webnovel

pergi

pagi ini seperti biasa suamiku pergi ke kantor dan aku mengantar arya ke sekolahnya.

saat pulang tentu saja tugasku hanya memasak dan memperhatikan tari yang belajar di rumah, semua itu berakhir selalu jam makan siang juga jam pulang arya dari sekolah.

saat siang tanpa kak balri pun dia juga cuek padaku bahkan dia sudah menyediakan handset di sakunya kala aku bicara dia siap menyumbat telinganya, aku hanya diam dan berusaha sabar dengan tingkahnya yang semakin hari semakin berani.

yang aku herankan saat sekarang ini ke mana suamiku ini kok jam makan siang dia gak pulang, selesai makan aku langsung meneleponnya tapi sibuk aku mulai panik begitu aku melangkahkan kami mengambil kunci mobil ponselku berbunyi ternyata itu dia

"telepon"

"kakak di mana, kok gak pulang gak kenapa napa kan"

tanyaku langsung

"tenang sayank, aku gak papa kok"

jawabnya

"lah terus"

duduk

"maaf ya yank, ini dadakan juga aku gak tahu tiba tuba aku ada bisnis luar kota sekretaris aku salah buat jadwal jadi ini mepet banget yank maaf ya"

jelasnya

"hah!! "

bingung

"aku udah di jalan ini yank di rumah hati hati yaa, aku belum tahu juga berapa lama yank maaf ya"

lanjutnya

"hhmm ya udah lah kak kalau gitu, kamu hati hati di sana janga kesehatan dan jaga mata"

pesanku

"hahahahaha aman sayank dah sayank i love you emuah"

"love you too"

jawabku dan mematikan

aku yang tadinya panik sudah tenang kembali, aku yang sekarang lebih was was karna kejadian waktu itu, dia pergi dengan bohong dan pulang dengan celaka itu yang sangat aku takutkan.

tiap kali aku panik mencarinya aku selali menyentuh kalung pemberiannya waktu itu kalung ini yang selalu mengingatkan aku akan dia aah entah lah kalung yang begitu biasa dan sederhana ini jadi begitu berarti buatku.

aku tak akan mengira ngira harganya tapi niatnya yang tuluslah yang tak pernah terbeli dengan angka uang.

dan aku yang menerima dan menjaga kalung pemberian suamiku ini adalah bukti balasan cinta secara tak langsung.

karna aku sudah tidak ada kegiatan siang ini aku pun pergi tidur siang yaa lumayan laah, arya juga aku lihat maulin sama si embak ya kak, tari paling di kamarnya.

begitu aku bangun aku keluar melihat Ariel sedang bermain dengan si mbak, aku coba mencari tari tapi aku tidak dapat menemukannya di mana akhirnya aku bertanya pada penjaga yang ada di rumah ternyata tapi pergi bersama teman-temannya tanpa berpamitan padaku.

aku yang tahu tidak terus mencarinya tapi terus menunggunya sampai dia pulang, lama menunggu akhirnya jam 17.50 dia baru pulang.

" Tari"

pangilku

"hhmmm"

tetap berjalan

" kakak lagi ngomong Tari"

lanjutku

" udah deh gak usah ngurusin hidup aku"

tetap berjalan

"TARI!! "

bentakku

" kamu siapa sih hah!! "

"GAK USAH SOK NGATUR AKU! "

berteriak

"AKU KAKAK IPAR KAMU!! "

mulai emosi

"hah?? sejak kapan!!? aku nggak pernah terima kamu sebagai kakak ipar aku"

pergi

" tari Kakak kamu lagi nggak ada di sini jadi aku yang bertanggung jawab atas kamu"

lanjutku

"ooohh kakak lagi gak di rumah, bagus lah aku jadi lebih bebas"

masuk ke kamar

"TARI!"

mengetuk pintu

tapi dia yang saat itu didalam kamar tidak mendengarkan aku sama sekali tidak mendengarkan.

aku yang masih merasa emosi berjalan menuju anak ku dengan si Mbak aku duduk di samping mereka menenangkan diri.

tak lama setelah itu tari terlihat sudah mengganti bajunya keluar lagi, aku melihatnya sedikit mencurigakan tiba-tiba punya ide untuk mengikutinya.

saat aku keluar Aku kaget mobil yang kemarin diberikan kabari padanya sudah ada di luar dengan seorang sopir.

"tuuh kan bener!! aku harus ikutin pokonya"

aku yang saat itu tanpa pikir panjang gambar kunci motor kesayangan Suamiku itu dengan menggunakan jaket yang langsung terletak di situ dan juga dengan helmnya aku nekat membuntuti Tari, yang ternyata dia pergi ke karaoke bersama teman-temannya dan di sana sudah ada cowok-cowok yang menunggu mereka.

saat itu rasanya aku ingin langsung meledak tapi segera Aku tahu semua itu dan secara hati-hati aku masuk ke dalam, kalau di dalam karaoke biasanya kedap suara atau tidak memiliki lubang sama sekali jadi aku hanya memantau dari luar ruangan saja.

