah malam nanti. Dugaan itu tepat dengan apa yang Hiro pikirkan. Mengingat bahwa Hiro juga memiliki Divine Ability, hal itu dapat terbaca jelas oleh pikiranya.
"Baiklah kalau begitu, mari kita lanjutkan persiapan sebelum peyerangan itu dimulai"
"Namun sebelum itu kita cari Yuuki berada dimana" ajak Adachi.
"Haih dasar anak itu, apakah dia tidak melihatku tadi duduk ?" keluh Hiro seraya menepuk dahinya.
Merkea berdua melanjutkan untuk membeli berbagai item-item yang perlu digunakan. Seperti potion,antidote, MP restore, HP restore dan lainnya.
Dari kejauhan nampak seorang pemian yang sangat Hiro kenal , dia salah satu pemain yang juga mengikuti beta tester walau tidak bermain bersama. Dialah Kahiko, kabarnya dia adalah Teen of Chivalry dengan nomor urut 4. Divine Ability yang dia punya sangat cocok dengan apa yag dia inginkan.
"Hai Kahiko senpai, apakah kau sudah siap dengan penyerangan nanti malam?" ujar Hiro.
"Whhoa Hiro-kun tidakah salah mataku melihatnya, Sepertinya kau sangat siap sekali dengan penaklukan World Boss. Mungkinkah ini, semua yang kau pakai adalah equipment dengan class B? Hmmh, kau lihat sendiri aku rasa masih 70% untuk siap."
"Iya benar. Owh iya perkenalkan ini Saachi, teman sekelasku" ujar Hiro sambil tersenyum.
Kahiko yang melihat reaksi itu mengetahui apa yang tengah terjadi antara Hiro dan Adachi. Sontak Kahiko langsung tersenyum juga.
"Satomi Adachi" ujar Adachi sembari berjabat tangan.
"Aku Kahiko, namun lebih tepatnya Reinhart, karena disini adalah VR jadi privasi harus di jaga. Owh iya aku lupa masih ada urusan lain, sampai nanti Hiro-kun"
Setelah berjabat tangan dengan Adachi, Kahiko pergi meninggalkan mereka berdua. Pertemuan singkat itu dapat menyimpulakan bahwa Kahiko pun juga sangat semangat demi mendapatkan kekuatan. Alasan mereka berdua seperti itu adalah janji yang mereka buat. Hiro tidak akan lupa dengan janji itu, janji yang membentuk sebuah ikatan persaudaraan, namun juga bisa dikatakan Rival.
Setelah itu, Hiro melanjutkan untuk bersiap-siap dan juga menunggu saat penaklukan itu tiba.
.
.
.
.
"Heh sepertinya tadi dia berjalan ke arah sini. Hrrrrgh, Onniiiii-chaaaannnn dimana kau!!!" ucap Yuuki yang lelah setelah lama mencari kakaknya.
Keep Support me yaw,, jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa kritik maupun saran. Dan rate dari kalian membantu kemajuan Project Novel ini. Nantikan cerita selanjutnya..
See you again minna-san ??