webnovel

Kultivasi

Editor: Wave Literature

Setelah melakukan 1.500 lemparan, tubuh Xue Ying bermandikan keringat. Lengan kanannya seperti mati rasa saat ia mencoba untuk menggerakkannya. Tanpa semangat, ia tak akan bisa menyelesaikan 1500 lemparan itu.

"Air," pinta Xue Ying dengan suara serak.

"Ini, Master." Pelayan yang berdiri di samping arena tadi hanya tercengang melihat latihan keras yang dijalani bocah itu. Ia segera memberi Xue Ying air.

Xue Ying mengambil cangkir besar itu dengan tangan kirinya dan menghabiskannya dalam sekali tegukan.

Tak lama kemudian, ia kembali berlatih Teknik Tiga Tahap Pembakaran.

Saat ia mencoba menggunakan teknik Dou Qi, seluruh otot dan tulang tubuhnya mulai terasa gatal, terutama di bagian lengan dan tangan kanannya. Ia bisa merasa bahwa kekuatan misterius Heaven dan Earth mengalir ke dalam lengan dan tangan kanannya secara terus menerus. Semakin lelah tubuhnya, maka semakin efektif kultivasi Dou Qi yang dilakukan. Sebenarnya, tubuhnya tidak harus benar-benar merasa kelelahan. Namun, Xue Ying berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Jika berlatih sekeras Xue Ying, tubuh orang biasa mungkin akan hancur setelah berlatih selama sepuluh hari. Namun, Xue Ying cukup beruntung karena ia bisa mandi dengan obat-obatan mahal setiap harinya! Setahun kemudian, banyak keluarga bangsawan yang akan bangkrut!

Setelah menyelesaikan latihan rutinnya sebanyak tiga kali, kemampuannya untuk menyerap kekuatan Heaven dan Earth jauh berkurang. Ia pun memutuskan untuk berhenti. Xue Ying merasa bahwa lengan kirinya sudah pulih, namun lengan kanannya masih sedikit sakit.

"Mulai gunakan tombak dengan tangan kiri."

"Kemarilah," kata Xue Ying sambil menatap boneka target itu dengan mata berkilau. Ia memegang tombak itu dengan tangan kirinya dan menggunakan tangan kanannya sebagai penopang. Ia melemparkan tombak itu dengan ganasnya.

"Tong San, kau sudah menemukan Xue Ying?"

"Belum."

Zong Ling dan Tong San terlihat kebingungan. Sekarang sudah hampir jam makan siang, dan mereka berdua tidak tahu keberadaan Xue Ying. Semenjak pasangan Dong Bo ditangkap, Zong Ling dan Tong San semakin mengkhawatirkan bocah itu.

"Di mana Tuan Muda?" tanya Zong Ling dan Tong San kepada salah satu pelayanan perempuan.

Pelayan itu lekas menjawabnya, "Tuan Muda masih berada di tempat latihan sejak tadi pagi."

"Sekarang sudah hampir siang, dan dia masih di sana?" tanya Tong San dengan heran. "Xue Ying biasanya berlatih dua sampai empat jam setiap pagi, tapi ini sudah hampir enam jam!"

Tanpa berkata apa pun, Zong Ling bergegas pergi menuju tempat latihan.

Ketika mereka semakin mendekati tempat latihan itu, mereka mendengar suara benturan keras terus-menerus. Zong Ling dan Tong San hanya bisa saling melirik sebelum membuka pintu di tempat latihan itu.

"Ini…" Mereka berdua tercengang melihat bocah itu di depan mereka.

Anak muda yang hampir seluruh tubuhnya memerah itu memegang tombak, melemparkan, dan menghujamkannya secara terus menerus ke arah boneka alkimia itu.

Ia mengerahkan seluruh kekuatan dari pinggangnya dan menghujamkan tombak di genggamannya dengan penuh amarah.

Satu, dua, tiga kali. Masih menggunakan cara yang sama, tombak-tombak itu terus melesat melintasi langit biru yang luas dengan kekuatannya yang semakin meningkat. Dalam sekejap, lemparan tombaknya berhasil mengenai boneka target itu dengan kecepatan tinggi.

Kulit tubuh bocah itu memerah karena suhu tubuhnya meningkat.

"Dou Qi dan sirkulasi darahnya sudah sampai ke tingkat ini?" gumam Zong Ling.

"Xue Ying, apa kau gila?! Hentikan latihanmu dan istirahatlah!" teriak Tong San dengan cemas. Ia tidak pernah melihat Xue Ying seperti itu. Ia khawatir jika Xue Ying telah memaksakan dirinya dengan melebihi batas kemampuannya sendiri.

