webnovel

Sobat Sejati

Editor: Wave Literature

"Jangan salah paham. Itu hanya seratus lima puluh ribu yuan. Meminjamkannya uang segitu tak akan membuatku bangkrut dan tak bisa mentraktirmu makan malam." Mei Xiawen tersenyum. Ia tak tahan untuk tidak menarik Gu Nianzhi ke pelukannya. Ia dengan sabar menjelaskan kepadanya. "Jangan khawatir. Aku kenal Ai Weinan semenjak SMP; kami cukup akrab dan keluarga kami juga saling mengenal."

"Siapa yang mengkhawatirkanmu?" Gu Nianzhi sadar tubuhnya seperti ditarik dan ia agak melawannya. Ia memiringkan kepalanya dan anting-anting emas putih bunganya terkena sinar matahari dan berkilauan memancarkan sinar pelangi yang indah dan secara singkat menyilaukan mata Mei Xiawen. Mei Xiawen mengangkat lengannya untuk menutupi silaunya, dan Gu Nianzhi mengambil kesempatan ini untuk mendorongnya menjauh dan dengan cepat melangkah ke dalam gedung asrama. Mei Xiawen tersenyum saat melihatnya dan hanya bisa menjauh saat ia melihat Gu Nianzhi memasuki gedung. Dalam perjalanan pulangnya, ia mendapat telepon lagi dari Ai Weinan.

"Class Rep, kau benar-benar teman sejati! Memilikimu sebagai sahabat dekatku, aku benar-benar tidak akan pernah menyesali ini selama hidupku!" Ai Weinan terdengar penuh perasaan saat mengatakan ini hingga suaranya terdengar bergetar.

Mei Xiawen tersenyum kembali. "Kita kan sobat, jadi tak perlu begini sopan."

"Ini bukan aku tumben-tumbenan jadi sopan. Tapi aku sedang berterimakasih kepadamu." Ai Weinan begitu bahagia. "Class Rep, kau sedang sibuk apa? Apa kau sudah mengikuti ujian kelulusan?"

"Tidak, kelulusan sebentar lagi, dan saat ini aku mau pulang ke rumah." Mei Xiawen memutar setir mobilnya ke arah keluar kampus dan kembali ke rumahnya. Ai Weinan mengobrol dengannya melalui telepon di sepanjang jalan itu. Mei menyebut ia akan mentraktir beberapa teman di Restoran Red Manor malam ini dan Ai Weinan sangat senang mendengarnya. "Class Rep! Aku sudah lama tidak makan di sana. Pastikan kamu makan yang banyak ya demi aku!"

"Hahaha, pasti." Mei Xiawen memasuki jalan tol. "Aku sedang menyetir, jadi nanti kita sambung lagi ya. Sampai nanti."

"Oke, bye Class Rep!" Di ujung sambungan telepon, Ai Weinan menutup telepon dan melihat rekening bank-nya bertambah seratus lima puluh ribu yuan dan ia merasa iri sekaligus gembira.

Teman sekamar Ai Weinan menyenggol bahunya dan bertanya karena kepo, "Ada apa? Mengapa kamu meringis-ringis sendiri seperti orang idiot. Kamu baru saja merengek ingin uang sekitar seratus ribu sekian yuan kemarin, dan sekarang sepertinya kamu sepenuhnya baik-baik saja."

"Tentu saja aku baik-baik saja. Aku meminjam uang." Ai Weinan menunjukkan ponselnya ke teman sekamarnya. "Ingat Class Rep tampan yang kuceritakan?"

"Ya, ya, yang orangnya sopan dan elegan, dan juga kaya raya. Ada apa dengannya?"

"Ia meminjamkan uangnya kepadaku. Aku hanya memintanya dan ia segera mentransfernya kepadaku."

Teman sekamar itu menjerit, "Benarkah?! Ia meminjamkanmu seratus sekian ribu tanpa jaminan?!"

"Seperti yang aku katakan tadi, memangnya jaminan apa? Kau pikir hubungan macam apa yang aku miliki dengannya? Kita teman sejati!" Ai Weinan tertawa keras.

"Bahkan sobat atau teman sejati atau apa pun, tidak akan mentransfer uang sebanyak itu kepadamu tanpa pertanyaan." Mata teman sekamar itu tiba-tiba terbuka lebar, dan ia meraih bahu Ai Weinan. "Kecuali... dia tertarik padamu!"

"Itu tidak mungkin!" Ai Weinan langsung berdiri, wajahnya memerah. "Kami... kami hanya teman yang sangat baik!"

Teman sekamar itu menyilangkan tangannya sambil menatapnya, ragu-ragu. Ai Weinan menundukkan kepalanya dan melihat bayangannya di cermin di hadapan mereka. Matanya berkilauan dan kulitnya terawat. Ia tampak lebih cantik daripada biasanya, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak membelai wajahnya dan bergumam, "Benarkah?"

Mungkinkah Class Rep menyukainya?

"Tentu saja. Weinan, sebagai seseorang yang berpengalaman, aku dapat memberitahumu bahwa tidak ada banyak pria di dunia ini yang akan mentransfer begitu banyak uang kepadamu tanpa menanyakan apa-apa. Kamu harus mendekatinya, semoga sukses!" Teman sekamar itu memberinya jempol.

Ai Weinan merasakan bibirnya melengkung membuat senyuman. "Aku yakin kau terlalu memikirkannya." Ia meletakkan ponselnya dan meraih tas Chanel-nya. "Benar, sekarang aku sudah meminjam uangnya, aku harus segera pulang."

