Pertarungan dengan setan besar itu terjadi di Kota Chaonan yang ada di dekat Sungai Muddy.
Pertarungan itu berlangsung sejak petang hingga keesokan paginya. Pihak Kerajaan pun telah terlebih dahulu mengirimkan Magic Guards untuk mengosongkan area di sekitar tempat itu, sehingga para penduduk di Kota Chaonan tidak bisa menyaksikan apa yang terjadi. Mereka hanya bisa melihat puluhan kilatan cahaya pedang yang terus menerus terpancar di langit malam itu dan keesokan harinya, bekas darah yang ada di bebatuan di seberang sungai masih terlihat dengan begitu jelas.
Setan besar yang bersembunyi di bagian terdalam dari Sungai Muddy telah terluka parah dan mati dengan diam - diam, atau mungkin telah berhasil melarikan diri, namun apapun hasilnya, mereka seharusnya tidak akan keluar untuk mencelakai orang - orang lagi.
Pembasmian setan yang dilakukan oleh Puncak Liangwang berhasil dengan sangat baik, namun, tidak ada yang menyangka, bahwa akan ada kecelakaan yang terjadi di akhir perjalanan mereka.
Liu Shisui mengalami luka parah. Ia tidak sadarkan diri, hingga ia dibawa kembali ke Green Mountains.
"Di perjalanan pulang ke Green Mountains, banyak murid yang melihat bercak kemerah - merahan yang ada di seluruh tubuhnya dan suhu tubuhnya sangat tinggi. Kabarnya, kepingan salju yang mendarat di wajahnya, bahkan tidak sempat meleleh dan seketika itu juga berubah menjadi uap putih."
Ia memandang ke arah Jing Jiu dan Gu Qing, lalu berkata, setelah sempat meragu, "Aku khawatir... ini kelihatannya tidak seperti luka, namun justru lebih mirip racun."
Biasanya, kali pertama murid - murid muda itu pergi keluar dengan Puncak Liangwang untuk membasmi setan, mereka hanya diharapkan untuk mendapatkan pengalaman. Ketika pertarungan itu menjadi semakin sengit dan berbahaya, mereka akan dilindungi di belakang Kakak - kakak mereka yang memiliki level Kultivasi yang lebih tinggi. Murid - murid muda yang tidak berpengalaman ini hanya diizinkan bertarung, ketika keadaannya telah aman untuk mereka melakukan pertarungan tersebut.
Puncak Liangwang bertindak sangat ketat terhadap murid - muridnya, mereka menekankan penggunaan pedang yang hati - hati, melalui latihan yang terus menerus dan mereka tidak gegebah untuk ikut bertarung. Terlebih lagi, Liu Shisui adalah murid dengan kualitas Dao alami, yang tentunya mendapat perhatian khusus dari sekte.
Jing Jiu mendengarkan apa yang diucapkan oleh Gu Qing dengan seksama, namun ia tidak setuju dengan penilaian Gu Qing.
Para praktisi Kultivasi sangat memperhatikan keadaan tubuh mereka, dengan sumber energi yang terus disuplai oleh Dao Seed mereka. Racun - racun pada umumnya tidak akan bisa mencelakai mereka.
Liu Shisui seharusnya sangat dilindungi oleh Puncak Liangwang. Dengan anggapan, bahwa Jing Jiu tidak membuat kesalahan, ini mungkin hanyalah bagian awal dari cerita itu.
"Bagaimana situasinya sekarang?" tanya Zhao Layue.
"Para senior master dari Puncak Shiyue sedang sibuk berusaha untuk menemukan sumber lukanya dan elder Bai Rujing sangat marah."
Gu Qing lalu berkata, "Pemimpin grupnya yang bernama Kakak Jian, telah dikirim ke ruangan batu oleh Puncak Shangde sebagai hukumannya. Ia akan tetap berada di sana sebagai bentuk penyesalannya selama setengah tahun."
Kakak Jian yang disebutkan oleh Gu Qing adalah Jian Ruyun, Kakak Keempat di Puncak Liangwang. Ia berasal dari Puncak Yunxing dan merupakan seorang pria yang memperoleh pencapaian besar dalam kultivasi pedangnya dan sangat dihormati oleh rekan - rekannya.
Zhao Layue merasa ada sesuatu yang salah. Jian Ruyun dihukum dengan begitu berat, bahkan sebelum sumber dari luka Liu Shisui ditemukan. Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa dibenarkan? Bukankah mereka khawatir kalau perlakuan mereka terhadap Jian Ruyun akan menimbulkan perselisihan dan ketidakpuasan? Belum lagi, dengan mereka melakukan hal tersebut, bukankah itu justru membuat murid - murid yang lainnya membenci Liu Shisui.