"ya ampun yulia apa sih yang kamu lakukan sekarang ini Harusnya kamu percaya dong sama dia Lagian wajah-wajah polosnya itu loh bodoh banget"

bicara sendiri

aku yang saat itu sadar lalu berdiri dan ingin melangkahkan kaki untuk pulang, tapi tiba-tiba dari belakang terdengar seperti ada kegaduhan pun membalikkan badan ternyata itu tari dan seorang cowok yang aku tak tau siapa.

saat itu aku hanya memperhatikan.

"lepas!! "

berjalan pergi tapi ditahan

" Udah deh enggak usah sok jual mahal cewek zaman sekarang mana ada yang masih utuh"

ucapnya kasar

"eh kalau punya mulut di jaga yaa"

"tpak"

tampar

"berani kamu hah! dasar jalang sok suci"

memegang pipinya

"awas! "

berusaha melepas dan pergi

"dasar jalang"

menarik tangannya kuat

"kreek"

sobek

aku yang saat itu masih menonton dan merekam aksi mereka sudah mulai melihat Rani telah terluka aku pun mendekat begitu tangannya ingin menambah balik kewajaran segera kutangkap.

aku lihat transaksi itu sangat ketakutan tetap menunduk dan melihat kedatanganku.

"kamu siapa!! gak usab ikut campur deh"

berusaha melepas tangangnya

"saya kakaknya"

kataku jelas

saat itu tari yang tadinya tertunduk melihat ke arahku aku yang berusaha menaruhnya tepat di belakang untuk mengamankan nya dari sosok pria yang tidak dikenal yank kasar luar biasa itu.

"kamu berani nyakitin adin saya hah"

kataku menarik kerah bajunya sampai terjinjit

"lepas lepa!? Aku bakal laporin kamu menganiaya anak dibawah umur"

ancamnya

"silahkan silahlan kalau ada buktunya"

tantangku

"ok siapa takut"

menatap

" Kamu kira aku bisa seberani ini tanpa ada bukti kamu ke aku aku udah merekam kejadian kamu biarin kamu bentak-bentak dia sampai dia dan sampai melukai tangan ada si sini"

menunjukkan ponsel

"apa!! "

merasa tak percaya

" masih nggak percaya? Oke aku telepon polisi sekarang ya Kamu tunggu di sini"

jawabku dengan santai

"ampun kak ampun maaf saya gak akan ngulangin lagi kok"

merengek

"laah kok jadi nyerah ayo menjawab lagi"

menyudutkan ke dinding

"maaf kak"

takut

" ingat baik-baik kata-kata saya ini ya"

" kamu laki-laki yang dari sekarang ini aja udah bajingan gimana nanti ke depannya atau selanjutnya hah, ingat orang tua kamu yang melahirkan kamu juga wanita jadi kamu nggak boleh mempermainkan ataupun sampai melukai Apalagi dia anak orang, orang lain"

" untuk hari ini karena kamu masih dibawah umur saya maafkan kamu tapi kalau sampai ini terulang lagi Jangan harap kamu akan selamat"

kataku tegas mengepalkan tangan dan memukulkan ke dinding dan berdarah

aku yang saat itu masih geram akhirnya melepasnya dia langsung lari secepat-cepatnya aku berbalik badan dan melihat tari tanpa aku langsung menarik tangan keluar dari tempat karaoke itu.

" Bapak tolong bawa mobilnya pulang ke rumah ya Biar saya sama Tari"

kataku pada pak supir

tari yang saat itu masih tetap diam saja naik ke atas motor dan kami singgah di depan Apotek, Aku membeli kapas dan plaster terluka, dia yang ku ajak hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sampai tibalah kami di bangku taman dia duduk dan aku membersihkan luka di tangan.

" kamu kalau belum siap menghadapi dunia luar jangan pernah keluar, karena dunia tak sepolos kamu Tari apapun bisa saja terjadi dan semua itu tidak pernah ada yang menduga"

" kakak tahu kamu kakak nggak suka sama kakak Oke Kak terima tapi maaf kalau nggak bisa terima kalau kamu seperti ini, bagaimanapun juga kamu adalah adik dari suamiku dan itu berarti kamu sama dengan adik kakak juga, Apa pernah kamu tanya Bagaimana perasaan kakak terhadap kamu sama ini"

perkataan saat itu membuat suasana menjadi pecah karena tari mulai menangis.

"tari minta maaf kak"

katanya sambil menangis

"tari gak tahu semua akan kaya gini kak"

peluknya

" Ya udah nggak apa-apa biar ini jadi pelajaran pertama buat tari enggak semuanya itu baik jadi kamu harus pandai menilai ya apalagi dalam bergaul"

kataku mengusap punggungnya

tak lama Setelah itu kami pun pulang.

begitu sampai di rumah.

"kak"

panggilnya

"hhhmm apa"

menatapnya

"itu tangan kakak juga luka loo"

katanya menunjuk

"apa?? "

"aduuuhhhh sakiiit"

baru sadar

"hahahahahaha"

tari tertaea lepas

walaupun saat itu aku merasakan kesakitan Tapi saat itu adalah saat yang membahagiakan untuk pertama kalinya aku melihatnya tertawa dengan lepas seperti itu

Siguiente capítulo