webnovel

Pengalaman Kedua Mereka (2)

Editor: Wave Literature

Semakin Ji Yi mengoceh, suaranya semakin terdengar mendesak. Hingga akhirnya, dia terdengar seakan hampir menangis.

Meskipun Ji Yi sedang mabuk, He Jichen tetap tak tahan melihat mata gadis itu memerah. Tanpa ragu sedikitpun, He Jichen menyerah. "Baiklah, baik. Aku akan pergi, Aku pergi..."

Dia baru mengatakan setengah dari apa yang ingin disampaikannya kemudian berjalan menjauh dari ranjang.

Pemuda itu sudah menjauh, tetapi gadis itu masih mencium aroma parfum Xia Yuan menusuk hidungnya. Dadanya terasa sesak dan sakit.

Ia ingin He Jichen pergi lebih jauh lagi. Seraya menunjuk ke arah pintu, ia berkata, "Pergi kau! "

Alis He Jichen berkerut dengan sedih, namun dia tak bergeming.

Detik berikutnya, Ji Yi mengambil sebuah bantal dan melemparnya ke arah He Jichen. "Pergi!"

"Aku pergi, Aku akan pergi..." He Jichen mengalah ketika melihat gadis itu mulai bertingkah.

Baru saja ia hendak keluar dari kamar tidur, bel pintu berdering.

Mengira itu adalah pegawai hotel yang mengantarkan sup yang dipesannya, maka ia pun bergegas menuju ruang tengah, menghampiri pintu, dan membukanya.

Ternyata yang datang bukan pegawai hotel, melainkan Chen Bai.

Sorot mata He Jichen seketika berubah dingin.

Chen Bai tersenyum sambil membawa lusinan tas di tangan. Sambil mengangkatnya dengan susah payah, ia berkata, "Tuan He, ini saya bawa seribu botol stipo yang diminta oleh Nona Ji."

Tanpa berkata apa pun pemuda itu menoleh ke arah kamar seakan memberitahu Chen Bai untuk meletakkan barang-barang itu di sana, lalu keluar.

Tidak berani menyinggung-nyinggung tentang reaksi majikannya yang dingin itu, Chen Bai pun hanya tersenyum sopan.

Ketika memasuki kamar, Chen Bai belum sempat meletakkan tas belanjaannya ketika Ji Yi terhuyung keluar kamar, setelah mendengar kata "stipo". Dia lalu bertanya, "Di mana stiponya?"

Begitu mendengar suara Ji Yi, punggung Chen Bai langsung menjadi kaku.

Pria itu khawatir jika keadaan Ji Yi masih tetap sama dengan saat di aula tadi dan akan menempel padanya lagi. Jari-jarinya mulai gemetaran karena takut, sehingga dia melempar tas belanjaan dengan ceroboh, lalu dengan cepat berbalik ke arah pintu, bersembunyi di belakang He Jichen.

Tas belanjaan itu tidak diikat, sehingga botol-botol stipo di dalamnya berhamburan ke lantai.

Ketika melihatnya, gadis itu memandangi stipo yang berserakan di lantai itu seakan sedang berusaha memahami sesuatu, lalu bergerak menghampiri.

Saat menyelimuti tubuh Ji Yi tadi, He Jichen telah melepas sepatu hak tinggi wanita itu.

Maka gadis itu tidak memakai alas kaki apa pun ketika berlari keluar kamar.

He Jichen mengerutkan kening melihat Ji Yi yang bertelanjang kaki di atas lantai papan yang dingin. Kemudian ia berjalan ke arah lemari, mengambil sepasang sandal ruangan dan bergegas menghampiri wanita yang kini sedang duduk di lantai, di hadapan tumpukan stipo itu.

"Xiao Yi, ayo pakai sandal dulu," kata He Jichen ketika berjongkok sembari memegang pergelangan kaki Ji Yi dan memasangkan sandal untuknya.

Perhatian Ji Yi tertuju pada tumpukan stipo sehingga ia tidak menyadari bahwa kini sudah terpasang sandal di kakinya.

Dengan sambil lalu gadis itu mengambil dua botol stipo, membuka tutupnya, dan mengocok isinya sebentar. Lalu ia memiringkan kepala dan memandang ke arah He Jichen.

Sekitar lima menit kemudian, dia menyerang tubuh He Jichen seperti yang dilakukannya di ranjang tadi.

Ia seakan sedang mencari-cari sesuatu, mengendus-endus tubuh He Jichen untuk beberapa saat lamanya, lalu berhenti ketika sampai di lengan kiri pemuda itu. "Mhm, ada di sini rupanya..."

He Jichen membalasnya dengan "Mhm?" Dia baru saja hendak bertanya pada Ji Yi, apa maksud perkataannya itu, ketika gadis itu mengangkat botol stipo yang dipegangnya dan memencetnya hingga cairan dalam botol tertuang ke lengan He Jichen.

Chen Bai mematung di depan pintu, kedua matanya terbelalak lebar.

Itu jas buatan tangan yang sangat mahal... dirusak begitu saja oleh Nona Ji...

Tanpa menyadari berapa banyak uang yang dibuangnya dengan merusak jas itu, Ji Yi menatap genangan warna putih di lengan jas He Jichen, lalu tersenyum. "Kalau dihapus... nanti akan jadi seperti semula..."

Siguiente capítulo