Kinan memarkirkan sepedanya dengan baik. Segera saja ia masuk ke dalam kafe dengan wajah yang sumringah. Teman-temannya yang sedang bersiap-siap untuk membuka kafe itu, tampak wajah bahagia melihat kehadiran Kinan. Mirna, tema kerjanya itu menghampirinya dan memeluknya. Mirna juga merupakan teman dekat Kinan selama bekerja di kafe itu. Kinan mengurai pelukannya dan tersenyum bahagia.
"Nan, kamu beruntung punya malaikat pelindung!"kata Mirna terharu.
Kinan tertawa mendengar perkataan temannya itu,"Itu cuman kebetulan ajah! Tapi aku doain orang yang udah bantu aku dengan tulus rejekinya dimudahkan sama Allah."
"Aamiin..."jawab Mirna.
"Ohiya, Pak Amran udah datang belum?"tanya Kinan saat mengingat maksud kedatangannya ke kafe.
"Udah, tuh di ruangannya."jawab Mirna sambil menunjuk lorong menuju ruangan Pak Amran menggunakan dagunya."Kayaknya dia nungguin kamu."sambung Mirna.
"Oke, kalau gitu aku ke ruangan Pak Amran dulu yah! Bye..."pamit Kinan sambil melambaikan tangannya ke arah teman-teman kerjanya sambil memasang senyum bahagianya.
🍃🍃🍃
Di depan pintu kayu dengan cat cokelat, Kinan menghembuskan nafasnya yang kesekian kalinya untuk meredakan kegugupannya menghadapi atasannya saat ia masuk. Kinan pintu di hadapannya itu dengan ragu-ragu.
Tok.... Tok.... Tok...
Ketukan ketiga kali, terdengar suara di balik pintu itu,"Masuk!"
Mendengar jawaban atasannya dengan tingkat kegugupan yang semakin meningkat, Kinan memberanikan dirinya untuk meraih knop pintu dan memutarnya. Perlahan-lahan pintu mulai terbuka dan menampakkan ruangan yang sederhana yang didominasi warna cream dan dan putih. Di sisi kanan terlihat laki-laki yang sedang membaca laporan keuangan kafe bulan lalu.
Kinan mulai melangkahkan kakinya menuju atasannya, namun sebelum itu ia tak lupa untuk menutup pintu terlebih dahulu.
Kinan menunduk hormat sebelum memulai berbicara,"Maaf pak, saya terlambat!"kata Kinan dengan jari-jari yang saling bertautan.
Atasannya-- Pak Amran mulai mengalihkan pandangannya menuju Kinan dan meletakkan laporan yang dibacanya tadi dan tanpa bicara ia mempersilahkan duduk dengan tangannya yang mempersilahkan.
Kinan segera menarik kursi dan menempatkan bokongnya pada kursi yang berada di hadapan bosnya itu.
Pak Amran menumpukan dagunya dengan kedua tangannya,"Begini, Kinan..."Pak Amran berdehem dan kembali melanjutkan perkataannya."Mengingat kamu yang sudah bekerja lama di kafe ini dan tidak pernah sekalipun membuat masalah kecuali kemarin, jadi saya putuskan untuk mempekerjakan kamu kembali di kafe ini tapi saya yang akan memindahtugaskan kamu ke kafe cabang. Apakah kamu mau?".
Kinan tersenyum tulus dan memperlihatkan barisan giginya yang rapi sambil menganggukkan kepalanya,"Iya pak, saya mauu.."jawab Kinan begitu semangat.
"Bagus kalau begitu. Ini surat yang pemindah tugasan kamu agar kafe manajer di sana bisa percaya kalau kamu benar-benar sudah dipindahtugaskan."kata Pak Amran sambil menyodorkan sebuah amplop coklat ke arah Kinan.
Kinan mengambil amplop itu dan sekali lagi berterima kasih kepada atasannya itu,"Kalau begitu saya pamit undur diri pak, sekali lagi terima kasih."kata Kinan dan mulai bangkit dari duduknya untuk menunduk hormat terlebih dahulu sebelum meninggalkan ruangannya.
Melihat kepergian Kinan, Pak Amran hanya bisa menghela nafas dengan lega saat mengingat seseorang yang datang mengancam dirinya.
- Flashback On -
Tanpa mengetuk pintu, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangannya dengan kasar. Nampak seorang pria paruh baya dengan setelan jas mahal menghampiri Amran. Amran hanya menampakkan wajah terkejutnya di kursi kebesarannya. Saat itu, Amran sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya.
Pria paruh baya itu menunduk hormat,"Maaf membuat Anda tidak nyaman akan kedatangan saya."kata Simon dengan sopan.
Kesadaran Amran mulai kembali dan segera bangkit dari duduknya,"Ada perlu apa Anda ke sini hingga membuka pintu ruangan saya tanpa diketuk?"tanya Amran dengan penasaran sambil memperhatikan penampilan Simon dari bawah hingga atas.
"Anda tidak perlu tahu siapa saya, tapi yang harus Anda ingat, jika Anda tidak membuat Nona Kinan kembali bekerja di kafe ini maka saya pastikan hidup Anda akan tidak seperti sekarang ini."jawab Simon dengan nada mengancamnya.
Mendengar ancaman yang dilontarkan Simon membuat Amran membulatkan matanya, menandakan bahwa dirinya terkejut."Ta...Tapi saya tidak bisa mengerjakannya kembali di kafe ini karna terlanjur memecatnya tadi."jawab Amran terbata-bata.
"Pokoknya saya tidak ingin tau bagaimana caranya Nona Kinan bisa kembali bekerja di kafe ini"
Amran yang semakin gusar dengan ancaman Simon. Membuat dirinya harus menguras otaknya untuk berpikir lebih tenang lagi dalam mencari solusi. Suatu ide muncul di kepalanya,"Ba-bagaimana kalau saya memindahtugaskan Kinan di cabang kafe ini saja. Mumpung di cabang masih membutuhkan pegawai."kata Amran menawarkan solusi kepada Simon.
Simon berpikir sejenak untuk solusi yang ditawarkan oleh pria di hadapannya ini."Baik, tidak masalah. Asalkan nona Kinan tidak kehilangan pekerjaannya. Kalau begitu saya permisi dulu. Maaf mengganggu kenyamanan Anda."kata Simon dan beranjak meninggalkan ruangan Amran. Amran kembali duduk di kursi kebangsaannya dengan lemas.
-Flashback Off -
🍃🍃🍃
Kinan sudah memulai pekerjaannya di tempat kerjanya yang baru, walau masih dengan nama kafe yang sama, 'Random Cafe'. Dengan senyuman yang terus terpaut di wajahnya membuat matanya berbentuk bulan sabit, menambah kecantikannya. Senyum yang mampu meneduhkan hati seseorang yang sekarang ini memperhatikannya dari luar kafe sambil bersandar di mobilnya. Nampak pula senyum seseorang itu, menampakkan barisan gigi putihnya yang begitu rapi.
'It's beautiful.."batinnya bersorak.
🍃🍃🍃
(Alhamdulillah bisa nyempetin untuk double up hari ini untuk gantiin yang kemarin gak up. Hehehe...)
Masih ada yang melek jam segini? Maaf yah up nya jam segini, mumpung masih belum ngantuk jadi mending diisi untuk ngetik lanjutan ceritanya. Hehehe...
Kinan senang banget yah bisa kembali kerja lagi walaupun harus dipindahkan ke cabang. Semoga betah yah, Kinan.
Jangan lupa vote dan comment nya yah.
Salam cinta author untuk kalian semuaaaa, bye-bye...