Jing Jiu lalu berjalan ke pinggir lereng dan memandang puncak - puncak gunung yang ada di balik angin dan salju, dengan tetap berdiam diri.
Zhao Layue kemudian bertanya dari belakangnya, "Kapan kamu akan pergi?"
Ia bertanya tentang kapan Jing Jiu akan pergi untuk mendatangi Liu Shisui yang ada di Puncak Tianguang.
"Aku tidak akan pergi." ujar Jing Jiu setelah beberapa saat terdiam.
Gu Qing terkejut mendengarnya dan Zhao Layue kembali bertanya, "Mengapa?"
"Ini adalah pilihannya." ujar Jing Jiu.
Gu Qing tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Jing Jiu.
Namun, Zhao Layue dapat merasakan sesuatu walau samar.
Ia tahu, bahwa Jing Jiu bukanlah orang yang berdarah dingin, ataupun orang yang ingin untuk hidup menyendiri.
Hanya ada mereka berdua yang berada di lereng gunung itu setelah Gu Qing pergi.
"Apa sebenarnya kecurigaanmu itu?" tanya Zhao Layue.
"Itu hanyalah hal yang tidak penting."
Jing Jiu tiba - tiba merasa bosan ketika ia melihat puncak - puncak gunung yang ada di balik angin dan salju itu dan ia kemudian berkata, "Aku ingin berjalan - jalan."
Zhao Layue kembali bertanya dari belakangnya, "Kemana kamu akan pergi? Kota Chaonan?"
"Tidak, hanya berjalan - jalan di sekitar sini." jawab Jing Jiu.
Zhao Layue pun lalu berkata, "Kamu bukan murid dari Puncak Liangwang, jadi, kamu tidak bisa pergi keluar dari gunung sesuka hatimu."
"Aku pergi untuk membunuh para iblis dan membasmi setan - setan yang ada di luar sana... itu alasan yang sudah cukup baik, iya... walaupun aku belum pernah melakukannya sebelumnya." ujar Jing Jiu.
"Aku sudah berulang kali melakukan hal itu." ucap Zhao Layue.
Ia sudah sering kali memimpin murid - murid internal itu berpatroli di wilayah sekitar Green Mountains, ketika ia masih berada di Pine Pavilion Selatan.
Namun, arti yang tersembunyi dari kata - katanya itu adalah ia ingin ikut pergi bersamanya.
Jing Jiu lalu berpaling untuk menatap wajahnya, tetap tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Jangan berpikir terlalu berlebihan. Aku hanya ingin mengurus beberapa hal dan kebetulan, kita berada di jalan yang sama." ujar Zhao Layue.
"Latihan Kultivasi pedangmu sedang berada dalam periode yang penting. Dan sekarang, bukan saatnya untuk mengalihkan perhatianmu pada hal - hal yang lain." ujar Jing Jiu.
Zhao Layue pun berkata, "Aku telah mencapai level itu tadi malam."
Jing Jiu lalu memeriksa Zhao Layue dengan Piercing Discernment nya dan ia mendapati, bahwa gadis ini memang telah mencapai level Undefeated dan ia tentu saja terkejut melihatnya.
Setelah mencapai level Undefeated, Inti Pedang akan bertambah dengan sangat pesat dan mengendarai pedang pun akan dapat dilakukan semudah menjentikkan jari, yang membuat orang - orang yang telah mencapai level Undefeated bisa disebut sebagai Sword Immortal. Ini merupakan pembatas yang sangat penting bagi para murid di Green Mountains.
Namun, bagi Zhao Layue, hal ini sangatlah mudah, semudah ia memakan beberapa buah - buahan tadi malam.
"Kamu benar - benar terlahir dengan kualitas Dao yang alami. Aku kira, kamu mungkin akan memerlukan waktu dua tahun untuk bisa mencapainya dan hasil yang kamu raih ini benar - benar diluar dugaan." ujar Jing Jiu yang tersenyum padanya. "Keputusanku memang tepat. Teknik pedang ini sangat cocok untukmu."
Maksud dari perkataannya barusan, tentunya mengenai teknik pedang Sembilan Kematian yang ditinggalkan oleh Immortal Jing Yang.
Tidak peduli seberbakat apapun dirinya, Zhao Layue tidak akan bisa mencapai level Undefeated dalam waktu sesingkat ini, jika ia tidak memiliki teknik pedang yang sesungguhnya yang sangat cocok untuknya.
