Makan siang itu terasa istimewa karena untuk pertama kalinya setelah enam tahun mereka makan di meja yang sama. Junior tentu sangat senang karena kali ini ia bisa mengatakan kepada temannya bahwa inilah dadinya. Memiliki ayah cerdas adalah dambaan setiap anak dan junior beruntung memiliki ayah seperti ilham.
Ikatan darah memang lebih kuat dari apapun. Tapi ikatan batin yang sudah terjalin antara junior dan ilham membuat keduanya seperti dua sisi koin yang tidak bisa terpisahkan. Mereka bayangan yang melengkapi satu dan yang lain.
Sejak kedatangan ilham, meri justru merasa kini junior lebih menempel pada dadi nya daripada dirinya. Saat keluar dari restoran, meri hendak membayar dengan uang cash namun ilham lebih cepat mengeluarkan kartu miliknya.
"kau pintar dengan tidak mendaftarkan namamu di bank manapun. Tak heran aku kesulitan mencari cela" sindir ilham melirik ke arah dompet penuh uang cash di tangan meri.
"aku hanya berjaga-jaga" jawab meri.
"dari siapa? Aku?" ilham merasa sedikit kecewa saat tahu meri benar-benar bersembunyi dan tak ingin menemuinya dengan menutup segala akses data dirinya.
Tak di sangka pertemuan di penghujung keputusasaan membuatnya menemukan apa yang selama ini di carinya.
Terakhir kali ilham pergi ke zimbabwe untuk mencari meri. Selama satu bulan ia berputar-putar di benua itu untuk mencari petunjuk sekecil jarum tapi tak menemukan apa-apa. Ia kembali ke paris dan di hadapkan pada berkas proyek desa penyembuhan di turki. Hanya untuk merehatkan diri sejenak sambil menunggu kabar baru dari bawahannya, ia justru memperoleh hasil yang di luar dugaan.
Istrinya kini benar-benar ada di hadapannya.
"dari selainmu. Tapi sistem bukan manusia yang punya otak untuk memilih siapa yang boleh lewat. Nama ilham cukup pasaran jadi aku tidak bisa menggunakan namamu sebagai kata kunci agar kau lolos. Lagi pula adikmu itu lebih cerdas dari yang terlihat jadi aku harus menutup semuanya" jawab meri.
Hanya anggukan mengerti yang terlihat sebagai respon dari ilham. Junior menarik tangan ilham dengan segera.
"dadi, finalnya akan di mulai. Kita akan terlambat, kalian bisa berbicara setelah aku memenangkan lomba ini nanti" kata junior memotong pembicaraan pasangan yang baru bertemu itu.
Keduanya sepaham dengan perkataan junior dan segera menuju mobil yang di kendarai ilham. Dia menggunakan jasa sopir agar tidak kelelahan di perjalanan sekaligus bisa melihat kiri kanan dengan harapan menemukan meri di jalan. Tapi sekarang wanita itu duduk di sampingnya di dalam mobil yang sama.
Tak ada pembicaraan di dalam mobil kecuali junior yang dengan semangat mengatakan bahwa ia akan menang bersama dadinya.
"ibu, piala kali ini khusus untuk ibu. Dadi yang memberikannya"
"oke. Berusahalah untuk menang" jawab meri.
Di ruang lomba sudah ada dua mimbar. Ilham berdiri dengan gagah di samping junior yang terlihat sangat imut. Mereka terlihat mirip karena warna kulit dan bentuk rahang. Lesung pipi di wajah keduanya semakin membuat orang lain akan gagal memahami bahwa keduanya adalah ayah dan anak kandung.
Saat babak final di mulai, suara tepukan tangan bergemuruh menyambut pertanyaan pertama. Sesi pertama junior dan lawannya salung berebut menjawab, hasilnya junior menang dengan selisih lima puluh poin.
Meri yang menyaksikan itu sudah sangat yakin ilham pasti akan menambah selisih itu. Pertanyaan pada sesi kedua yang di perankan para ayah kebanyakan terkait sejarah dan seluk beluk negara turki. Keheranan muncul di wajah meri, bagaimana bisa pertanyaannya hanya berputar mengenai turki.
