24 September 1274 AG - 03:20 Am
Kota Tigris - Tidak Jauh dari Distrik Merah
—————
Kelebihan crossbow adalah kecepatan dan daya tancapnya. Senjata itu menembak tegak lurus dengan akurat sekaligus mampu menembus chainmail. Beberapa crossbow juga dilengkapi penggulung dawai agar kelebihan itu berlipat ganda.
Seperti itu lah crossbow yang para arbalist itu gunakan. Mascara langsung tahu jenisnya karena telinga tajamnya mendengar suara gulungan yang khas. Dia juga hafal apa saja kelebihan dan kelemahan senjata itu.
Kelemahan crossbow adalah isi ulangnya yang agak lama. Tidak seperti busur biasa yang tinggal menarik dawai, crossbow harus menggulung dulu dawai itu sebelum memasang anak panah. Dia beruntung karena beberapa pemanah itu baru saja melepaskan tembakan ke arah Simian. Mascara memang bukan pyro yang lincah seperti adik laki-lakinya. Tapi dia adalah pemanah berpengalaman yang bisa menebak jalur serangan panah. Begitu Livina memerintahkan mereka, Mascara langsung melompat zigzag dan berlari menuju sela-sela bangunan.
"Cih, si jalang itu merepotkan sekali." Mascara mengumpat ketika dia melihat perempuan itu ikut melarikan diri ke arah berlawanan.
Seperti yang Livina katakan, para penembak crossbow itu bukan lah arbalist biasa. Mereka bisa menembak akurat sekalipun jalanan itu hanya diterangi cahaya rembulan. Mereka pandai melihat pergerakan kecil dari siluet seseorang. Namun anggota New Age Order itu juga membuat kesalahan. Dia tidak akan menyangka bahwa melepaskan Mascara berarti menempatkan anak buahnya dalam bahaya. Livina belum tahu bahwa si tomboy itu adalah lawan terburuk bagi siapa pun yang menantangnya di pertarungan jarak jauh.
Mascara adalah seorang pathfinder yang jauh lebih berbahaya dari hunter biasa. Gadis itu terlatih menggunakan panca inderanya untuk menguasai medan pertempuran. Seorang pathfinder sangat ahli bersembunyi dan mampu menghabisi lawannya diam-diam. Para pemanah itu pasti menyadarinya. Mereka langsung merunduk begitu tahu Mascara sudah lolos. Walaupun posisi di atas atap adalah posisi yang menguntungkan, namun di malam hari, mereka adalah sasaran empuk. Siluet mereka mudah dilihat pemanah lawan yang ada di bawahnya.
Mascara sudah hafal posisi mereka. Dia sudah menentukan target mana akan dia habisi duluan. Perburuan pun dimulai ketika pathfinder itu berlari menuju bangunan yang paling jauh. Langkah kaki Mascara hampir tidak terdengar. Dia memutari jalan itu untuk mencari arbalist lawan yang berdiri di atas bangunan paling tinggi. Dia menggigit pisaunya dan memanjat bangunan itu. Seperti dugaannya, pemanah itu tidak dijaga pemanah lain. Mangsa itu tidak waspada karena posisinya paling jauh dari lokasi Mascara sebelumnya. Tanpa suara gadis itu mendekap mulut si arbalist dan menggorok lehernya.
Mascara mengambil senjata lawannya sebelum crossbow itu jatuh. Dia juga mengamankan sisa anak panah yang korbannya miliki. Mayat lawannya pun dia posisikan agar siluetnya menipu pemanah lain. Di atas atap itu dia bisa melihat semua pemanah lawan karena posisinya lebih tinggi dari mereka. Para pemanah itu terlihat mengamati sekelilingnya untuk mencari Mascara yang sudah resmi sebagai satu-satunya target buruan.
Para pemanah itu cerdas. Mereka berdiri di samping atap agar badannya tidak terekpose cahaya rembulan. Dengan posisi itu mereka langsung bisa bersembunyi jika terjadi pertempuran jarak jauh.
Sayangnya, mereka belum tahu siapa lawannya kali ini.
Mascara menyeringai. Meski dia jarang menggunakan crossbow, tapi senjata itu mudah dia kuasai karena terlewat praktis. Serangan pertama pun berhasil menghabisi seseorang yang sedang merunduk sendirian. Katrol penggulung crossbow itu dia putar perlahan agar tidak bersuara. Dia tidak mau terlacak sekalipun terdengar suara berisik dari pertarungan Simian. Mascara mengincar target selanjutnya yang belum sadar bahwa dua rekan mereka sudah kehilangan nyawa.
Tapi ketika anak panah menembus kepalanya, korban ketiga itu berteriak.
"Oopss, kejutan," bisik Mascara pelan.
Seluruh pemanah yang ada langsung siaga. Mereka kontan bersembunyi setelah menyadari bahwa mereka lah yang menjadi target buruan saat ini.
Seringai Mascara semakin melebar. Saat-saat inilah dia bisa menunjukan kepada mereka seperti apa teror yang sebenarnya.
Ada beberapa bangunan yang masing-masing ditempati satu atau dua orang pemanah. Para pemanah itu tidak berani gegabah karena belum tahu di bangunan mana Mascara berada. Mereka tidak berani bergerak atau bersuara sedikitpun. Mereka tahu bahwa pemanah handal pasti lah seorang aero yang bertelinga tajam.
Mata tajam Mascara melihat awas. Dia menandai beberapa target yang dia urutkan agar lebih rapi melancarkan serangan. Setelah agak lama menggulung katrol crossbow-nya, mangsa keempat pun tewas seketika. Hening malam pun semakin mencekam. Para pemanah itu masih belum tahu dari mana serangan itu berasal. Mereka hanya diam karena satu gerakan saja bisa mengirim mereka ke neraka.
Teror dimulai ... seorang lagi tewas setelah Mascara menyeringai.