webnovel

Pesona yang tak terlihat

Hari semakin terik, Bandung siang itu sangat panas, dalam perjalan menuju kampus, di dalam bis Kinan bersama Adam hanya saling terdiam setelah perdebatan antara mereka sebelumnya, Kinan merasa sangat tidak nyaman Adam duduk bersamanya di kursi yang sama, Kinan tidak berhenti bergerak, berusaha bergeser agar tidak sedekat itu dengan lelaki yang Kinan bahkan tidak tau dari mana lelaki ini muncul sebelumnya.

"kenapa dia bisa mengenalku? bahkan menyatakan cinta padaku, dia benar-benar lelaki gila".

Itu yang berada dipikiran Kinan saat duduk bersama di bis. Ia tidak habis pikir dengan pria yang sekarang bersamanya, mereka belum pernah saling berbicara sebelumnya, mata keduanyapun tidak pernah saling bertemu untuk melihat satu sama lain, dimana mata adalah jalan awal yang bisa membuat orang sewajarnya bisa menyukai lawan jenis mereka.

"Adam hanya bermain-main dengan semua ini, dan permainan dia sangat keterlaluan, ini sangat menggangguku, sama sekali tidak lucu".

Kinan terus menggerutu dalam hatinya, ingin segera memarahi pria yang sedari tadi duduk tenang di sampingnya.

Tiba-tiba di saat Kinan sedang sibuk dengan pikirannya, hampir saja kampus yang Kinan tuju terlewat, dari jauh Ia sudah melihat halte bis dan Ia meminta Adam untuk berdiri karena sebentar lagi mereka akan sampai.

"Apa kamu hanya akan diam saja? Bukankah tadi sudah aku bilang, bahwa aku akan ke kampus, cepat menyingkir!!! aku sudah sampai di tujuanku".

Adam langsung bangun menuruti perintah Kinan, dan saat mereka berdua berdiri tiba-tiba saja rem mendadak dari supir membuat Kinan hampir terjatuh dan Adam dengan sigap memeluk Kinan, bermaksud membantu agar Kinan tidak terjatuh

"Maaf ya pak, bu, ada motor belok mendadak, jadi saya rem mendadak seperti tadi, apa semuanya baik-baik saja?" Pak sopir menjelaskan ke semua penumpang, apa yang terjadi karena merasa tidak nyaman telah membuat semua penumpangnya teriak di dalam bisnya, dan salah satunya Kinan yang sekarang berada dalam pelukan Adam.

"Kamu?? apa yang kamu lakukan?? lepaskan aku!!!!" sambil menggeliat Kinan keluar dari pelukan Adam dan marah-marah di depan orang banyak.

"Anda di tolongin bukannya bilang terimakasih tapi sebaliknya malah marah-marah" seorang perempuan berkata sinis dari kursi penumpang lain sambil membalikkan wajahnya yang ketus, Kinan mendengar itu dan langsung berjalan menuju pintu keluar tanpa berkata apa-apa.

Adam mengikuti dari belakang tanpa mengatakan apapun juga, rupanya jantung Adam sedang berdetak dengan sangat cepat, Adam berpikir mungkin Kinan bisa mendengar suara detak jantungnya yang sangat kencang, saat berada di pelukannya, karena Ia tepat berada di depan dadanya saat akan terjatuh di bis tadi.

Adam mengikuti Kinan dari belakang sambil membuka maskernya dan membuka topi yang ia kenakan sedari tadi, Adam memanggil Kinan yang berjalan begitu cepat di depanny.

"hey! apa kamu sedang mengejar penjahat? kenapa begitu cepat? Kemarilah! kita harus berjalan beriringan agar tidak seperti musuh seperti ini, apa kamu menganggap aku musuhmu?".

Kinan terus berjalan tanpa menanggapi apa yang Adam ucapkan, ia pura-pura tidak mendengar, sambil terus berjalan akhirnya ia melihat sudut dari taman di sekitar kampus itu yang terlihat lengang, ia menghentikan langkahnya dan menunggu Adam menghampirinya.

Tak lama Adam mulai mendekat dan dengan segera Kinan meraih lengannya dan membawanya ke taman yang tadi Kinan lihat.