'lawannya adalah orang turki. Tentu saja mereka akan menang. Ilham pasti akan kalah' batin meri.
Yang tidak meri ketahui adalah walaupun ilham warga negara Indonesia, saat memutuskan membangun desa penyembuhan di istanbul, ia sudah lebih dulu mempelajari kebudayaan, iklim, sejarah, keyakinan, demografi hingga total penduduk di setiap daerah melekat dengan jelas di benaknya.
Baginya, tidak perlu keliling dunia hanya untuk tahu mengenai negara itu. Zaman sudah terlalu canggih jika seseorang berpikir hanya karena ia tidak tinggal di daerah itu maka ia tidak akan tahu apa-apa.
Kelemahan ilham hanya satu, ia bukan pencinta kuliner seperti andre. Karena itu ia juga tidak tahu memasak atau mengetahui makanan khas daerah yang ia datango. Ia tidak tertarik sama sekali. Tapi bagaimana seseorang bisa menang jika hanya menjawab satu pertanyaan itu dan sembilan pertanyaan lain di jawab oleh ilham.
Selisih yang awalnya hanya lima puluh kini berubah menjadi selisih 460 poin. Selisih yang sangat jauh dan cukup telak dan memalukan bagi lawan ilham.
Tak perduli anak itu jenius dan otak ayahnya jenius. Ilham tetap di atas mereka.
Di bangku penonton, meri tercengang merasa tak percaya dengan selisih skor yang ia lihat di papan skor. Putra dan suaminya kini benar-benar mengerikan bagi lawan-lawannya.
"kita pulang?" tanya ilham saat lomba sudah selesai dengan kemenangannya dan junior.
"pulang? Kemana?" tanya meri memastikan. Ia tidak mungkin pulang ke paris untuk saat ini. Ia benar-benar masih ingin bersembunyi agar andre tak mengganggunya.
"ke rumahmu. Aku tidak memiliki rumah di sini. Jadi nyonya, bisakah kau menampungku untuk seminggu di sini?" ilham bercanda dengan mendongkan wajahnya ke wajah meri hingga dahi mereka hanya berjarak dua centi.
Jika saja bukan karena kain tipis penutup di wajahnya, orang lain akan sangat jelas melihat betapa merah wajah meri saat ini.
" Ahem.." junior mengganggu keduanya. "dadi bisa tidur di kamarku" lanjut junior membuat baik meri atau ilham membelalakkan matanya menatap anak kecil itu.
"kamarmu?" tanya keduanya bersamaan.
Junior menggaruk hidungnya yang tidak gatal "Mmm, aku rindu dengan dadi. Jadi dia akan tidur di kamarku. Bolehkan bu?" junior memohon kepada meri dengan memeluk pinggul ibunya.
Ilham dengan jelas menangkap maksud dari perbuatan anaknya itu. Dia tahu junior menamgatakan itu karena takut meri akan menolak. Karena itu ia berbohong meminta ilham tidur di kamarnya hanya agar dadinya bisa masuk dan tinggal lebih lama.
Tebakan ilham adalah selama ini meri tidak membiarkan lelaki manapun masuk dan tinggal di rumahnya. Karena itu junior berusaha memberinya peluang. Gerakan menggaruk hidung dari sisi psikologis menandakan bahwa orang tersebut sedang berbohong.
Junior bisa mengendalikan gesturnya agar tak ketahuan, tapi ia dengan sengaja menggaruk hidungnya agar ilham mengerti dan tidak menolak idenya.
'anak pintar. Tapi biarpun kau tidak melakukan itu, dadi mu ini akan tetap masuk dan tinggal bersamamu. Ibumu juga tidak akan menolak' batin ilham dengan senyum tipis di bibirnya.
"tentu. Apa saja yang putra ibu inginkan" jawab meri singkat. Dalam hati ia juga merasa lega junior memberinya solusi.
Sejak keluar dari gedung acara lomba cerdas cermat, meri sangat bingung harus mengatakan apa kepada ilham mengenai tempat ia menginap. Tidur di kamar yang sama di pertemuan pertama ini akan membuatnya canggung. Tapi berpisah rumah membuatnya sedikit kecewa. Untungnya ia memiliki anak jenius si pembaca pikiran.