"Tunggu sebentar! Aku belum selesai," kata Xue Ying.

"Jangan khawatir, Xue Ying mandi obat setiap hari. Dia akan baik-baik saja. Kurasa dia hanya perlu mengeluarkan semua amarahnya." Zong Ling prihatin melihat keadaan Xue Ying. Bukan karena berlatih secara habis-habisan, tetapi karena Xue Ying mungkin tenggelam dalam kesengsaraan. Lagipula, tubuhnya akan pulih dengan sendirinya saat dia mandi obat. Ia telah mengenal Xue Ying semenjak Xue Ying masih bayi, dan ia tidak ingin bocah itu menjadi orang sinting.

Xue Ying menoleh dan melihat kedua pamannya, lalu ia tersenyum, "Paman Zong, Paman Tong, jangan mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja." Ia melakukan ini bukan hanya untuk melepaskan amarahnya. Ia melakukan latihan ini setelah membaca buku rahasia mengenai keahlian menombak para Ksatria Transenden. Sejak semalam, ia sudah merencanakan latihan ini setelah membaca penjelasan mengenai Tombak Dark Ice.

Sebuah buku rahasia tidak bisa membuatmu menjadi seorang Transenden begitu saja. Untuk bisa menjadi seorang Transenden, kau harus berlatih dengan keras.

Sekali lagi, Xue Ying melakukan teknik Dou Qi sebanyak dua kali sebelum mengakhiri latihan paginya.

Setelah makan siang, Xue Ying bermain dengan adiknya sebentar, lalu ia pergi untuk latihan lagi.

"Ya!"

Ia mengerahkan semua kekuatannya di kedua tangannya dan melemparkan tombak itu jauh ke depan. Ia menggunakan seluruh kekuatan tubuhnya melalui kedua tangannya untuk meningkatkan kecepatan lemparan tombaknya.

Lemparan tombaknya berhasil mendarat di wajah, leher, dan dada boneka target itu.

Itu adalah bagian keempat dari latihan menombaknya, yaitu Tusukan Ganda.

---

Setelah selesai melakukan 2000 kali Tusukan Ganda, sudah saatnya bagi Xue Ying untuk melatih Dou Qinya.

"Tembakkan anak panahnya!" perintah Xue Ying.

"Baik, Tuan Muda," Dari jarak sepuluh meter, sepuluh pelayan itu masih ragu untuk menembakkan anak panah itu, meskipun ujungnya tidak lancip. Dulu, ayahnya selalu menemaninya saat latihan, tapi sekarang ia ingin langsung mencoba menghalau anak panah itu sendiri. Jika ia tidak mampu menghalaunya dan justru terkena panah itu, panah itu tetap akan melukainya meskipun ujungnya tidak lancip. Anak panah tersebut mungkin bisa menembus kulitnya hingga berdarah.

Seluruh pelayan yang berdiri di pinggir arena benar-benar merasa khawatir.

"Cepat, lakukan apa yang aku katakan!" perintah Xue Ying sekali lagi. Para pelayan itu harus mematuhinya.

Shuuush!

Satu anak panah ditembakkan, dan Xue Ying menggunakan tombaknya untuk menghalau anak panah itu.

Satu anak panah ditembakkan lagi.

Meskipun ditembakkan dari jarak sepuluh meter oleh para pelayan yang tidak terlatih, anak-anak panah itu tetap melesat dengan cukup cepat. Xue Ying tampak sudah menguasai teknik menghalau, menebas, dan menghindari anak panah dengan baik.

Namun, Xue Ying terlihat sedikit kesulitan untuk menghalau dua anak panah yang ditembakkan secara bersamaan. Dari sepuluh anak panak, tiga hingga empat anak panah berhasil mengenai tubuhnya. Tubuhnya dipenuhi luka dan lebam, namun luka-luka kecil seperti itu tidak akan menghentikannya.

---

Teknik Soul Spear merupakan asal mula 10.000 teknik menombak dan bisa disebut sebagai dasar dari semua teknik menombak di jaman dinasti Xia. Jika seseorang hanya mempraktikan gerakannya saja, maka dibilang bahwa kemampuannyamasih dangkal. Seseorang harus mempraktikkannya secara terus-menerus agar ia menyadari bahwa gerakan-gerakan sederhana pun tetap memiliki kekuatan yang luar biasa.

Ada enam tahap yang harus dijalani Xue Ying dalam latihan menombak: Menghujam dengan tangan kiri, menghujam dengan tangan kanan, tusukan ganda, menghalau, dan serangan bebas. Di antara semua tahap itu, ia menggunakan Dou Qi-nya untuk menghilangkan rasa sakit di tubuhnya. Kalau tidak, dia tidak akan bisa menjalani latihan seketat itu.