"Biarkan aku yang berbicara, kamu cukup diam dan dengarkan!! jika aku memintamu untuk menjawab, maka kamu boleh berbicara, ini peraturannya, jika kamu setuju, kita lanjutkan pembicaraan ini, jika tidak, silahkan kamu pergi dan jangan pernah melakukan hal memalukan seperti kemarin lagi padaku!".

Kinan tidak ingin memberikan kesempatan untuk Adam berbicara, karena ia sangat kesal padanya.

Adam memberikan senyuman yang sangat mengagumkan tanpa berbicara sepatah katapun, yang akhirnya sedikit membuat Kinan goyah karena senyum itu tidak pernah ia lihat dari sosok pria manapun sebelumnya.

Mata Adam yang indah, bibirnya yang merah dan lesung pipi yang membuat senyumnya benar-benar bisa membuat hati wanita berdebar, porsi yang sangat spesial, kontur wajah Adam termasuk pada tipe pria tampan.

Semua anak-anak gadis di SMA merupakan penggemar Adam, Adam bisa dibilang idolanya di sekolah, dan bukan hanya anak gadis, tak sedikit laki-lakipun banyak yang mengagumi Adam, kehebatannya bermain basket menjadi banyak perhatian teman-temannya, dan di seluruh lingkungan sekolah memang hanya Kinanlah yang tidak terbawa arus demam idol Adam.

Kinan menghabiskan waktu di sekolah hanya di dalam perpustakaan atau di loteng sekolah, dia hanya mendengarkan musik dan membaca buku.

Kinan sama sekali tidak tertarik dengan keadaan di sekitarnya. Hingga suatu hari Adam bisa berpapasan dengan Kinan untuk pertama kali saat mereka sama-sama duduk di kelas 11, yaitu di halte bis depan sekolah, Kinan yang anak IPA dan Adam anak Bahasa, secara kebetulan memang akan sangat sulit untuk mereka berdua berpapasan di dalam sekolah, karena jarak kelas yang jauh dan tempat Kinan menghabiskan waktu istirahatnya tidak sama dengan Adam, Adam selalu berada di kantin atau di lapangan basket jika istirahat sekolah.

Setiap harinya Adam selalu mengendarai mobil Honda Jazz warna blue metalic, karena ayahnya seorang petinggi pemerintah, Adam memiliki keberanian mengendarai mobil walaupun belum memiliki SIM, dengan latar belakang keluarganya dia merasa tidak akan ada yang berani menyentuhnya.

Tapi pada hari itu, ada seorang polisi yang menghadang dirinya saat berangkat sekolah, yang akhirnya dia melanjutkan perjalanan menuju sekolah menggunakan taksi online.

Dan seperti Tuhan memang sudah mengatur semuanya, pada saat pulang sekolah tiba, dia akan memanggil taksi, namun saat mengecek dompetnya, uang cash yang ia miliki habis, di gunakan untuk mentraktir teman-temannya karena Adam kalah taruhan di sekolah.

Taruhan yang Ia lakukan adalah karena dirinya terkena Tilang Polisi, dia selalu membanggakan dirinya yang putra seorang pejabat dan tidak akan pernah tersentuh hukum.

Hari itu semua teman-teman Basketnya sangat senang, karena bisa melihat Adam begitu kesal terkena Tilang dan mendapatkan makan gratis saat jam istirahat.

Di saat bersamaan Adam mencoba pergi ke ATM dekat sekolah untuk mengambil uang cash, dan entah apa lagi yang terjadi pada dirinya hari itu, semua uang di ATMnya hilang tak bersisa sama sekali, segera ia menelepon ibunya, dan di saat itu juga telepon yang tersambung pada ibunya, ternyata di angkat oleh ayahnya yang sudah pasti sedang dalam keadaan marah besar.

"Bu!!! kenapa uang di ATM ku bisa kosong, kemarin aku masih ambil uang di ATM ini dan sisa saldoku masih lumayan, tapi kenapa sekarang bisa kosong, aku butuh uang sekarang untuk pulang, mobilku di bawa polisi, ibu segera beritahu ayah soal mobilku agar segera bisa diambil kembali".

Adam mengeluh pada ibunya, dia tidak tahu kalau ayahnya yang sedang mendengarkan semua keluhannya itu.

