webnovel

Mendekati (Bagian 1)

Editor: Wave Literature

Maggie adalah salah satu sahabat terdekat Ye Song, dan Ye Song memutuskan untuk memperlakukannya selayaknya seorang sahabat.

"Maggie, ada apa? Ada yang bisa kubantu?" sapa Ye Song.

"Aku hanya ingin berbincang-bincang denganmu." kata Maggie. Dengan cekatan, Maggie berjalan mendekati Ye Song, memegang tangannya, dan meletakkannya di dadanya.

"Baiklah, sebenarnya aku butuh bantuanmu... Dapatkah kauu melakukan sesuatu untukku?" Tanya Maggie sembari mendekati Ye Song.

Ye Song baru saja menyelesaikan latihannya, jadi tubuhnya masih bergairah. Darahnya mengalir semakin kencang karena perilaku Maggie yang sangat seduktif itu.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Ye Song. Menurut memori Angele, Maggie belum lama datang ke kastil. Angele memperlakukan Maggie sebagai saudara dan sahabat, namun Maggie menginginkan lebih dari itu. Dalam dunia bangsawan, memiliki hubungan seksual dan mencintai sepupu sendiri adalah hal biasa, dan tidak ada undang-undang yang melarang hubungan semacam itu.

Belakangan ini, Maggie mencoba membuat dirinya terlihat mempesona. Ia sangat menyukai pakaian indah dan ingin menikmati hidupnya. Ia tidak ingin terus menjadi rakyat biasa selama hidupnya, dengan kata lain, ia ingin memiliki status sosial yang lebih tinggi. Ia berusaha memiliki hubungan baik dengan Angele untuk mendapatkan semua itu. Selain itu, ia juga bisa membantu orangtuanya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Adik perempuan Angele yang lain, Celia, juga berusaha mendekati Angele. Ibu Celia adalah salah satu istri Baron Karl, namun dia berasal dari keluarga pekerja, sehingga status sosial mereka lebih rendah daripada Angele sendiri.

Situasi dalam Keluarga Rio sedang rumit. Anak pertama mereka telah bergabung dengan militer dan tidak kembali. Walaupun anak kedua tidak seharusnya menerima gelar Baron, namun Kerajaan Rudin sedang dalam kekacauan dan tidak punya waktu untuk menegakkan aturan tersebut. Para bangsawan mencoba melepaskan teritori mereka dari kerajaan Rudin. Jika mau, Baron Karl bisa saja memberikan gelar itu pada Angele. Memang kemungkinan Angele menjadi baron sangat tinggi, dan hal ini akan membuat keluarga Celia berada dalam kendali Angele. Bahkan, Angele bisa memaksa mereka untuk meninggalkan kastil jika dia mau. Tentu keluarga Celia tidak menginginkan hal ini terjadi, sehingga Celia memutuskan untuk mendekati Angele. Mereka menyiapkan kehidupan mereka di masa datang. Jika bicara tentang masa depan, kecil kemungkinan Celia bisa menjadi istri Angele. Namun jika Celia bisa menjaga hubungan baik dengan Angele, maka keadaan keluarga Celia di dalam kastil akan tetap aman.

Maggie berjalan bersama Ye Song ke bagian kamar tidur sembari memegang tangan Ye Song. Ada yang memandang mereka dengan rasa iri, namun ada juga yang memandang dengan benci. Bagaimanapun juga, Ye Song tidak peduli.

"Belakangan ini, kaki ibuku sakit, dan aku ingin bertanya apakah bisa ibuku diberi pekerjaan yang lebih ringan..." kata Maggie tanpa melihat langsung ke arah muka Ye Song.

Ye Song tidak menjawab. Ia hanya mengangguk untuk menunjukkan bahwa ia mendengar pertanyaan Maggie. Mereka berdua cepat-cepat berjalan kembali ke kamar Ye Song.

Cecilia tetap tinggal di kamar itu tanpa suara. Ia bahkan tidak meninggalkan kamar itu sama sekali seperti perintah Ye Song. Muka Cecilia memerah saat melihat Ye Song berjalan berdua dengan Maggie. Kemudian, Ye Song membuka lemarinya dan mengganti bajunya.