"Bukankah itu di Kota C?"

Mereka kuliah di universitas Kota Z, dan perjalanan dari sana ke Kota C adalah tiga jam. Waktu perjalanan akan berkurang secara drastis menjadi hanya setengah jam jika naik kereta peluru.

"Yap, aku akan naik kereta cepat ke rumah dan kembali besoknya. Lindungi aku dan bantu aku jika mereka memeriksa kehadiran selama kursus umum di sore hari ya."

"Tidak masalah."

...

Malam itu, Mei Xiawen menjemput Gu Nianzhi dan teman-teman sekamarnya dengan sebuah SUV Chrysler, dan menuju ke Restoran Red Manor. Gu Nianzhi ada di kursi penumpang depan sementara Fang Wenxin, Cao Yunshan, dan Wang Junya duduk di belakang. Mei Xiawen juga membawa teman sekamarnya, Lei Qiangsheng. Semua orang memanggilnya Strongman karena ia sangat tinggi dan berotot. Mei Xiawen memarkir mobil dan menuntun mereka ke restoran.

Di dalam, seorang pelayan wanita membawa mereka ke ruang pribadi yang dipesan Mei Xiawen. Ruangan itu bergaya Eropa klasik dengan lampu-lampu lilin yang berkilauan yang diikat dalam satu bentangan tali sepanjang langit-langit kaca. Sebuah lukisan cat minyak seorang wanita telanjang dalam sebuah taman terpajang di salah satu dinding, dan lukisan Water Lilies milik Monet terpajang di sisi yang lain, menambahkan unsur kelembutan dalam ruangan tersebut. Beberapa sofa beludru berwarna sampanye ditempatkan di dekat dinding. Dan beberapa meja kecil yang sarat dengan asbak, tisu, dan hiasan tanaman sukulen kecil memenuhi ruang di antara mereka.

"Aku sudah memesan. Makanan Italia untuk enam orang." Tampak jelas bahwa Mei Xiawen sering mengunjungi tempat itu dan familier dengan makanan dan penataan ruangnya.

Mereka duduk mengitari sebuah meja makan bundar dan Strongman mulai menyanjung Green Tea Fang. "Green Tea, kamu memakai pakaian yang begitu cantik hari ini, dari mana asalnya?"

Green Tea Fang sedang memegang sebatang rokok dengan alat pemegang rokok berornamen di antara jari-jarinya yang ramping ketika dia dengan anggun menghembuskan asap rokok berbentuk cinicin dan memberi Strongman pandangan sekilas. "Strongman, aku akan memberitahu mereknya jika kau menghapus air liur dari wajahmu."

"Apakah aku ngiler?" Strongman buru-buru menyeka mulutnya dengan serbet dan menyadari bahwa Green Tea Fang hanya menggodanya. Strongman tidak peduli dan tertawa, lalu tetap terus memuji Green Tea. Aura kecantikan Fang Wenxin membuatnya menjadi dewi bagi sebagian besar mahasiswa laki-laki di Kelas Satu Fakultas Hukum. Mei Xiawen adalah salah satu dari sedikit lelaki yang bisa menolak pesonanya karena ia hanya menyukai Gu Nianzhi.

Mei Xiawen duduk di samping Gu Nianzhi dan dengan sabar mengatur letak alat makan untuknya. Secara diam-diam ia juga memberi tahunya urutan untuk menggunakannya, dan bahkan menuangkan segelas teh susu untuknya. Gu Nianzhi sebenarnya ingin minum kopi hitam, tetapi anggap saja ini cukup.

"Terima kasih, Class Rep." Gu Nianzhi duduk di samping Mei Xiawen; Little Temptress ada di sisinya yang lain. Little Temptress menyandarkan kepalanya di tangan yang ia letakkan di meja. Dia bertanya pada Mei Xiawen dengan lemah, "Class Rep, kapan makanan kita akan disajikan?" Aku sudah berpuasa sejak pagi untuk makan malam ini. "

"Little Temptress, aku punya beberapa kue, kamu mau?" Strongman berotot sebenarnya memiliki sisi lembut dan suka membawa makanan ringan. Tentu saja, ini juga salah satu triknya untuk merayu.

Nama panggilan Wang Junya adalah Little Temptress, dan ia pasti tidak akan tertipu oleh trik yang Strongman gunakan pada gadis-gadis muda. Ia tersenyum penuh pesona dan Strongman meleleh.

"Aku tidak mau kue. Aku ingin makan onion ring dan cumi goreng."

"Pelayan! Pelayan— Onion ring dan cumi goreng, kan?" Strongman melambaikan tangannya ke pelayan yang berdiri di seberang ruang makan mereka dan berteriak, "Satu pesanan onion ring dan cumi goreng! Ukuran besar!"

Mei Xiawen tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan kemudian beralih ke Gu Nianzhi. "Apa kamu juga mau itu? Sepertinya cukup enak."

"Aku? Bisakah aku memesan ikan dan kentang goreng saja?" Gu Nianzhi memiringkan kepalanya.

Makanan jalanan Inggris yang populer adalah kesukaannya. Ikan dan kentang itu digoreng dengan mentega dibalut adonan bir yang lezat, dan benar-benar lezat tiada tara ketika dipasangkan dengan saus tartar. Ini makanan sederhana, tetapi Gu Nianzhi cukup pemilih tentang makanannya.

Siguiente capítulo