webnovel

Welcoming Party

Welcoming Party for New Executive Chef

•-----•

Jangan pernah membahas masa lalu itu denganku! Sama saja kau membuka luka yang hampir sembuh.

— LOVE CHEF —

( Dark Past )

Masih di hari yang sama. Jam delapan malam, tepatnya di venue tempat penyambutan executive chef baru. Yaitu chef Jung Jaehyun; koki tampan lulusan Universitas terbaik di Perancis jurusan pariwisata.

Ya, La Bosseade tidak hanya nama untuk Restoran di kawasan Gangnam. Namun, juga untuk Bar yang letaknya tepat di dalam gedung tersebut.

Suasana terlihat begitu ramai. Banyak yang berdatangan, tidak hanya karyawan dan juga chef yang bekerja di restoran La Bosseade. Namun, orang luar juga diperbolehkan hadir.

Banyak karyawan yang membawa teman ataupun pasangan mereka di acara tersebut. Sebenarnya, bukan hanya penyambutan executive chef baru tapi juga rutinitas tahunan agar kekompakan para karyawan tetap terjaga.

"Selamat atas pencapaianmu chef," ucap salah satu karyawan La Bosseade.

Jaehyun hanya mengangguk seraya menjetikkan jarinya di atas meja. Sungguh, hal seperti ini sangat ia hindari. Namun, mana bisa ia menolak setelah diajak oleh para karyawan restoran tersebut yang sudah menyiapkan ini semua.

Dari arah samping, Johnny sang manager restoran menghampiri pemuda itu. "Hi Jae, kau datang juga 'kan?" sapanya.

"Hm," sahut Jaehyun berdehem.

Johnny duduk di kursi yang ada di mini bar —tepatnya di samping Jaehyun.

"Ayolah Jae, nikmati saja acaranya. Kau juga lebih bisa mengenal dengan baik semua partner kerjamu. Mereka semua akan bekerjasama denganmu dalam waktu yang lama," ucap Johnny sambil menepuk pelan pundak Jaehyun.

Pemuda itu mengangguk dengan malas. Ia hanya tidak ingin menanggapi ucapan Johnny, karena kalau laki - laki itu sudah berkomentar pasti tidak akan berhenti.

"Satu cider hard," ucap Johnny pada bartender.

Jaehyun melirik sahabatnya itu. "Kau yakin minum itu? Tumben sekali, biasanya juga white wines atau whisky," protesnya.

"Aku harus tetap terjaga, karena besok banyak pekerjaan yang menungguku di restoran," sahut Johnny lalu menghela napas panjang.

Jaehyun menyunggingkan senyumnya. "Sesibuk itukah?" gumamnya yang tak didengar oleh Johnny.

Sedang, di sisi lain. Jeno baru saja memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Aya. Ia sudah meminta gadis itu untuk ikut bersamanya malam ini.

Bagaimana Aya bisa menolak, Jeno memaksanya dan akan mengadukan pada sang Ibu kalau tidak mau. Tentang bolos kuliahnya hari ini karena temu janji palsu dengan Mingyu tadi pagi.

Pemuda berparas tampan itu membenarkan letak jam tangan di pergelangan tangannya, lalu menyisir surai hitamnya dengan jari - jari tangannya.

Jeno memakai kemeja lengan pendek warna dark blue, dengan celana jeans dan sepatu kets warna putih. Jika dilihat dari ujung kepala hingga kaki, pemuda itu tampak sangat tampan malam ini.

Baru saja ia akan menekan bel, tiba - tiba Aya membuka pintu utama dan tersenyum ke arah Jeno yang mematung akibat terpesona dengan gadis di hadapannya saat ini.

Bagaimana tidak? Saat ini Aya memakai dress tangan pendek dan selutut senada dengan kemeja yang dipakai Jeno. Rambut hitam yang dibiarkan tergerai hingga punggung, menambah kesan manis untuk gadis itu.

"Doneus, are you okay?" tanya Aya sambil melambaikan kedua tangannya di depan wajah pemuda itu.

Jeno mengerjap dan berdehem. "Ah, i'm okay. Ayo nanti kemalaman," sahutnya.

"Di mana abeoji dan eommonie?" lanjut Jeno bertanya.

Aya menutup pintu dan menguncinya. "Mereka tidak ada di rumah, sedang ke luar kota urusan pekerjaan. Ayo," sahutnya.