"Maggie, tolong bawa Cecilia ke ruang makan dan biarkan dia makan. Setelah itu, bawa dia ke pemandian dan beritahu ketua para pelayan wanita untuk memberinya kamar sendiri. Jika ketua pelayan bertanya, bilang saja itu perintahku." kata Ye Song.

Awalnya, Maggie mengira jika Ye Song akan bersenang-senang bersama Cecilia di kamar. Ia tidak menyangka jika Ye Song akan memberinya perintah semudah ini. Mata Maggie terfokus ke arah Cecilia, dan ia melihat bahwa setidaknya dadanya lebih besar daripada dada Cecilia. Ia pun merasa senang.

Maggie menuruti perintah itu karena tidak ingin mengecewakan Ye Song. Dia memegang tangan Cecilia yang sedikit ketakutan

"Carilah aku kalau kau sudah selesai melakukan perintahku. Aku akan beritahu Wade tentang keadaan ibumu." kata Ye Song dengan tenang. Sebenarnya, ia ingin bersenang-senang dengan Maggie, namun di dunia ini, Ye Song harus mengontrol nafsunya.

"Saya mengerti." jawab Maggie dengan senang sebelum meninggalkan ruangan bersama Cecilia. Saat Maggie dan Cecilia akan pergi, tanpa sengaja tangan Ye Song menyentuh dada Maggie. Dari sentuhannya itu, ia menyadari jika dada Maggie sangat lembut. Untuk beberapa saat, Maggie sempat takut, namun ia tertawa kecil setelahnya.

'Yah, menyentuh sedikit seharusnya tidak apa-apa.' pikir Ye Song sambil tersenyum. Ia tidak ingin sakit hanya karena terlalu menahan nafsunya.

Setelah itu, Ye Song mulai melatih teknik berpedangnya setiap hari. Dengan memanfaatkan kemampuan chip-nya, ia membuat gerakannya lebih akurat. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menyelesaikan 10 ribu kali latihan. Setelah mengecek kondisi tubuhnya, akhirnya ia tahu bahwa ia benar-benar mendapatkan 0.1 poin.

Ye Song juga mengumpulkan data dari anak-anak sebayanya. Ia menemukan bahwa rata-rata kekuatan semua murid baik lelaki maupun perempuan adalah di atas 0.8. Ye Song telah menghabiskan waktu banyak untuk berlatih dan mendapatkan peningkatan sebesar 0.1, namun ia masih tidak dapat mencapai kekuatan rata-rata.

Saat ini, Baron Karl dan Ksatria Audis sedang sibuk membasmi para penjahat, jadi mereka tidak punya waktu untuk melatih Ye Song. Mereka memerintahkan Alad untuk melatih Ye Song. Ye Song sangat senang karena saat ini ia sangat membutuhkan teknik-teknik dasar itu.

Ye Song tidak melakukan apapun dengan Maggie setelah tidak sengaja menyentuh dadanya, karena Ye Song ingin belajar mengontrol nafsunya. Ye Song juga telah memberitahu Old Wade mengenai keadaan ibu Maggie, dan akhirnya ibu Maggie mendapatkan pekerjaan yang lebih ringan. Maggie sangat berterimakasih padanya.

Empat hari kemudian

Hari masih sangat pagi saat seluruh anggota keluarga Rio berkumpul di ruang makan kastil.

Anggota keluarga inti Rio sedang makan sarapan dengan tenang di atas meja persegi kayu. Ye Song duduk di kursi kedua karena ia memiliki kekuasaan tertinggi kedua setelah Baron Karl. Di sebelahnya, duduk dua orang wanita paruh baya. Kedua wanita itu adalah istri ketiga dan keempat Baron Karl.

Kedua wanita itu terlihat cantik dan lemah lembut. Perilaku mereka sangat sopan walaupun sang baron sedang tidak ada di kastil. Selain itu, ada beberapa anak yang duduk di meja, semuanya mengenakan baju khas bangsawan berwarna merah-hitam. Celia dan Glue, anak yang bertemu dengan Ye Song di lapangan berlatih, juga ada disana.

Ada sekitar 10 anak perempuan dan laki-laki di meja itu, semuanya terlihat polos dan suci. Mereka duduk dengan teratur di kursi masing-masing dan makan dengan tenang. Tidak terdengar suara lain selain suara denting peralatan makan.