"Itu pelajaran buatmu, sekarang juga kamu pulang!! pulang dengan uang yang ada di sakumu, jika tidak cukup untuk taksi, gunakan kendaraan umum lain, ojeg, bis, masih banyak pilihan, semuanya tersedia, ayah tidak akan mengirimkan supir untuk menjemputmu, jadi cepat pulang sekarang juga! ayah tunggu kamu di rumah".

Ayahnya dengan tegas memarahi Adam, dia akhirnya tahu semua kejadian hari ini, mulai dari Tulang Polisi, dan ATM yang di bekukan adalah ulah ayahnya.

Memang terkadang ayah Adam bisa sangat marah karena kelakuan putranya itu, yang sudah sangat keterlaluan nakal dan manja, membuatnya terpaksa mengambil tindakan tegas, tapi pada akhirnya ayah Adam selalu berhasil di bujuk oleh istrinya yang juga adalah Ibu dari Adam sendiri, yang kemudian selalu memberikan kembali semua fasilitasnya seperti semula.

"Kali ini ayah benar-benar marah, apa karena kemarin malam aku ke Club Malam? matilah aku kalau dia tahu kejadian semalam" Adam bergumam, dia takut kejadiannya yang membuat keributan di club malam membuat ayahnya marah.

Sambil sibuk dengan semua pikirannya, Adam pun pergi ke halte bis, Adam sudah pernah melakukan ini sebelumnya, naik bis karena semua fasilitasnya disita sang ayah, jadi dia sudah tahu rute mana yang harus dia pilih.

Tapi perbedaannya hari ini, ia melihat seorang gadis yang berseragam sama dengannya ada di antara siswa-siswa lain yang juga sedang berdiri menanti datangnya bis yang biasa mereka tumpangi sepulang sekolah.

Tapi gadis ini berbeda, entah dari segi mana perbedaan itu muncul, rambutnya yang panjang terurai, matanya yang sayu memperlihatkan betapa tidak bersemangatnya dia menatap ke depan jalan tanpa makna yang bisa terlihat oleh orang yang memandangnya, seperti yang sedang Adam lakukan saat ituitu.

Tatapan kosong yang sangat jujur, bibirnya merah tipis dan tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari gadis-gadis yang sedang berdiri disana bersamanya.

Disaat semua orang sibuk membicarakan seorang idola seperti Adam berada di halte bis, sebagian malah ada yang langsung berusaha mendekat, tapi gadis itu tetap berada di posisinya, tidak bergerak sedikitpun, Adam mendekat, berdiri tepat di sampingnya, gadis ini tetap tidak menyadari keributan yang ada di sekitarnya, karena ia ternyata menggunakan headset dan matanya tetap menatap jalan yang panas, seakan ada gelombang air yang tercampur minyak di hamparan aspal karena efek pantulan sinar matahari siang itu.

"Permisi,, permisi,, geser dong!!".

Gadis-gadis lain yang berada di halte itu, meminta Gadis yang sedari tadi tengah coba di dekati Adam untuk bergeser.

Tanpa pikir panjang dia berlalu dan pindah ke kursi halte berjalan mundur ke belakang, semua orang langsung mendekati Adam saat kesempatan itu ada, Adam yang tidak melepaskan pandangannya dari gadis itu terus berbalik ke belakang dan memandanginyayang terus sibuk mendengarkan musik dan sekarang Iabahkan mengeluarkan buku kecil dan membacanya sambil duduk karena bis yang ia tunggu tak juga kunjung tiba.

Namun Tak lama kemudian bis yang Ia tunggu akhirnya datang, dan gadis itupun segera naik, Adam terkejut ketika ternyata Ia menaiki bis yang sama dengannya, dia segera naik dan meninggalkan gadis-gadis yang berharap itu di halte, karena sebagian dari mereka tidak memiliki rute yang sama dengannya.

Itulah pertama kali Adam melihat Kinan yang pada akhirnya membuat Adam hampir setiap hari rela pulang-pergi sekolah menggunakan bis, melepaskan fasilitas mobilnya.

Dan satu tahun telah berlalu, Kinan tidak pernah mengetahui itu, bahkan Kinan tidak menyadari keberadaan Adam di sekitarnya selama ini.

Siguiente capítulo