Ia berlatih selama dua belas setiap harinya!

Setelah selesai berlatih, ia segera pergi untuk mandi dengan obat-obatan. Tubuhnya terasa hampir roboh, namun ia langsung merasa lega saat ia menenggelamkan tubuhnya di bak mandi. Ini membuat kekuatan bertarungnya semakin meningkat. Tubuhnya, khususnya lengan dan telapak tangannya, nampak lebih berotot. Tulang-tulangnya terasa lebih keras setelah rusak dan diperbaiki secara terus menerus.

Saat malam tiba, Xue Ying makan malam dan bermain dengan adik laki-lakinya. Ia baru bisa tertidur setelah membaca beberapa buku.

Xue Ying terlihat sangat kelelahan, namun ia merasa kelelahan yang sama seperti orang biasa yang bekerja sepanjang hari. Jika dilakukan secara rutin, latihan seperti itu menjadi rutinitas baginya. Ia juga merasakan bahwa kemampuan menombaknya sudah mulai meningkat, sehingga rasa lelahnya digantikan dengan kegembiraan.

Bahkan Xue Ying selalu tersenyum selama latihan. Terkadang, ia berhenti sejenak dan berpikir, namun jelas bahwa ia tenggelam dalam pikirannya tentang teknik-teknik menombak itu, bukan melamun. Karena ia terus menggunakan tombak, kemampuannya dalam menggunakan tombak berkembang dengan pesat.

---

Di musim dingin dua tahun kemudian.

Salju turun dengan lebat.

Seorang pemuda yang terlihat tampan dan gagah sedang berlatih menggunakan tombak hitam panjang dengan seorang pelayan yang menggunakan perisai. Perisai itu ditutupi dengan lapisan kulit hewan yang tebal dan juga kapas. Mungkin terlihat sedikit konyol, namun tanpa perlindungan ekstra itu, tidak ada seorang pelayan pun yang bisa menahan serangannya.

Pelayan itu terus menghalau serangan pemuda itu ke kiri dan ke kanan, namun tiba-tiba Xue Ying menghujamkan tombaknya. Tombak itu berputar dan melesat seperti seekor naga, hingga menghasilkan suara desisan. Dalam sekejap saja, tombak itu berhasil menghujam perisai dari kulit hewan itu, hingga membuat pelayan itu bergetar. Hujaman tombak itu terbilang cukup kuat, namun jika menebas menggunakan tombak itu, maka kekuatannya akan lebih dahsyat.

"Tuanku, walau mencoba sekeras apa pun, aku tetap tidak bisa menghalaunya…" Pelayan yang gagah itu pergi meninggalkan Xue Ying.

"Siapa pun yang berhasil menghalaunya sekali saja akan mendapatkan satu koin perak dariku. Jadi, kalian semua, berlatihlah dengan sungguh-sungguh," kata Xue Ying. Para pelayan yang berdiri di samping arena merasa sedikit iri. Satu koin perak setara dengan gaji mereka selama satu bulan. Beberapa hari yang lalu, beberapa pelayan berhasil menghalau serangannya. Xue Ying sudah menghabiskan ratusan koin perak. Namun sekarang, tak ada satu pun yang bisa mendapatkan satu koin perak.

"Aku tidak mengalami perkembangan sama sekali akhir-akhir ini. Kurasa aku sudah mencapai batasku," kata Xue Ying pada dirinya sendiri. "Menurut buku Ksatria Transenden itu, aku harus berlatih 'menyembunyikan kekuatanku'?"

Pada dasarnya, seseorang harus bisa mengeluarkan dan menyembunyikan kekuatannya.

Tiba-tiba…

"Tuan Muda, Tuan Muda. Berita buruk, berita buruk…." Seorang pelayan perempuan tergesa-gesa memasuki arena latihan sambil berteriak-teriak.

Xue Ying menyadari bahwa ada hal yang tidak beres. "Ada apa?"

"Tuan Zong Ling. Beliau terluka parah," kata pelayan itu, "Ada darah di mana-mana."

"Paman Zong!"

Xue Ying sangat khawatir. Zong Ling telah menjaga wilayah ini selama dua tahun, sehingga Xue Ying bisa berlatih tanpa ada gangguan sama sekali. "Di mana pamanku sekarang?"

"Tuan Zong ada di rumahnya. Tuan Tong juga sudah ada di sana," Pelayan itu cepat-cepat menjawab.

Xue Ying meletakkan tombaknya dan bergegas pergi ke rumah Zong Ling.

Siguiente capítulo