Ye Song memotong steak-nya menjadi potongan kecil-kecil sembari melihat sekelilingnya. Old Wade, yang sedang berdiri di belakangnya, telah diberi tugas oleh Baron Karl untuk menegakkan perintah Ye Song saat sang baron tidak ada di rumah. Wade adalah seorang petarung ulung, karena itulah, ia diberi tugas untuk mendukung Ye Song saat sang baron tidak ada.

Orang-orang yang duduk di meja itu adalah mereka yang memiliki kekuatan politik yang cukup besar sehingga bisa makan bersama Ye Song. Keluarga Maggie pastinya tidak termasuk dalam golongan itu.

Angele memakan sepotong daging dan meminum sedikit sup.

"Sup hari ini terbuat dari apa? Aromanya sedikit berbeda dari biasanya." tanya Ye Song. Rasa sup itu terasa menarik baginya.

"Kemarin, Baron Karl menangkap sejumlah ular merah bermata satu, jadi koki kastil memadukannya dengan jamur dan memasaknya menjadi sup." jawab Old Wade dengan sopan.

"Rasanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, tetapi aku menyukainya. Ular merah bermata satu? Ada ular seperti itu di dekat hutan sekitar kastil?" kata Ye Song.

"Iya, ular itu sangat mudah ditemukan di sekitar kastil. Ular itu sangat beracun, dan sangat sulit untuk menemukan obat penawarnya apabila tergigit oleh ular tersebut. Karena itu, pemburu membenci ular itu dan kita jarang bisa memakannya." jawab Old Wade.

"Aku mengerti." Ye Song mengambil mangkuknya dan meminum seteguk sup lagi. Mulutnya menjadi penuh sup, dan rasa sedapnya menari-nari di lidahnya. Tekstur sup itu terasa creamy dan kental, dengan daun bawang cincang yang mengapung di atasnya.

"Setelah sarapan, aku ingin berjalan-jalan keluar sebentar." kata Ye Song.

"Saat ini, kondisi di luar istana sangat tidak aman. Akan lebih baik jika Anda tetap tinggal di kastil..." kata Old Wade. Raut wajahnya menunjukkan rasa tidak suka terhadap keputusan Ye Song.

"Tidak apa-apa. Aku hanya akan berjalan sampai lapangan berlatih kavaleri." jawab Ye Song.

"Jika kau khawatir, kirimkan beberapa orang untuk menjagaku." tambah Ye Song. Ia tetap kukuh dengan keputusannya.

"Baiklah. Tolong jangan pergi terlalu lama." Old Wade mengangguk.

Tidak ada lagi yang berbicara selain mereka, dan sisa waktu sarapan dipenuhi dengan keheningan.

Setelah selesai sarapan, Ye Song berjalan keluar kastil bersama dua orang pengawal. Di pinggangnya, ada sebuah pedang crossguard, dan di punggungnya ada sebuah busur dan lima puluh anak panah berbulu putih.

"Apakah Anda ingin berburu?" tanya salah satu pengawal dengan nada santai.

"Tidak. Aku hanya ingin mencari hewan-hewan kecil untuk berlatih." Ye Song menggelengkan kepalanya sembari membaca data berwarna biru di depan matanya.

'Sumber makanan spesial terdeteksi. Tipe: Daging ular, yang disebut ular merah bermata satu. Jika Anda memakan 109 buah matanya, kecepatan Anda akan naik sejumlah satu poin.' lapor Zero. Inilah alasan mengapa Ye Song ingin berburu. Kenaikan satu poin kecepatan sangatlah berarti baginya, dan untuk saat ini ia lebih membutuhkan kecepatan ketimbang kekuatan. Lagipula, ia ingin memeriksa hasil latihannya selama ini. Ye Song ingin tahu seberapa banyak yang bisa ia lakukan.

Hari masih sangat pagi, dan kabut masih menyelimuti hutan itu. Tim kavaleri sedang berlari pagi mengelilingi lapangan tepat di sebelah hutan itu.

Ye Song berjalan mengelilingi lapangan itu bersama dengan kedua pengawalnya, lalu mereka masuk ke dalam hutan. Hanya ada satu jalan utama di luar kastil, dan ada hutan di kedua sisinya. Ye Song bisa melihat pegunungan di kejauhan. Tidak ada orang dari kelompok kavaleri yang menyadari keberadaan Ye Song karena mereka sudah terbiasa dengan keberadaannya. Mereka sering melihat Ye Song keluar kastil, namun hanya beberapa dari mereka menyadari bahwa Ye Song akan masuk ke dalam hutan.