Gadis itu berjalan mendahului Jeno. "Kenapa dia sangat tampan malam ini," gumamnya yang tak didengar oleh pemuda itu.

Sedang Jeno, ia menatap punggung gadis itu yang sudah menjauh darinya. "Apa aku baru menyadarinya? Kalau Aya sangat manis malam ini," gumamnya pelan.

Ia pun segera menghampiri Aya yang akan masuk ke dalam Ferrari California —hitam yang terparkir di pekarangan rumah.

Setelah memastikan gadis itu duduk, ia melangkah mengitar dan masuk ke dalam mobil. Lalu melajukannya ke venue —ya mereka akan menghadiri acara penyambutan kepala koki baru di restoran tempat Jeno bekerja.

"Terima kasih sudah bersedia menemaniku malam ini," ucap Jeno sambil melirik Aya.

Gadis itu mengangguk. "Hm, lagi pula aku juga sendiri di rumah. Chanyeol oppa sedang keluar bersama temannya," sahutnya.

"Jae! Kau gila? Kenapa malah membuat keributan?" bentak Johnny pada sahabatnya itu.

Jaehyun hanya memandang datar pada laki - laki di hadapannya, yang tengah mengaduh kesakitan akibat pukulan yang diberikan olehnya.

"Dia pantas mendapatkannya!" sahut Jaehyun, lalu meninggalkan laki - laki yang masih tersungkur di tanah itu.

Johnny menghela napas kasar dan menggelengkan kepalanya sambil melihat laki - laki yang dulunya adalah sahabatnya dan Jaehyun.

Laki - laki itu adalah Kim Mingyu.

"Ayo bangun!" ucap Johnny sambil mengulurkan tangannya.

Mingyu pun meraih uluran tangan tersebut dan beranjak sambil meringis. "Aigoo, sshhh..."

"Lain kali jangan membahas masa lalu seperti itu di hadapan Jaehyun! Kau ini! Aish!" gerutu Johnny.

Lelaki muda itu merasa serba salah, karena keduanya adalah sahabat baiknya. Walau ia lebih dulu mengenal Jaehyun. Namun, saat pemuda itu sedang mengenyam pendidikan di luar negeri, sahabat yang selalu ada di sisi Johnny adalah Mingyu.

"Kalian seperti anak kecil tahu! Augh! Aku pusing!" lanjut Johnny, menggerutu.

Mingyu mengabaikan ocehan Johnny, ia fokus memerhatikan punggung Jaehyun yang semakin menjauh. Dalam hati, ia sungguh menyesal dengan perkataan yang baru saja ia ucapkan tadi pada pemuda itu.

Maaf, seharusnya aku tidak membahasnya. Batin Mingyu.

"Ayo, obati dulu lukamu itu," titah Johnny sambil menepuk pundak Mingyu dan melangkah lebih dulu.

Pemuda berkulit tan itu mengangguk dan mengikuti langkah Johnny ke ruang kesehatan yang ada di gedung La Bosseade.

Beberapa menit sebelum insiden tersebut.

"Jae, aku mengundang Mingyu. Tidak apa 'kan?" tanya Johnny setelah meneguk sedikit cider hard yang ada di hadapannya.

Jaehyun langsung menoleh ke arah sahabatnya. "Mwo? Kau gila? Aku pergi saja kalau begitu!" sahutnya dan segera beranjak.

Namun, tiba - tiba ucapan Johnny selanjutnya membuat Jaehyun menghentikan niatnya untuk pergi, bahkan pemuda itu sampai diam tak bergeming.

"Kau masih mencintai gadis itu?" tanya Johnny tanpa mengalihkan pandangannya dari gelas berisi minuman tanpa alkohol itu.

Jaehyun diam tak membuat gerakan gesture apapun.

"Kalau kau menghindari Mingyu, sama saja kau masih menyimpan rasa pada gadis yang telah membuat kalian bertengkar," lanjut Johnny.

Jaehyun menghela napas panjang. Benar juga, untuk apa ia menghindari Mingyu? Seharusnya mereka bisa berdamai terlepas dari masa lalu yang sempat membuat persahabatan mereka renggang hanya karena seorang gadis yang jelas telah mempermainkan mereka berdua.

"Kau bukan pengecut 'kan?" lagi, Johnny melanjutkan ucapannya.

Pemuda pemilik dimple itu menepuk kepala Johnny. "Ya!" pekiknya.

