webnovel

Siapa dia?

Spontan Luis menarik tangan Winda hingga dia terduduk di sampingnya. Winda sangat terkejut. "Kamu masih ingat syaratku kan?" kalimat Luis menagih janji.

Terlintas di benak Winda perjanjian yang telah mereka buat tadi. Winda tidak ada pilihan lagi. Dia mulai menyuapkan makanan masuk ke dalam mulut Luis.

"Satu lagi, panggil Aku Luis, tanpa embel-embel formal lainnya." ucap Luis tegas.

"Baiklah, ini hanya karena saya mematuhi janji yang telah kita buat, tapi jika di depan umum saya akan tetap formal dengan Anda, sebab ini merupakan attitude kerja saya."

Luis tersenyum puas.

***

Di apartemen Jesika, Ari terbangun dari tidurnya dan Jesika masih dalam pelukannya. Perlahan Ari menyingkirkan tubuh Jesika hendak melepaskan diri dari wanita seksi itu, tapi Jesika segera terbangun.

"Sayang, mau kemana?" tanya Jesika dengan suara manja.

"Pulang, nanti malam Aku kerja."

"Tidak bisakah kamu tinggal untuk beberapa waktu lagi?" ucap Jesika coba membujuk.

"Akhir-akhir ini begitu ramai pasien di departemen IGD, itu cukup membuatku lelah." kata Ari sambil memasang wajah lelah

"Tapi tidak cukup lelah dari apa yang kita kerjakan tadi kan?" Jesika menggoda.

"Kamu yang terhebat sayang." kata Ari sambil memegang dagu Jesika.

"Sayang ..." Jesika tersenyum bangga.

Seketika Jesika telah duduk di pangkuan Ari, dia tidak tahan melihat pesona dada bidang Ari. Jesika mulai mencumbu bibir Ari, Ari pun membalas dengan penuh gairah. Beberapa saat kemudian Ari mengisyaratkan untuk menghentikan ciuman itu.

Hubungan keduanya memang sudah memanas satu tahun terakhir ini. Mereka menjadi semakin dekat sejak kejadian setahun lepas.

Waktu itu tengah malam jesika pulang dari tempat hiburan malam bersama satu wanita dan dua pria, mereka pulang dalam keadaan mabuk dan di perjalanan pulang mereka mengalami kecelakaan. Teman-teman jesika kabur, hanya jesika yang ditemukan di lokasi kejadian dengan luka yang cukup parah. Kemudian Jesika dilarikan ke IGD Rumah Sakit Kencana Medika, saat itu perawat Ari sedang bertugas dan membantu perawatan Jesika.

Entah bagaimana sejak saat itu hubungan keduanya menjadi dekat. Jesika dan Ari sepakat untuk merahasiakan hubungan mereka dari orang lain, Ari sangat menyetujuinya sebab saat itu Ari sudah mempunyai hubungan kekasih yaitu Winda. Semua orang tahu hubungan Ari dengan Winda, hanya Jesika yang tidak mengetahuinnya sebab dia sering berada di luar negara untuk membantu bisnis orang tuanya dan memang kehidupan Jesika dan Ari sangat berbeda, Jesika dari lingkungan keluarga yang lumayan berada. Sedangkan Ari hanya dari kalangan menengah.

"Aku pergi sekarang ya?"

"Aku masih kangen kamu sayaaang ..." Jesika tidak rela berpisah.

"Sudah tengah hari aku harus kerja, adikku kemarin kirim pesan butuh uang, aku tidak bisa bersantai terlalu lama."

"Sssstttt ..." Jesika menempelkan jari telunjuknya di bibir Ari, "biar aku yang urus uang untuk adikmu, tapi...kamu tetap bersamaku sampai besok pagi." ucap Jesika merayu.

"Tapi adikku butuh uang banyak."

"Kamu tinggal bilang sama aku, nanti aku yang transfer."

"Ah, aku tidak enak sama kamu sayang."

"Nggak masalah buat aku, yang penting kita sama-sama happy" ucap Jesika sambil tersenyum.

"Baiklah jika kamu memaksa, makasih sayang" ucap Ari sambil memeluk Jesika, senyum liciknya pun terkembang.

Jesika kemudian segera mengambil ponsel membuka aplikasi mobile banking hendak mentransfer sejumlah uang ke rekening Ari tapi gagal, beberapa kali wanita itu mencoba dan hasilnya sama. Kemudian Jesika menghubungi salah satu nomor di ponselnya.

"Halo pak Agus, kenapa semua rekening saya dibekukan?" Jesika bertanya kepada orang kepercayaan papanya.

"Maaf nona muda, saya hanya menjalankan perintah Tuan."

"Apa alasan papa kali ini?" tanya Jesika ingin tahu.