Mereka yang menyadari kepergian Ye Song menatapnya dengan rasa ingin tahu. Banyak orang yang tidak suka dengan peraturan-peraturan kastil. Mereka tidak menyukai Angele karena mereka tahu seberapa lemah Angele itu. Mereka tidak ingin kastil mereka dihancurkan oleh seorang playboy seperti Angele. Di antara sebagian orang yang melihat Ye Song, tidak ada satupun yang menyapanya. Bahkan, mereka akan senang jika Angele tewas di hutan itu.

Ye Song tidak menyadari keberadaan mereka karena ia sangat terfokus pada rencana berburunya. Ia tidak memiliki kekuatan yang tangguh, namun dengan bantuan chip yang dimilikinya, ia bisa melakukan banyak hal yang membutuhkan ketepatan, seperti memanah. Dengan bantuan chip-nya, ketepatan memanahnya hampir 100%. Ia berlatih memanah saat malam, sehingga tidak ada orang yang bisa melihatnya berlatih. Saat ini, ia bisa menembak dengan tepat semua sasaran yang jaraknya kurang lebih 50 meter. Ia merasa bahwa sekarang memanah bukanlah hal yang sulit untuknya.

Setelah mereka berjalan sekitar dua puluh meter ke dalam hutan, salah satu pengawal menghalangi jalan Ye Song.

"Tuan Muda Angele, sebaiknya kita berhenti disini. Kami mungkin tidak dapat melindungi Anda jika kita masuk lebih dalam." kata salah satu pengawal.

"Baik, mari kita berhenti disini." Jawab Ye Song sembari tersenyum. Ye Song mengambil busur dan sebuah panah berbulu putih, lalu ia menarik panah itu menggunakan tali busurnya.

"Kalian berdua, jangan menghalangiku. Aku ingin mencari sasaran." perintah Ye Song.

Kedua pengawal itu saling memandang satu sama lain, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk duduk. Mereka tidak ingin menghalangi pandangan Angele. Lagipula, di daerah ini tidak berbahaya karena tidak terlalu jauh ke dalam hutan, jadi mereka sama sekali tidak khawatir.

"Di sekitar sini hanya ada ular merah bermata merah satu dan tupai kelinci payung. Kita hanya harus memastikan bahwa tidak ada ular bermata satu yang mendekat." bisik salah satu pengawal kepada temannya.

Pengawal yang kedua mengangguk.

Ye Song berdiri di atas rumput dan melihat sekelilingnya dengan seksama.

"Jika aku tidak salah ingat, ayahku pernah memburu beruang gunung hitam di hutan ini. Walaupun ia akhirnya terluka parah setelah berburu, sekarang kulit beruang itu menjadi simbol kekuatan di kastil." kata Ye Song dengan tenang.

"Beruang gunung hitam adalah raja sisi luar hutan dan salah satu hewan terkuat di seluruh hutan. Tetapi, anda tidak perlu khawatir, kita sekarang berada sejauh dua jam dari tempat beruang itu beraktivitas. Untuk mencapai tempat beruang itu, kita harus memanjat tebing kecil di sebelah sana." Jawab salah satu pengawal. Pengawal itu tidak tahu apa yang ingin dikatakan Ye Song.

Satu hari di dunia ini sama dengan 25 jam. Selain itu, semuanya cukup mirip dengan sistem waktu di bumi.

"Aku lega mendengarnya." Ye Song mengangguk, kemudian ia kembali memperhatikan sekelilingnya dengan seksama.

"Walaupun aku tidak bisa menerima seed itu, aku masih percaya diri dengan kemampuan memanahku. Kali ini, aku pasti akan mendapatkan hasil buruan yang bagus." Kata Ye Song.

Ye Song membalikkan badannya dengan cepat dan melepaskan sebuah panah seketika selesai berbicara.

Anak panahnya melesat cepat hingga terlihat seperti cahaya putih dan mengenai pohon sejauh sekitar sepuluh meter di depannya.

Panahnya menancap pada seekor ular kecil berwarna abu-abu di atas pohon. Ular itu mati hanya dalam beberapa detik.

Siguiente capítulo