"Menurutmu, apakah teknik pedang itu lebih cocok untukku dibandingkan untukmu?" tanya Zhao Layue sambil menatap mata Jing Jiu dan dengan terang - terangan mencoba untuk mengenalnya lebih dalam lagi.
"Iya, karena aku tidak menyukai teknik pedang Sembilan Kematian itu."
Ucapnya dengan begitu tenang dan santainya.
Setelah terdiam untuk beberapa saat, ia kembali berkata, "Namun, ada seseorang yang menyukainya."
...
...
Di tengah malamnya, Jing Jiu menuruni gunung itu dengan menembus hembusan angin yang membawa serta salju yang terus berguguran.
Ia tidak pergi ke Puncak Tianguang untuk mengunjungi Liu Shisui.
Jika ia memang menginginkannya, tidak akan ada seorangpun yang bisa menghentikannya, karena ia adalah Senior Master dari Puncak Shenmo, yang satu generasi lebih tinggi dari para murid generasi ketiga itu, yang dipimpin oleh Guo Nanshan sebagai principal disciple nya.
Tempat yang ia datangi adalah Puncak Bihu.
Formasi Pedang di Puncak Bihu masih belum bisa mendeteksi kehadirannya. Ia berjalan menapaki jalannya ke puncak gunung dengan santai dan ia lalu berdiri di pinggir danau biru itu sesampainya ia di sana.
Kepingan - kepingan salju terus turun dari langit malam itu, yang kemudian menghilang ke dalam danau itu tanpa meninggalkan jejak.
Ia berdiri dengan tenang di pinggir danau itu untuk waktu yang lama dan angin serta salju pun akhirnya mulai mereda. Tiba - tiba, ada beberapa kilatan petir yang muncul di langit malam itu.
Kali ini, ia tidak berusaha untuk menyembunyikan pergerakannya saat ia berjalan melintasi permukaan danau tersebut.
Petir itu pun lalu menyambar ke bawah. Sedangkan Jing Jiu meluncur di atas permukaan danau dengan pakaian putihnya yang terus berkibar, yang membuatnya terlihat seperti seorang immortal fairy.
Guntur di musim dingin pun menggelegar. Kucing - kucing liar yang ada di pulau itu tidak lagi bisa ditemukan.
Petir itu jatuh ke bagian terdalam dari istana yang ada di sana, yang kemudian ditelan oleh Thunder - Soul Wood sebagai nutrisinya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Istana itu tampak begitu hening dan aneh.
Kucing putih itu masih terus berbaring di pinggir jendela, dengan mata yang menyipit dan bulunya yang panjang menjuntai ke bawah, yang membuatnya terlihat lelah.
Dari penampilannya yang terlihat polos, siapa yang bisa menduga, bahwa ia adalah White Ghost yang paling jahat dan kejam dari empat Principal Guards di Green Mountains?!
Jing Jiu pun lalu duduk di pinggir jendela itu dan kemudian meletakkan tangan kanannya di badan kucing putih itu dan mulai mengelusnya dari kepala hingga ekor, dengan gerakan yang sudah sangat ahli, seakan ia telah melakukan hal yang sama selama ratusan tahun.
Tubuh kucing putih itu pada mulanya tampak tegang, namun perlahan menjadi semakin lembut, seakan - akan, ia telah pasrah menerima takdirnya.
"Baik kamu ataupun Zhao Layue, kalian berdua tidak suka jika kepala kalian diusap, hanya Shisui yang menyukainya."
Jing Jiu terus membelai lembut kepala kucing putih itu dan ia kemudian berkata setelah beberapa saat terdiam, "Ya, mungkin ia juga tidak menyukainya, namun ia tidak tahu bagaimana caranya agar ia bisa menolakku."
Kucing putih itu tetap tidak menanggapi ucapan Jing Jiu.
"Shisui adalah seorang anak laki - laki yang kutemui kali ini. Beberapa hari yang lalu ia pergi ke Sungai Muddy untuk menaklukkan setan, namun terjadi suatu masalah saat ia di sana."
Jing Jiu terus bicara pada dirinya sendiri, "Anak - anak dari Puncak Liangwang itu berpikir, bahwa mereka telah mempersiapkan diri dengan penuh kehati - hatian dan dengan cerdas, yang membuat mereka berpikir, bahwa mereka pasti akan berhasil. Namun, mereka masih terlalu muda dan naif. Seperti yang kamu dan aku tahu, kejadian serupa pernah terjadi beberapa ratus tahun yang lalu."
Kucing putih itu pun teringat akan kejadian yang dibicarakan oleh Jing Jiu dan tatapan matanya menjadi sedikit lebih dingin.