"Tuan berkata, Nona muda pasti tahu apa yang di inginkan oleh Tuan saat nona tiba di Indonesia." jelas pak agus.

"Sial! Ok, bilang ke papa Jesika akan segera laksanakan misinya. Jadi segera aktifkan kembali rekening Jesika." ucap Jesika terpaksa menuruti keinginan papanya.

Jesika kembali mendekat ke Ari ...

"Sayang, Aku harus pergi. Ada sedikit urusan penting" Jesika berkata dengan berat hati.

"Apa yang terjadi?"

"Biasa tentang bisnis papa, aku harus buat kerja sedikit."

***

Di dalam sebuah pesawat yang sedang mengudara seseorang dengan pembawaan yang tenang tapi penuh dengan kewaspadaan tengah duduk di salah satu kursi penumpang kelas bisnis dan membaca sebuah dokumen berisi identitas seorang wanita dengan penampilan yang menarik, dia terus mengawasi dengan teliti.

"Apa pendapatmu tentang wanita ini?" tanyanya pada sekretaris Dian.

"Menurut saya wanita ini menarik, mungkin bisa cocok dengan Tuan muda." jawab sekretaris Dian.

"Tidak ada yang tahu hasilnya sebelum dicoba." ucapnya sambil tersenyum penuh makna.

***

Di rumah Luis ...

Winda berjalan mendekati Luis yang sedang duduk di sofa kamar sambil memeriksa beberapa dokumen penting, dia juga beberapa kali menerima panggilan penting dari rekan bisnisnya. Luis nampak sibuk karena sudah satu minggu tidak pergi ke kantor, sehingga semua kerjaan yang menumpuk dia kerjakan dari rumah. Luis terlihat lebih menarik saat sedang serius.

"Tuan Luis"

Luis langsung mengalihkan pandanganya ke Winda, tatapan tajamnya yang mengancam mengingatkan Winda akan sesuatu.

"Eemm, maaf maksud saya ...

Lu-is" ucap Winda ragu, dia merasa canggung.

"Kenapa?" Luis bertanya dengan senyuman yang menawan.

"Waktunya ka-kamu untuk terapi kaki dan latihan berjalan, minum obat kemudian istirahat." Winda belum terbiasa bicara tidak formal dengan Luis.

"Baiklah jika itu mau kamu" Luis meletakkan dokumen di atas meja dan mengulurkan tanganya minta bantuan untuk berdiri.

Winda mendekat dan merelakan bahunya menjadi sandaran Luis, "Bukan mauku, tapi ini perawatan medis untuk membantu kesembuhan kamu." Winda mengoreksi kata-kata Luis.

Sekali lagi Luis menghujani Winda dengan senyum menawan. Ini cukup membuat pipi Winda merona malu.

Satu jam kemudian latihan sudah selesai, Luis sudah minum obat dan sedang isrirahat di tempat tidurnya. "Dia memiliki wajah baby face saat tidur, imut banget hihihi." Winda merasa gemes.

Winda bersiap untuk pulang karena sudah jam tiga sore, dia menemui Niko untuk berpamitan sebab Luis sedang tidur.

"Biar saya antarkan nona." ucap Niko asisten Luis.

"Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri."

"Tidak nona, ini perintah Tuan Luis."

"Lebih baik kamu jaga Tuan Luis saja, dia lebih membutuhkanmu saat bangun nanti."

"Baiklah, biar saya antar sampai pintu."

Winda membalas dengan senyuman. Belum sampai Winda pergi, sebuah mobil BMW merah berhenti di depanya, untung Winda tidak tertabrak karena segera melangkah mundur.

Pengemudi mobil tersebut membukakan pintu penumpang, sebuah kaki putih mulus keluar dari mobil, seorang wanita seksi memakai dress ketat berwarna merah darah menampakkan tubuh yang indah , belahan dadanya terlihat karena bagian depan terbuka membentuk huruf V, rambutnya bergelombang bebas terurai dengan rapi, bibirnya yang merona dengan tahi lalat di sudut kiri atas bibirnya memamerkan senyuman sinisnya. Wanita tersebut melirik ke body mobilnya kemudian menatap Winda dari atas hingga bawah. Winda merasa tidak nyaman di tatap seperti itu.

"Untung mobilku tidak lecet, kalau tidak, kamu harus ganti rugi, mahal tau!" ucap wanita tersebut.

Wanita itu berlalu melewati Winda begitu saja berjalan mendekati Niko yang masih berdiri di depan pintu, wanita tadi berbalik melihat Winda lagi dengan tatapan merendahkan kemudian beralih ke Niko lagi dan mulai menanyakan sesuatu kepada Niko.

Ah, siapa wanita yang baru datang?

Apakah dia wanita yang sama?

Siguiente capítulo