Tebakan meri saat ini adalah junior membaca raut wajah, gestur serta nada suaranya saat menanyakan akan pulang kemana. Karena itu anaknya tahu bahwa ia sangat canggung untuk tidur bersama dadinya. Hal yang ia lupakan adalah bahwa guru junior dalam membaca gestur itu ada di hadapannya. Ilham sangat jelas mengetahuinya. Karena itu ia cukup percaya diri bahwa meri tak menolak ide junior. Dan itulah yang terjadi.
Ketiganya kini sudah berada di halaman rumah tempat meri tinggal. Rumah itu sangat sederhana karena hanya merupakan bangunan satu lantai dengan dua kamar. Ruang tamu dan ruang keluarga tidaklah terlihat luas namun cukup nyaman. Hanya bagian dapur dan meja makan yang terkesan luas dan mewah.
Meri hanya tinggal berdua dengan junior dan tak ingin ada orang lain, karena itu hanya ada dua kamar. Kesibukannya di luar rumah membuatnya jarang kedatangan tamu dan masuk ke dalam rumah. Tamu pria hanya akan duduk di teras rumah karena itu baik ruang tamu atau ruang keluarga tidak di buat luas.
Sementara meja makan dan dapur terkesan mewah karena hanya di situlah meri merasa menghabiskan waktu lebih banyak bersama junior. Selain itu, meri juga sering mengundang keluarga angkat junior untuk makan malam dan tentu saja reni akan membantunya di dapur. Yang terpenting adalah meri tidak menginginkan rumah luas karena terlalu hampa baginya tanpa ilham. Tapi itu dulu, saat ini pria itu sudah duduk santai di ruang keluarga sambil merangkul junior.
"hei jagoan. Katakan pada dadi, siapa itu uncle fuad?" yanya ilham saat melihat meri sibuk di dapur dan ia bisa berbicara bebas bersama junior.
Sejak mendengar nama itu di sebut perasaannya sedikit terganggu, di tambah saat meri dengan cepat memotong pembicaraan junior. Sikap canggungnya membuat ilham yakin hubungan meri dan fuad bukan hanya sekedar rekan kerja biasa.
"dia teman ibu dan juga temanku" jawab junior singkat.
Ilham menurunkan alisnya mencoba mencari tahu maksud dari kata temanku yang di ucapkan junior. "tunggu dulu, bukankah junior pernah berjanji untuk tidak membiarkan pria lain menjadi teman ibumu? Dan bukankah dadi masih temanmu?" tanya ilham
"dadi, cemburumu sangat jelas terlihat" junior mengisyaratkan jari telunjuknya memutasi pola wajah ilham. "dia bukan teman seperti dadi. Dia selalu baik pada ibu, karena itu aku menganggap dia temanku. Tapi dadi, uncle fuad sangat menyukai ibu hingga rela mengantar dan menjemput ibu setiap kali ibu berada di luar rumah saat malam hari. Dia mengantar ibu dinas malam dan mengantar ibu pulang dari dinas siang. Dia sangat berusaha untuk dekat dengan ibu. Tapi.. "junior berhenti sejenak untuk memastikan ketertarikan dadinya dengan topik yangvia bahas.
" tapi apa?" tanya ilham tidak sabar.
"ibu sama sekali tidak menyukainya lebih dari sekedar teman. Aku merasa kasihan pada uncle fuad karena perjuangan kerasnya tidak akan pernah membuahkan hasil" ujar junior memasang wajah iba dan suara yang di buat sesedih mungkin.
"berhenti menggoda dadi" ilham tentu tahu putranya itu saat ini mengerjainya dengan bumbu kecemburuan. "ibumu itu hanya akan menjadi teman wanita dadi mu ini. Dan ia hanya mau bersama dadi. Bukankah terlihat sangat jelas" ilham mengatakan hal itu dengan rasa bangga dan keangkuhan.
"ckckck... Percaya diri dapat melemahkan seseorang" ujar junior mengingat perkataan ibunya.