"Augh! Kau harus bertanggung jawab kalau aku gegar otak, eoh!" protes Johnny.

Jaehyun mencebik dan ia duduk kembali. "Mana ada seperti itu," sahutnya malas.

Lima menit selanjutnya, laki - laki yang mereka bicarakan datang. Ia menghampiri Jaehyun dan Johnny.

"Hai John... Jae..." sapa Mingyu dengan canggung.

Johnny berdiri dan menyambut sahabatnya itu. "Hai Gyu. Kau datang? Ayo duduk," sahutnya.

Ia melirik Jaehyun dan memberikan kode untuk membalas sapaan Mingyu.

Dengan berat hati, pemuda itu berdiri dan berkata, "duduklah Gyu."

"Ah, Jae selamat atas pencapaianmu. Semoga sukses selalu," sahut Mingyu.

Jaehyun mengangguk. "Terima kasih," sahutnya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengambil red wine untuk merayakan berkumpulnya kita bertiga. Tunggu sebentar," ucap Johnny lalu bergerak menuju gudang minuman.

Dalam hati Jaehyun, ia mengutuk Johnny karena meninggalkannya dengan Mingyu. Apa yang harus dibicarakan? Pembahasan apa yang harus dimulai? Seperti itulah yang ada di benak Jaehyun.

Bagaimana pun, mereka berdua sudah sangat lama tidak bertemu, bahkan untuk bertukar kabar melalui pesan singkat saja tidak pernah.

Suasana canggung mendominasi antara keduanya. Mingyu pun hanya diam saja, ia juga bingung harus memulai dari mana.

Ternyata, rasa gugup itu bukan hanya saat menyatakan cinta. Bertemu sahabat lama pun bisa membuat canggung, apalagi perpisahan sebelumnya meninggalkan masalah yang belum terselesaikan.

"Bagaimana kabarmu Jae?" Pada akhirnya, Mingyu yang memulai obrolan.

Jaehyun menghela napas pelan. "Aku baik. Kau bagaimana?" sahutnya dan balik bertanya.

"Aku juga baik. Ah, bagaimana dengan kehidupanmu di Perancis? Kudengar dari Johnny, kau melanjutkan sekolah di sana," ucap Mingyu.

Syukurlah.

Suasana berubah sedikit mencair.

Akhirnya mereka berdua mulai mengobrol dan menceritakan kehidupan masing - masing saat tidak bertukar kabar.

Sedang Johnny, sengaja membiarkan mereka berdua mengobrol. Sebenarnya ia sudah kembali dan membawa sebotol red wine, tapi ia urungkan untuk menghampiri mereka dan memilih duduk di kursi yang cukup jauh dari mini bar.

Hingga beberapa menit kemudian, Johnny melihat Jaehyun berdiri dari duduknya dan langsung menghajar Mingyu. Entah apa yang mereka bicarakan.

Namun, satu hal yang Johnny tahu. Jaehyun akan menjadi emosi saat ada seseorang yang membahas masa lalunya.

Sedang disatu sisi, Jeno dan Aya masih berada di parkiran tempat acara. Seharusnya mereka sudah berada di dalam venue tapi karena ponsel gadis itu tertinggal, mau tidak mau ia kembali ke mobil.

"Aku bisa sendiri. Sudah sana masuk ke dalam," ucap Aya meyakinkan Jeno.

Pemuda itu menghela napas panjang. Percuma berbicara dengan gadis keras kepala itu —menurutnya  "Baiklah, cepat kembali," sahutnya.

Aya mengangguk dan memberikan senyum simpulnya. "Iya doneus."

"Ya! Sudah kubilang jangan me—"

"Iya... iya... maaf. Sudah sana," titah Aya memotong ucapan Jeno.

Pemuda itu pun masuk ke dalam Bar La Bosseade. Sedang Aya kembali menuju mobil Jeno.

Namun, Aya tak sengaja menubruk seseorang karena ia melangkahkan kakinya dengan terburu - buru dan sedikit menunduk untuk melihat kunci mobil yang ada di tangannya.

"Omo!" pekik Aya.

Beruntung ia tak terjatuh karena pergelangan tangannya digenggam oleh seseorang yang tak sengaja ia tubruk.

"Ah, maaf aku tidak sengaja," ucap Aya dan mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.

"KAU?!"

Ucap keduanya bersamaan.

Siguiente capítulo