webnovel

Di Kantor Polisi

Bulan dipapah perlahan oleh Bagaskara. Terlihat sekali kekhawatiran di mata teman pria baru nya ini. Sebenernya kekhawatiran itu cukup beralasan di mana sebagai anggota kepolisian pastinya Bagaskara kebih memahami tingkat bahaya kejahatan di wilayahnya. Sedangkan yang baru saja dialami Bulan adalah penjambretan oleh pelaku yang terkenal berdarah dingin..tidak segan melukai para korbannya. Beruntunglah Bulan hanya mengalami luka-luka ringan.

Bulan masuk ke ruang SPKT, di mana setiap laporan dari masyarakat diterima yang nantinya akan ditindaklanjuti sebagai laporan atau diproses dan dilanjutkan ke bagian-bagian sesuai ranah hukumnya.

Baru kali pertama masuk ke kantor polisi membuat Bulan sedikit tegang. Walau saat ini sudah jauh lebih humanis, namun tetap saja bagi warga sipil biasa seperti Bulan yang tidak terbiasa dengan aura disiplin, tegas dan tertata khas kepolisian menjadi sedikit terintimidasi. Apa lagi saat ini Bulan menyadari ia berurusan dengan hukum sebagai korban penjambretan. Dan ia berusaha memahami bahwa akan ada beberapa tahapan dalam pelaporan yang harus ia jalani demi keadilan di mata hukum. Beruntung.. ia tak sendiri, ada Bagaskara mendampinginya.

Menghadapi proses pelaporan kepada petugas kepolisian yang tentunya akan berusaha menyelidik, Bulan berusaha mengulang ingatannya atas kejadian yang ia alami. Disingkronkan dengan keterangan dari para saksi yang diharapkan dapat menjerat para pelakunya ke dalam beberapa pasal. Bulan berharap para pelakunya mendapat ganjaran sesuai di mata hukum. Detail demi detail harus diungkapkan untuk membantu petugas melengkapi BAP nya.

Lelah yang teramat sangat..Bulan mulai merasakan mual dan nyeri di bagian lambungnya. Seharian ia belum mendapat pasokan makanan. Dan saat ini diperparah oleh stress akibat kejadian tadi. Ia membungkuk menahan nyeri, Bulan merasa sakit maag nya melanda.

"Bulan, kau kenapa? Apa kau belum makan dari tadi?" Bagaskara bertanya khawatir.

" Sepertinya maag q..iya, sejak pagi aq belum makan." Bulan menjawab sambil menggigit bibir bawahnya menahan nyeri. Telapak tangannya mulai basah oleh keringat dingin.

" Tunggu di sini, aq ambilkan obat untuk mu." Bagaskara segera masuk mencari obat di kotak obat, kemudian segera kembali sambil membawa beberapa bungkus roti dan air mineral di tangannya.

" Apa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?" Bagaskara bertanya dengan nada kesal namun terlihat sekali kecemasan di dalamnya. Bulan tidak menjawab, ia segera mengangsurkan obat lambung dan memakan sedikit rotinya. Ia tau..ini salahnya. Percuma usahanya membela diri..karena ini memang keteledorannya sendiri. " Terimakasih atas semua bantuan mu." Bulan pada akhirnya memutuskan untuk hanya mengucapkan rasa terimakasihnya.. tanpa bantahan sedikit pun.

"Aq tau..ini keteledoran q." Bulan melanjutkan.

Bagaskara terdiam..di tengah rasa kesal yang sebenarnya tidak ia mengerti..rasa khawatir yang berlebihan..dan rasa tidak rela jika ada yang menyakiti wanita di hadapannya ini..

Pikirannya berkecamuk dalam diam. Pertanyaan demi pertanyaan sebagai bentuk protes dari logikanya yang sulit menerima rangkaian emosi yang tiba-tiba menusuknya dari berbagai arah. Bagaskara mengepalkan tangannya, menahan gejolak rasa yang berusaha ia redam. Ia sangat terbiasa menghadapi kasus..bahkan yang jauh lebih parah. Tetapi ia tidak pernah merasakan hatinya ikut dipermainkan seperti ini. Selama beberapa tahun bergabung dalam menjadi anggota di kepolisian..dirinya selalu menjaga kredibilitas dan profesionalisme nya dengan sangat baik. Bahkan rekan-rekan satu leting nya menganggap nya terlalu dingin dan kaku. Tapi kali ini berbeda. Tidak seperti biasanya. Ada apa dengan wanita di hadapannya? Apa istimewanya dia? Selain kecantikan fisiknya yang meneduhkan hati q, gerak tubuhnya yang memukau, cara bicaranya yang membuai, dan binar matanya yang mampu menusuk sanubari.. Dan ia pun segera terhenyak..sepertinya mulai tersadar bahwa sejak awal pertemuan mereka..Bulan telah mencuri mimpi malamnya. Bulan telah mendapat tempatnya di sana. Memenuhi ruang khayalnya yang sangat imajinatif..dan terkadang mengganggunya.

Ia harus mengakui bahwa kali ini dirinya tidak mampu mengontrol berbagai kilasan imajinasi indah yang menghadirkan Bulan di hadapannya. Tidak.kali ini..ia tidak mampu.

Siguiente capítulo